Penangkapan

"Itu dia," seru Aditya tanpa sadar.

"Kamu yakin itu pelakunya?" tanya Tristan.

Aditya merutuki dirinya yang keceplosan. Saking senangnya bisa menemukan si rancung, Aditya sampai tidak sadar keceplosan.

"Tindak tanduk mereka mencurigakan. Sudah pasti pelakunya mereka, lihat yang dibawa mereka kantung plastik hitam. Pasti isinya mayat Bu Wina."

"Iya, kamu benar."

Aditya bisa bernafas lega karena Tristan mempercayai argumennya. Dalam rekaman, perilaku ketiga pria itu memang mencurigakan. Mereka berjalan pelan menuju kali. Tempat mereka membuang jasad Wina.

"Apa kami bisa meminjam kartu memory Bapak?"

"Silakan ambil saja. Semoga mereka cepat bisa ditemukan. Di sini belum pernah terjadi kasus pembunuhan sebelumnya. Jujur saja, saya dan beberapa warga merasa cemas juga."

"Terima kasih, Pak. Semoga kami bisa secepatnya menemukan mereka."

Setelah mengambil kartu memori pemilik mobil, Aditya dan Tristan segera kembali ke kantor. Mereka akan membagi hasil penemuannya bersama rekan yang lain. Sesampainya di kantor, Tomi langsung mengajak mereka berkumpul di ruang rapat. Aditya segera memperlihatkan rekaman kamera dashboard yang didapatnya.

"Gerak-gerik mereka memang mencurigakan. Tapi video ini terlalu gelap, minta tim IT untuk lebih memperjelas rekaman video dan segera cetak foto pelaku. Sebarkan ke setiap Polsek, kita harus segera menangkap mereka."

"Siap!"

Semua yang ada di ruangan kembali bergerak. Lewat petunjuk kecil yang mereka dapatkan, semoga saja bisa segera menangkap pelaku.

***

"Dit.."

Kepala Aditya menoleh ketika ada yang memanggilnya. Rupanya Aang yang memanggilnya. Sudah tiga hari Aang pergi tanpa kabar. Aditya menoleh ke kanan dan kiri. Semua rekannya nampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aditya berdiri dari duduknya lalu berjalan keluar dari kantor. Pria itu berhenti di dekat mobilnya.

"Apa yang kamu dapat?"

"Aku berhasil menemukan mereka. Sekarang mereka berada di daerah Cicadas. Mereka sering nongkrong di warung nasi yang dekat rumah sakit."

"Baiklah."

Dari kaca mobilnya, Aditya bisa melihat Tristan mendekat padanya. Pria itu mengambil ponselnya, lalu menaruh ke dekat telinganya, berpura-pura seolah sedang berbicara dengan seseorang. Ketika Tristan semakin dekat, Aditya membalikkan tubuhnya.

"Tris, ayo pergi."

"Kemana?"

"Ada yang melapor kalau melihat buronan kita."

"Oh ya? Dimana?" tanya Tristan bersemangat.

"Cicadas. Ayo kita pergi sekarang."

Kepala Tristan mengangguk cepat. Pria itu segera masuk ke dalam mobil Aditya. Kaki Aditya langsung menekan pedal gas dan kendaraan roda empat itu segera meluncur pergi.

"Kamu dapat informasi dari mana?"

"Temanku. Aku meminta bantuannya kalau-kalau melihat pelaku."

"Temanmu banyak juga."

"Iya," jawab Aditya sambil melemparkan cengiran. Tristan tidak tahu saja kalau teman yang dimaksud Aditya adalah jin wanita dan jin bocil yang selalu mengikutinya.

Dua puluh menit kemudian Aditya sudah sampai di lokasi yang ditunjukkan oleh Aang. Jin bocil itu juga ikut di dalam mobil. Dia duduk di jok belakang. Ketika Aditya menghentikan kendaraannya, dia baru ingat kalau Suzy juga tidak kelihatan selama dua hari ini.

"Tante Suzy kemana?" tanya Aditya pada Aang sambil melihat ke spion tengah.

"Si Nepo..."

"Siapa Tante Suzy?" tanya Tristan bingung.

"Oh.. Tante Suzy yang kasih info ke aku soal buruan kita. Dia janji mau tunggu aku ke sini. Tapi kok ngga kelihatan ya."

Aditya melihat-lihat ke arah depan dan samping, seperti tengah mencari seseorang. Lagi-lagi dia merutuki dirinya yang keceplosan. Untuk ke sekian kalinya Tristan mempercayai saja ucapan Aditya. Keduanya segera turun dari mobil. Aang yang sudah berada di luar, menunjuk warung nasi tempat biasa si rancung dan temannya berkumpul. Aditya mengajak Tristan menuju warung makan tersebut.

