Terbongkarnya Rahasia

"Bukan kami yang melakukannya. Sumpah aku dan temanku hanya ditugaskan untuk membuangnya saja. Bukan kami yang membunuhnya."

"Lalu Lastri? Kenapa kalian membunuhnya."

"Kalau itu karena dia sudah membuka plastik itu sebelum kami meninggalkan tempat. Kami tidak mau ketahuan oleh yang menyuruh kami dan membuat kami kehilangan bayaran. Makanya kami terpaksa membunuhnya."

"Kalian menyamarkan pembunuhannya seolah wanita itu bunuh diri?"

"I.. iya."

"Siapa yang sudah membayar kalian untuk membuang mayat Wina?"

"Kami tidak tahu. Kami mendapat telepon dari seseorang yang meminta kami membuang sesuatu. Karena penasaran, kami membuka bungkusan itu yang ternyata adalah mayat wanita."

"Bagaimana bayaran untuk kalian?"

"Bayaran kami ditaruh di loker yang ada di salah satu kolam renang."

"Kolam renang mana?"

"Wahana Tirta. Kami diminta mengambil uangnya di sana setelah selesai melakukan tugas."

"Jam berapa?"

"11 siang."

"Apa kamu masih menyimpan nomor telepon orang yang sudah menyuruhmu?"

"Ada di hapeku."

Interogasi saat ini dirasa cukup. Jaya keluar dari ruangan, sementara Widodo dibawa kembali ke sel. Usai melakukan interogasi, semuanya kembali berkumpul di ruang meeting. Apa yang dikatakan Widodo sama seperti yang dikatakan kedua rekannya. Mereka mengakui pembunuhan terhadap Lastri, tetapi tidak pada Wina.

"Sepertinya pembunuhan Wina masih misteri. Mereka tetap tidak mengakuinya," ujar Jaya.

"Aku rasa mereka jujur. Mereka mengakui kalau membunuh Lastri tapi tidak dengan Wina," sahut Aditya.

"Berarti pekerjaan kita belum tuntas."

Semua menganggukkan kepalanya tanda setuju atas apa yang dikatakan oleh Nusa. Tomi kemudian menugaskan pada Nusa dan Ikhsan untuk mendatangi kolam renang Wahana Tirta. Siapa tahu ada petunjuk yang bisa membawa mereka pada pembunuh sebenarnya.

***

Sudah dua jam lamanya Tristan berada di depan laptop. Dia tengah mencari bukti melalui rekaman cctv yang berhasil dikumpulkan oleh Nusa dan Ikhsan. Pria itu mengusap matanya yang terasa perih. Dicabutnya USB yang baru saja diperiksa olehnya. Lalu dia memasangkan USB lain. Tristan kembali fokus melihat layar di depannya.

Rekaman yang dilihatnya adalah rekaman dari mini market yang ada di dekat rumah Wina. Mini market yang didatangi oleh Wina. Nampak Wina memasuki mini market dan tak lama kemudian keluar. Semuanya nampak normal, tidak ada yang mencurigakan. Cukup lama Tristan terus memperhatikan rekaman tersebut. Dia sampai mempercepat waktu rekaman, tapi tidak ditemukan apa-apa. Saat pria itu hendak mematikan rekaman cctv, tiba-tiba di layar muncul seorang pria mengenakan jas hitam, dia masuk ke dalam mini market lalu keluar dengan membawa rokok dan minuman dingin. Dia meneguk minumannya sambil menyesap rokok di kursi yang disediakan mini market.

Tristan mengambil berkas yang didapatnya dari Sentinel. Dia sepertinya pernah melihat wajah pria yang terekam di layar. Pria itu membuka lembaran kertas sampai akhirnya di berhenti di berkas yang memajang nama dan foto salah satu pegawai SAFE.

"Dit.."

Aditya terpaksa mengalihkan perhatiannya dari berkas di atas mejanya pada Tristan ketika pria itu memanggilnya. Tristan memintanya untuk mendekat. Pria itu menunjuk layar laptop lalu menunjuk kertas di tangannya.

