Mencari Jarum di Tumpukan Jerami

"Aku ada informasi baru," ujar Aditya dan Roni bersamaan.

Kedua pria itu saling berpandangan sesaat setelah mengucapkan kalimat yang sama secara bersamaan. Aditya mempersilakan pada Roni untuk berbicara lebih dulu. Pria itu mendudukkan diri di samping Tristan.

"Barusan hasil tes keluar. Darah yang terdapat pada pin adalah darah dua orang. Yang pertama milik Ibu Wina, satu lagi milik orang lain. Mereka sudah mengecek ke basis data tapi tidak ada DNA yang sesuai. Itu artinya pelaku belum pernah melakukan kejahatan sebelumnya," jelas Roni.

"Kalau begitu semakin sulit untuk menemukan pelaku."

"Ya.. lalu apa yang kamu temukan?" Roni melihat pada Aditya.

"Logo di pin yang ditemukan adalah logo perusahaan keamanan, Sentinel. Perusahaan ini berpusat di Moskow tapi sudah memiliki anak cabang di beberapa negara, salah satunya di Indonesia. Kantornya berada di Jakarta. Aku yakin pemilik pin ini adalah orang yang membunuh Ibu Wina."

"Apa info ini valid?" tanya Roni.

"Tentu saja."

"Kalau begitu besok kita ke Jakarta. Aku akan meminta surat perintah sekarang," ujar Roni sambil berdiri dari duduknya.

Walau tidak yakin petunjuk yang dimiliki bisa membuat mereka menangkap pelaku secepatnya, namun apa pun itu, mereka harus mencobanya. Kasus ini lebih rumit dibanding kasus Edwin. Bisa jadi pembunuh Wina adalah orang berkuasa. Namun satu pertanyaan penting yang harus dijawab, apa motifnya membunuh Wina yang hanya seorang Ibu rumah tangga biasa?

Waktu sudah pukul sembilan malam, Aditya dan Tristan meninggalkan kantor Polsek Sukajadi. Mereka lebih dulu kembali ke kantor Polrestabes untuk melaporkan perkembangan penyelidikan mereka. Ternyata Jaya, Nusa dan Ikhsan juga baru pulang setelah mereka menangkap Ageng. Tanpa melalui interogasi yang panjang, pria itu langsung mengakui perbuatannya yang sudah membunuh Edwin. Namun pria itu menyangkal soal pembunuhan Lastri. Istrinya itu pergi dari rumah. Salah satu alasannya memukuli Edwin adalah untuk melampiaskan emosinya yang ditinggal Lastri begitu saja.

Tomi mengajak semua anggota timnya untuk berkumpul di ruang rapat. Aditya langsung diminta melaporkan perkembangan kasus Lastri. Dari perkembangan yang didapat, diketahui kalau pembunuh Lastri bisa jadi adalah orang yang berkuasa.

"Pak, apa tidak lebih baik kalau kasus ini ditarik ke sini? SDM di sana masih kurang. Kita bisa menarik satu atau dua anggota di sana untuk bergabung bersama kita," usul Aditya.

"Usulan Aditya bagus juga," sambung Jaya.

"Menurutmu siapa yang bisa ditarik ke sini?"

"Roni. Dia adalah penanggung jawab kasus Ibu Wina."

"Baiklah. Saya akan mendiskusikannya dengan Pak Tamar besok. Kalian akan berangkat ke Jakarta besok?" Tomi melihat pada Aditya dan Tristan.

"Iya, Pak."

"Apa yang bisa kami bantu?" tanya Nusa.

"Saat ini informasi yang kami miliki masih minim. Mudah-mudahan ada perkembangan baik sekembalinya dari Jakarta. Oh ya noda darah di pin, salah satunya adalah darah si pembunuh. Tapi tidak ada di basis data kepolisian," terang Tristan.

"Aku akan menggali lebih dalam ke keluarga korban dan mencari jejak di dekat rumah korban. Siapa tahu ada yang tertinggal."

Ucapan Jaya disambut anggukan yang lain. Kasus Lastri termasuk kasus yang pelik. Kematiannya berhubungan dengan yang kasus lain. Rapat segera ditutup dan semua dipersilakan pulang ke rumah masing-masing.

***

Keesokan harinya Aditya berangkat ke Jakarta bersama Tristan dan Roni. Pria itu lebih dulu menuju kantor Polsek Sukajadi untuk menjemput Roni. Mereka pergi menggunakan mobil Aditya. Roni duduk di jok belakang. Baru kali ini dia menaiki mobil mewah.

"Wah mobilmu mewah juga," ujar Roni.

"Ini mobil hadiah, Bang."

"Yang kasih kamu hadiah pasti uangnya ngga berseri ya, hahaha.."

Hubungan Roni dengan Aditya dan Tristan sudah lebih mencair. Awalnya pria itu memang tidak senang dengan kehadiran dua juniornya dari kantor Polrestabes. Mereka dianggap mencampuri kasus yang tengah di tanganinya. Namun setalah melihat kinerja Aditya dan Tristan yang baik, perlahan sikapnya mulai berubah. Dia bahkan meminta dua rekannya itu memanggil dengan sebutan Abang alih-alih Bapak.