"Permisi, selamat sore, Bu," sapa Aditya pada pemilik warung.

"Sore."

"Apa Ibu pernah melihat orang ini?" Aditya menunjukkan foto si rancung. Mata sang pemilik warung memicing lalu kepalanya mengangguk.

"Dia sering ke sini sama temannya, dua orang. Yang satu botak, satu lagi rambutnya kriwil."

"Terima kasih, Bu. Apa hari ini mereka sudah ke sini?"

"Mereka biasanya ke sini habis Maghrib."

Aditya melihat jam di pergelangan tangannya, waktu menunjukkan pukul lima sore. Aditya mengajak Tristan kembali ke mobilnya. Mereka akan menunggu di mobil saja. Sambil duduk di dalam mobil, mata Tristan terus melihat ke arah spion, dari sana dia bisa melihat siapa saja yang datang ke warung makan. Sayup-sayup terdengar suara adzan. Aditya mengajak Tristan shalat di mushola yang tak jauh dari sana.

Selesai shalat, Aditya dan Tristan kembali ke dekat warung makan. Mata mereka menangkap tiga orang pria mendekati warung makan. Salah satunya adalah orang yang ada di dalam foto. Keduanya memutuskan untuk segera mendekati target. Baru saja akan memesan makanan, mata si rancung menangkap Aditya dan Tristan yang berjalan ke warung. Dia curiga dengan gerak-gerik dua pria muda itu, pasalnya mata mereka terus melihat padanya.

"Ssstt... Ayo pergi, ada polisi," bisik si rancung pada kedua temannya.

Mendengar apa yang dikatakan rekannya, dua orang itu tak jadi memesan makanan. Dengan langkah cepat ketiganya meninggalkan warung makan. Melihat itu, Aditya sadar kalau buruannya sudah menyadari siapa dirinya. Kompak dia dan Tristan segera berlari mengejar.

"Berhenti!!" teriak Tristan.

Aksi kejar-kejaran langsung terjadi. Ketiga pria yang menjadi target penangkapan, berlari cepat menghindar. Mereka mengarah ke gang yang ada di seberang jalan. Si kepala botak mengambil keranjang buah lalu melemparkannya ke jalan demi menghalangi kejaran dua polisi di belakangnya.

"Hei!!" teriak sang pedagang.

Tanpa mempedulikan teriakan pedagang tersebut, mereka terus berlari. Aditya dan Tristan terpaksa mengabaikan pedagang yang tengah memunguti dagangannya. Keduanya terus berlari mengejar. Kini mereka sudah memasuki gang sempit. Target berlari tak tentu arah, berbelok memasuki jalan lain dan terus diikuti oleh Aditya dan Tristan. Mereka seolah-olah sedang berada di dalam labirin.

Si kriwil mengajak rekannya berbelok ke kiri. Mereka berbelok lalu terus berlari. Sial, jalan yang dipilih ternyata jalan buntu. Saat mereka akan kembali, Aditya dan Tristan sudah berada di belakang mereka.

"Menyerah lah," ujar Tristan dengan nafas terengah.

"Mengapa kalian mengejar kami? Apa salah kami?" tanya si kriwil.

"Kalau kalian tidak salah? Kenapa lari?" tanya Tristan.

"Menyerah lah! Kalian ditangkap atas pembunuhan Ibu Wina dan Lastri!" teriak Aditya.

Tak ingin menyerah, si rancung mengajak kedua temannya untuk melawan. Pria itu berteriak kencang seraya melayangkan tinjunya. Belum sempat mendekati, sebuah tendangan sudah diberikan Tristan, membuat pria itu jatuh tersungkur. Si botak dan si kriwil menyerang Aditya. Dengan mudah pria itu mengelak dan melayangkan pukulan balasan. Sebuah bogeman mendarat di wajah si botak dan tendangan mendarat di perut si kriwil.

Dalam waktu singkat, Aditya dan Tristan berhasil meringkus ketiganya. Aditya segera menghubungi rekannya. Jaya dan nusa segera bergerak menuju lokasi penangkapan ketiga orang itu. Aditya dan Tristan segera menggiring ketiga pria itu. Tangan mereka sudah terborgol. Banyak warga yang memperhatikan mereka. Aditya bermaksud membawa mereka ke dekat mobilnya. Ketika melewati pedagang yang dagangannya dirusak oleh si botak.