"Laki-laki ini salah satu pegawai Sentinel. Dia tertangkap kamera, satu setengah jam setelah Wina meninggalkan mini market. Ini mencurigakan bukan? Selang waktu satu setengah jam bisa terjadi apa saja.

"Sepertinya kita harus ke Jakarta lagi," ujar Tristan.

"Kita hubungi dulu Baskara. Takutnya dia sedang tidak ada di sana."

Aditya mencari kartu nama milik Baskara. Kemudian dia segera menghubungi pria tersebut. Untuk beberapa saat pria itu berbicara dengan Baskara. Tristan terus melihat pada Aditya. Pria itu mengambil secarik kertas dan pulpen lalu menuliskan sesuatu di atasnya. Tak lama kemudian panggilan pun berakhir.

"Kebetulan dia sedang berada di Bandung. Dia sedang mengawal Ivan yang sedang menghadiri acara di Bandung."

"Baguslah. Kalau begitu kita ke sana sekarang."

"Lebih baik kamu mandi dan berganti pakaian. Kita akan menghadiri acara penting."

"Acara apa?"

"Grand opening pusat perbelanjaan dan area bermain di daerah Ciwidey. Ivan dan Gading sedang berada di sana."

"Baiklah. Tapi apa kita perlu membawa surat tugas. Pastinya kita tidak dibiarkan masuk begitu saja ke acara itu."

"Tenang saja. Perusahaan yang menggelar acara itu adalah perusahaan di mana sepupuku bekerja. Aku akan menghubunginya dan meminta kartu undangan padanya. Makanya kamu harus berpakaian rapih."

Kepala Tristan mengangguk paham. Aditya menawarkan diri mengantar Tristan ke kost-annya. Setelah itu dia akan pulang dan bersiap. Nantinya juga dia akan menjemput Tristan lagi, supaya mereka bisa pergi bersama.

***

Pukul tujuh lebih dua puluh menit, Aditya dan Tristan sudah sampai di tempat acara. Pria itu terpaksa harus berpakaian rapih karena acara grand opening kali ini dilakukan oleh keluarganya. Tristan cukup bingung melihat Aditya yang memakai jas ke acara ini, sementara dirinya hanya memakai batik saja.

"Kamu rapih banget."

"Harus, kalau ngga, aku bakalan digetok sama Mamaku, hehehe.."

Usai memakai jasnya, Aditya turun dari mobil disusul oleh Tristan. Keduanya segera menuju lobi mall. Acara grand opening memang dilakukan di pusat perbelanjaan yang menyatu dengan area bermain. Tempat acara berada di hall yang ada di lantai teratas gedung ini. Di depan lobi, sudah berjaga tim keamanan keluarga Ramadhan. Mereka menganggukkan kepalanya pada Aditya ketika pria itu melintas.

Aditya langsung menuju lantai teratas. Sudah banyak tamu yang datang. Mereka masih berkumpul di depan meja tamu untuk menulis di buku undangan. Tanpa menulis di buku undangan, Aditya langsung masuk ke dalam dan tidak ada yang menghalanginya.

"Dit.. masuknya ngga pake kartu undangan?" bisik Tristan.

"Ngga usah. Ayo."

Tristan mengikuti saja kemana Aditya melangkah. Pria itu melihat sekeliling, tamu yang hadir semuanya berpakaian rapih. Dapat pria itu pastikan kalau yang datang kebanyakan tamu penting. Lalu matanya menangkap Irzal tengah berbincang dengan Bupati Kabupaten Bandung. Dia langsung mengenali Irzal, pernah melihat gambar pria itu di majalah bisnis.

"Kenapa terlambat?" sembur Stella ketika Aditya sampai ke dekatnya.

"Sorry, Mama sayang. Tadi masih ada pekerjaan," jawab Aditya sambil memeluk Mamanya.