"Maaf, Pak. Dagangan Bapak jadi rusak. Biar saya bayar kerugiannya," Aditya mengambil dompetnya lalu mengeluarkan lima lembar seratus ribuan dan memberikannya pada sang pedagang.

"Cukup, Pak?" tanya Aditya.

"Kebanyakan Pak."

"Ngga apa-apa, ambil aja."

Selesai dengan sang pedagang, Aditya mendekati Tristan. Si rancung dan dua temannya berjongkok di dekat mobil. Mereka tidak bisa kemana-kemana lagi. Selain tangan sudah terborgol, badan mereka juga sakit mendapat hajaran dari dua polisi tersebut.

***

Tersangka yang ditangkap oleh Aditya dan Tristan segera dibawa ke kantor Polrestabes. Diketahui mereka bernama Beben yang berambut rancung, Widodo yang berambut kriwil dan Moko yang berkepala plontos. Ketiganya menjalani interogasi di tempat terpisah. Jaya menginterogasi Widodo, Roni menginterogasi Beben, sementara Nusa mewawancara Moko. Aditya, Tomi, Tristan dan Ikhsan hanya mengawasi dari ruangan lain yang terhubung melalui kaca satu arah.

"Apa kamu mengenal wanita ini?" Jaya menunjukkan foto Wina dan Lastri. Tidak ada jawaban dari Widodo.

"Kenapa kamu membunuhnya?"

"Saya tidak kenal mereka. Untuk apa saya membunuhnya?"

"Lalu apa yang kalian lakukan malam-malam di dekat kali?"

Jaya memutar laptop ke hadapan Widodo, dia memutar rekaman kamera dashboard. Masih belum ada jawaban dari mulut pria itu.

"Kalian sudah membunuh dua orang wanita dalam satu malam. Aku akan pastikan kalian akan mendekam lama di penjara."

"Aku tidak membunuhnya, aku hanya membuang mayat wanita itu."

"Mayat wanita yang mana?"

"Yang ditaruh di plastik sampah hitam."

"Bukan kami yang melakukannya. Sumpah aku dan temanku hanya ditugaskan untuk membuangnya saja. Bukan kami yang membunuhnya."

***

Hari ini sengaja up dua bab soalnya besok aku libur🤗 jangan lupa komen yang banyak ya😉

Terpopuler

Comments

Safitri Agus

Safitri Agus

terimakasih Thor 🙏, makin penasaran terus nih,🤭 ternyata mereka cuma orang suruhan saja bukan pelaku sebenarnya

2024-12-01

4

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

ouwwww...wo ho ho....apakah anggota sentinel dalang pembunuhannya ...?
Bagi Adit gk bakal syulitt untuk menemukan si pembunuh ....tenang saja banyak yg bantu ..... bodyguard nya saja gk keleng²...... makhluk astral lohh.....👍🏻🤭

2024-12-01

2

☘️ gιмϐυℓ ☘️

☘️ gιмϐυℓ ☘️

Nah looo, trus siapa pembunuhnya kalo mereka bertiga hanya ditugaskan utk membuang mayat Bu Wina? apa mungkin si pemilik pin perusahaan itu pelaku sebenarnya? 🤔🤔🤔