"Ngga suami, ngga anak, kalau udah kerja suka lupa sama keluarga," gerutu Stella.

"Udah dong Mama cantik, jangan marah-marah aja. Kenalin ini rekan kerjaku, namanya Tristan. Tris, perempuan cantik ini Mamaku."

"Tristan, Tante."

Tristan segera maju lalu mencium punggung tangan Stella. Untuk sesaat Stella memandangi pria di depannya. Wajah Tristan terbilang tampan, sikapnya juga ramah dan murah senyum. Rasanya Stella ingin menjodohkan anaknya dengan Tristan. Wanita itu masih cemas saat tahu anak keduanya juga memiliki kemampuan seperti dirinya.

"Kamu sudah punya pacar?" tanya Stella tiba-tiba.

"Eh.. Ng.. ngga ada, Tan."

Seketika Tristan menjadi gugup karena Stella langsung menanyakan pasangan padanya. Aditya hanya memutar bola matanya saja. Dia sudah tahu pikiran Stella. Pasti Mamanya itu ingin menjodohkan Tristan dengan Zahira. Bukannya Aditya tidak setuju, dia kasihan saja pada Tristan kalau harus berpasangan dengan adiknya yang super duper jutek.

"Kapan kamu sampai?"

Tiba-tiba saja Tamar sudah berada di dekat mereka. Aditya langsung mencium punggung tangan ayahnya. Lagi-lagi Tristan dibuat terkejut. Interaksi antara Aditya dengan Kepala Polrestabes ini terlihat begitu akrab. Apalagi ketika Tamar menggamit pinggang Stella dengan mesra.

"Apa kalian datang berhubungan dengan kasus?" tanya Tamar lagi ketika melihat Tristan bersama anaknya.

"Iya, Pa. Salah satu pegawai SAFE tertangkap kamera cctv di mini market yang didatangi Ibu Wina. Dia tertangkap kamera di hari sama Bu Wina menghilang. Aku curiga dia terlibat. Apalagi pin mereka ditemukan di dekat TKP terbuangnya Bu Wina."

"Tapi jangan sampai mengacaukan acara Ayah Bibie."

"Siap, Pa."

"Sana, temui dulu ayahmu."

Aditya mengikuti saja apa kata Papanya. Pria itu segera menemui Irzal yang saat ini tengah berkumpul dengan istri dan anak-anaknya. Tak lupa dia mengajak Tristan juga. Pria itu sepertinya masih sedikit terkejut dengan kenyataan yang diketahuinya malam ini.

"Kamu anaknya Pak Tamar?" akhirnya keluar juga pertanyaan itu dari mulut Tristan.

"Iya. Cukup kamu aja yang tahu ya."

"Siapa lagi yang tahu selain aku?"

"Pak Tomi."

"Ooh.."

Hanya itu saja jawaban yang keluar dari mulut Tristan. Sebelumnya dia sudah mengira kalau Aditya berasal dari keluarga terpandang dan berada, tapi pria itu tidak menyangka kalau Aditya adalah anak dari Tamar. Saat di kantor, keduanya selalu bersikap biasa. Tidak terlihat kalau mereka memiliki hubungan kekeluargaan.

"Ayah.. selamat atas keberhasilannya."

Aditya mendekati Irzal lalu mencium punggung tangan pria itu bergantian dengan Arsy. Di antara Paman yang lain, Aditya memang memanggil Irzal dengan sebutan Ayah. Itu karena kedekatan hubungan Papanya dengan pria itu. Selain Irzal, Aditya juga memanggil Papi pada Dipa, adik Mamanya. Untuk yang lain hanya dipanggil dengan sebutan Om saja.

"Kenalin Yah, Bun.. ini rekanku, Tristan."

Tristan segera mencium punggung tangan Arsy dan Irzal bergantian. Lalu dia juga dikenalkan pada Arsyad, Irsyad, Dadvar dan Maira, anak bungsu Irzal dan Arsy.

"Var, Zahi mana?"

"Ngga tahu, di toilet kali."

Di toilet, Zahira baru saja selesai menuntaskan hajatnya. Gadis itu mencuci tangannya di wastafel sambil merapihkan rambutnya. Saat sedang merapihkan rambutnya, tiba-tiba saja wajah di depan cermin berubah. Bukan penampakan dirinya melainkan wajah lain yang menyeramkan.

"Aaaaa!!!"

Zahira berteriak kencang kalau berlari keluar dari toilet. Suasana di toilet sangat sepi karena berada di luar hall. Sialnya wanita yang dilihatnya di cermin ikut keluar dan mengejarnya. Zahira semakin panik, sesekali dia melihat ke belakang untuk memastikan apa makhluk itu mengejarnya atau tidak. Karena tidak lihat jalan, gadis itu menabrak tempat sampah dan hampir saja terjatuh. Beruntung sebuah tangan menahan tubuhnya dan di saat bersamaan, sosok yang mengejarnya menghilang.

***

Siapa hayo yang nolong Zahi?

Terpopuler

Comments

☘️ gιмϐυℓ ☘️

☘️ gιмϐυℓ ☘️

Aduh, dikit lagi tertangkap itu pembunuhnya Bu Wina 😩😩😩 btw siapa yg nolong Zahi? Tristan kah? kebeneran dong kalo emang Tristan 🤭🤭🤭

2024-12-03

6

Yofa Meisya

Yofa Meisya

Tristan kah???? kok pembunuh nya gak ketangkap2 ya, tamar sama Adit benar2 profesional

2024-12-03

1

Lila

Lila

hayo sp yg nolongin zahi, Tristan ato pentolannya sentinel?
penasaran sih knp di episod kmrn2 mamak up visualnya..