2024-12-01

3

lihat semua
Episodes
1 Kembali Ke Bandung
2 Aang
3 Double Indigo
4 Kasus Pertama
5 Perdebatan
6 Partner Baru
7 Mengungkap Kebenaran
8 Autopsi
9 Dua Kasus
10 Tertangkap
11 Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12 Petunjuk
13 Penangkapan
14 Terbongkarnya Rahasia
15 Buntu
16 Wabah Bunuh Diri
17 Melawan Ketakutan
18 Kasus Baru
19 Seperti Kucing dan Tikus
20 Sharrul
21 Semakin Rumit
22 Clue
23 Penyintas
24 One Step Behind
25 Saksi Menyebalkan
26 Tukar Posisi
27 Adu Mulut
28 Debaran
29 Masa Lalu Kelam
30 Another Mistery
31 Kecurigaan
32 Cheryl
33 Ketakutan
34 Asma vs Ayan
35 Rival Hati
36 Titik Terang
37 Saksi Kejahatan
38 Pengalaman Mengerikan
39 Menjadi Tersangka
40 Bukti Tak Terduga
41 Lolos
42 Mangsa Baru
43 Pembunuh Berdarah Dingin
44 Dijebak
45 Kambing Hitam
46 Pasrah
47 Mencari Bukti
48 Melepas Rindu
49 Terkuak
50 Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51 Bahagia dan Cemburu
52 Calon Kakak Ipar
53 Lolos Lagi
54 Saksi Penting
55 Calon Ipar Durjana
56 Calon Mantu
57 Umpan
58 Aksi Penjebakan
59 Romansa
60 Sorrow Brings The Dark
61 Kabar Menghebohkan
62 Pesona Ivan
63 Dilema
64 Kesepakatan
65 Lamaran Dadakan
66 Baper
67 Rencana Ekstrim
68 Duel
69 Penculikan
70 Tumbal Terakhir
71 Final Battle
72 Kehilangan
73 Kesepakatan
74 Penghormatan Terakhir
75 Bertemu Calon Mertua
76 Pengantin Baru
77 Nafkah Batin
78 Serah Terima Kasus
79 Penyelidikan Dimulai
80 Bentrok Dua Kubu
81 Dua Kubu, Satu Target
82 Air dan Minyak
83 Petunjuk Baru
84 Kembali Full Team
85 Kolaborasi
86 Finding Sugih
87 Hajatan
88 Bukti Tambahan
89 Jebakan Tuan Muda
90 In Danger
91 Bantuan Tak Terduga
92 Tante Kim
93 Peninggalan Dito
94 Konspirasi Kelas Kakap
95 Habisi Dari Akarnya
96 Rencana Besar
97 Hadiah Dari Gading
98 Agen Man In Black
99 Rahman Junior
100 Hari H
101 Kemenangan Besar
102 Tak Ada Peluang
103 Tuntas
104 Amarah Safira
105 Bakal Calon Papa Bibil
106 Kabar Bahagia
107 Keluarga Cemara
108 All For Love
109 Vonis
110 Menuai Hukuman
111 Bersatunya Janda dan Perjaka
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Kembali Ke Bandung
2
Aang
3
Double Indigo
4
Kasus Pertama
5
Perdebatan
6
Partner Baru
7
Mengungkap Kebenaran
8
Autopsi
9
Dua Kasus
10
Tertangkap
11
Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12
Petunjuk
13
Penangkapan
14
Terbongkarnya Rahasia
15
Buntu
16
Wabah Bunuh Diri
17
Melawan Ketakutan
18
Kasus Baru
19
Seperti Kucing dan Tikus
20
Sharrul
21
Semakin Rumit
22
Clue
23
Penyintas
24
One Step Behind
25
Saksi Menyebalkan
26
Tukar Posisi
27
Adu Mulut
28
Debaran
29
Masa Lalu Kelam
30
Another Mistery
31
Kecurigaan
32
Cheryl
33
Ketakutan
34
Asma vs Ayan
35
Rival Hati
36
Titik Terang
37
Saksi Kejahatan
38
Pengalaman Mengerikan
39
Menjadi Tersangka
40
Bukti Tak Terduga
41
Lolos
42
Mangsa Baru
43
Pembunuh Berdarah Dingin
44
Dijebak
45
Kambing Hitam
46
Pasrah
47
Mencari Bukti
48
Melepas Rindu
49
Terkuak
50
Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51
Bahagia dan Cemburu
52
Calon Kakak Ipar
53
Lolos Lagi
54
Saksi Penting
55
Calon Ipar Durjana
56
Calon Mantu
57
Umpan
58
Aksi Penjebakan
59
Romansa
60
Sorrow Brings The Dark
61
Kabar Menghebohkan
62
Pesona Ivan
63
Dilema
64
Kesepakatan
65
Lamaran Dadakan
66
Baper
67
Rencana Ekstrim
68
Duel
69
Penculikan
70
Tumbal Terakhir
71
Final Battle
72
Kehilangan
73
Kesepakatan
74
Penghormatan Terakhir
75
Bertemu Calon Mertua
76
Pengantin Baru
77
Nafkah Batin
78
Serah Terima Kasus
79
Penyelidikan Dimulai
80
Bentrok Dua Kubu
81
Dua Kubu, Satu Target
82
Air dan Minyak
83
Petunjuk Baru
84
Kembali Full Team
85
Kolaborasi
86
Finding Sugih
87
Hajatan
88
Bukti Tambahan
89
Jebakan Tuan Muda
90
In Danger
91
Bantuan Tak Terduga
92
Tante Kim
93
Peninggalan Dito
94
Konspirasi Kelas Kakap
95
Habisi Dari Akarnya
96
Rencana Besar
97
Hadiah Dari Gading
98
Agen Man In Black
99
Rahman Junior
100
Hari H
101
Kemenangan Besar
102
Tak Ada Peluang
103
Tuntas
104
Amarah Safira
105
Bakal Calon Papa Bibil
106
Kabar Bahagia
107
Keluarga Cemara
108
All For Love
109
Vonis
110
Menuai Hukuman
111
Bersatunya Janda dan Perjaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!