2024-12-03

2

lihat semua
Episodes
1 Kembali Ke Bandung
2 Aang
3 Double Indigo
4 Kasus Pertama
5 Perdebatan
6 Partner Baru
7 Mengungkap Kebenaran
8 Autopsi
9 Dua Kasus
10 Tertangkap
11 Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12 Petunjuk
13 Penangkapan
14 Terbongkarnya Rahasia
15 Buntu
16 Wabah Bunuh Diri
17 Melawan Ketakutan
18 Kasus Baru
19 Seperti Kucing dan Tikus
20 Sharrul
21 Semakin Rumit
22 Clue
23 Penyintas
24 One Step Behind
25 Saksi Menyebalkan
26 Tukar Posisi
27 Adu Mulut
28 Debaran
29 Masa Lalu Kelam
30 Another Mistery
31 Kecurigaan
32 Cheryl
33 Ketakutan
34 Asma vs Ayan
35 Rival Hati
36 Titik Terang
37 Saksi Kejahatan
38 Pengalaman Mengerikan
39 Menjadi Tersangka
40 Bukti Tak Terduga
41 Lolos
42 Mangsa Baru
43 Pembunuh Berdarah Dingin
44 Dijebak
45 Kambing Hitam
46 Pasrah
47 Mencari Bukti
48 Melepas Rindu
49 Terkuak
50 Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51 Bahagia dan Cemburu
52 Calon Kakak Ipar
53 Lolos Lagi
54 Saksi Penting
55 Calon Ipar Durjana
56 Calon Mantu
57 Umpan
58 Aksi Penjebakan
59 Romansa
60 Sorrow Brings The Dark
61 Kabar Menghebohkan
62 Pesona Ivan
63 Dilema
64 Kesepakatan
65 Lamaran Dadakan
66 Baper
67 Rencana Ekstrim
68 Duel
69 Penculikan
70 Tumbal Terakhir
71 Final Battle
72 Kehilangan
73 Kesepakatan
74 Penghormatan Terakhir
75 Bertemu Calon Mertua
76 Pengantin Baru
77 Nafkah Batin
78 Serah Terima Kasus
79 Penyelidikan Dimulai
80 Bentrok Dua Kubu
81 Dua Kubu, Satu Target
82 Air dan Minyak
83 Petunjuk Baru
84 Kembali Full Team
85 Kolaborasi
86 Finding Sugih
87 Hajatan
88 Bukti Tambahan
89 Jebakan Tuan Muda
90 In Danger
91 Bantuan Tak Terduga
92 Tante Kim
93 Peninggalan Dito
94 Konspirasi Kelas Kakap
95 Habisi Dari Akarnya
96 Rencana Besar
97 Hadiah Dari Gading
98 Agen Man In Black
99 Rahman Junior
100 Hari H
101 Kemenangan Besar
102 Tak Ada Peluang
103 Tuntas
104 Amarah Safira
105 Bakal Calon Papa Bibil
106 Kabar Bahagia
107 Keluarga Cemara
108 All For Love
109 Vonis
110 Menuai Hukuman
111 Bersatunya Janda dan Perjaka
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Kembali Ke Bandung
2
Aang
3
Double Indigo
4
Kasus Pertama
5
Perdebatan
6
Partner Baru
7
Mengungkap Kebenaran
8
Autopsi
9
Dua Kasus
10
Tertangkap
11
Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12
Petunjuk
13
Penangkapan
14
Terbongkarnya Rahasia
15
Buntu
16
Wabah Bunuh Diri
17
Melawan Ketakutan
18
Kasus Baru
19
Seperti Kucing dan Tikus
20
Sharrul
21
Semakin Rumit
22
Clue
23
Penyintas
24
One Step Behind
25
Saksi Menyebalkan
26
Tukar Posisi
27
Adu Mulut
28
Debaran
29
Masa Lalu Kelam
30
Another Mistery
31
Kecurigaan
32
Cheryl
33
Ketakutan
34
Asma vs Ayan
35
Rival Hati
36
Titik Terang
37
Saksi Kejahatan
38
Pengalaman Mengerikan
39
Menjadi Tersangka
40
Bukti Tak Terduga
41
Lolos
42
Mangsa Baru
43
Pembunuh Berdarah Dingin
44
Dijebak
45
Kambing Hitam
46
Pasrah
47
Mencari Bukti
48
Melepas Rindu
49
Terkuak
50
Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51
Bahagia dan Cemburu
52
Calon Kakak Ipar
53
Lolos Lagi
54
Saksi Penting
55
Calon Ipar Durjana
56
Calon Mantu
57
Umpan
58
Aksi Penjebakan
59
Romansa
60
Sorrow Brings The Dark
61
Kabar Menghebohkan
62
Pesona Ivan
63
Dilema
64
Kesepakatan
65
Lamaran Dadakan
66
Baper
67
Rencana Ekstrim
68
Duel
69
Penculikan
70
Tumbal Terakhir
71
Final Battle
72
Kehilangan
73
Kesepakatan
74
Penghormatan Terakhir
75
Bertemu Calon Mertua
76
Pengantin Baru
77
Nafkah Batin
78
Serah Terima Kasus
79
Penyelidikan Dimulai
80
Bentrok Dua Kubu
81
Dua Kubu, Satu Target
82
Air dan Minyak
83
Petunjuk Baru
84
Kembali Full Team
85
Kolaborasi
86
Finding Sugih
87
Hajatan
88
Bukti Tambahan
89
Jebakan Tuan Muda
90
In Danger
91
Bantuan Tak Terduga
92
Tante Kim
93
Peninggalan Dito
94
Konspirasi Kelas Kakap
95
Habisi Dari Akarnya
96
Rencana Besar
97
Hadiah Dari Gading
98
Agen Man In Black
99
Rahman Junior
100
Hari H
101
Kemenangan Besar
102
Tak Ada Peluang
103
Tuntas
104
Amarah Safira
105
Bakal Calon Papa Bibil
106
Kabar Bahagia
107
Keluarga Cemara
108
All For Love
109
Vonis
110
Menuai Hukuman
111
Bersatunya Janda dan Perjaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!