"Kamu dapat info soal Sentinel dari mana?"

"Dari sepupuku."

"Sepupuku kerja di mana?"

"Di Infinity Corp."

"Wah perusahaan besar itu. Sepupumu kerja di bagian apa?"

"Masih kerja serabutan, Bang. Namanya juga baru join. Alhamdulillah atasannya baik dan mau kasih info sama dia."

Aditya sengaja tidak menyebutkan yang sebenarnya ditentang Arsyad. Dia hanya tidak ingin orang-orang mengenalnya karena keturunan Hikmat. Dia ingin orang lain dekat dengannya karena tulus dan mengakui kinerjanya karena kerja kerasnya, bukan karena latar belakang keluarganya.

"Oh ya, Bang. Kasus Ibu Wina akan ditarik ke kantor Polrestabes."

"Silakan saja, mungkin memang lebih cocok kalau kasus itu dilimpahkan ke sana. Aku kekurangan personil untuk menyelidiki kasus ini. Apalagi sepertinya kasus ini bukan kasus biasa."

"Kalau Abang bersedia, Abang juga akan ditarik ke sana."

"Tentu saja."

Tol Cipularang masih lengang ketika Aditya memacu kendaraan roda empatnya di sana. Mereka memang sengaja berangkat pagi agar bisa tiba lebih awal di Jakarta. Sambil berkendara, ketiga berbincang membahas kasus yang tengah mereka tangani. Roni sendiri merasa pesimis kalau kasus ini akan bisa selesai dalam waktu dekat, syukur-syukur kalau tidak masuk ke peti es karena tidak dapat terselesaikan.

Perjalanan mereka berakhir ketika kendaraan milik Aditya berbelok memasuki pelataran parkir gedung kantor Sentinel. Setelah memarkirkan kendaraannya, ketiganya memasuk lobi gedung berlantai sepuluh ini. Mereka segera menuju meja resepsionis.

"Selamat pagi, ada yang bisa dibantu?"

"Pagi, kami ingin menemui bagian HRD," Roni memperlihatkan kartu identitasnya dan surat yang dibawa dari kantornya.

"Sebentar, Pak."

Petugas resepsionis tersebut segera menghubungi bagian HRD. Selesai mengatakan kedatangan Roni dan yang lain, wanita itu memandu ketiga petugas polisi itu menuju lift yang ada di samping kanan meja resepsionis. Dia memijit tombol enam lalu keluar lagi dari lift. Kotak besi itu pun mulai bergerak naik. Sesampainya di lantai enam, kedatangan mereka langsung disambut oleh seorang pria paruh baya. Dia langsung memperkenalkan diri seraya menyalami ketiganya.

"Silakan ikut saya."

Pria bernama Baskara itu membawa Roni dan yang lain ke ruang meeting yang ada di lantai ini. Ini pertama kalinya petugas polisi mendatangi kantor Sentinel.Pria itu terlihat cukup tegang juga. Dia merasa kedatangan polisi ke kantornya bukan hanya kunjungan biasa.

"Begini Pak Baskara, kedatangan kami berkaitan dengan kasus pembunuhan yang sedang kamu tangani. Dari hasil penyelidikan, kami menemukan bukti yang mengarah ke kantor ini."

"Bukti apa?"

Terdengar suara pria lain tak lama setelah pintu ruangan terbuka. Baskara berdiri untuk menyambut atasannya, Ivan. Mendengar ada petugas polisi yang datang ke kantornya, Ivan merasa harus menemuinya sendiri. Pria itu belum lama menjabat sebagai pimpinan Sentinel, baru dua tahun lamanya dia menjabat. Tentu saja dia tidak ingin ada masalah dengan perusahaan yang dipimpinnya ini.

"Perkenalkan ini Pak Ivan, Pimpinan Sentinel."

Aditya, Tristan dan Roni berdiri lalu menyalami Ivan. Pria itu mempersilakan ketiganya duduk kembali. Pembicaraan pun kembali berlanjut. Roni mengeluarkan foto Wina dan Lastri, lalu memperlihatkan pada Ivan dan Baskara.

"Apa kalian mengenal wanita ini?"

Kompak Ivan dan Baskara memperhatikan foto yang diperlihatkan oleh Roni. Keduanya saling berpandangan lalu menggelengkan kepalanya.

"Dia siapa?" tanya Ivan.

"Dia adalah korban pembunuhan. Ini Ibu Wina, dan ini Ibu Lastri."

"Oke, lalu apa hubungannya dengan perusahaan kami?" tanya Ivan lagi.

"Di TKP kami menemukan pin ini."

Roni memperlihatkan foto lain yang sekarang adalah gambar pin yang ditemukan Aditya. Ivan dan Baskara kembali memperhatikan foto tersebut.

"Ini pin perusahaan Sentinel, benar?"

"Iya."

"Selain pin ini ditemukan di TKP, pin ini juga terkena oleh noda darah. Darah yang pertama adalah milik korban dan darah kedua kami meyakini kalau itu darah pelaku."

"Apa semua karyawan di sini memiliki pin seperti ini?"

"Tidak. Hanya sekelas manajer saja yang memilikinya dan seluruh anggota tim SAFE," terang Ivan.

"SAFE?"

"Ya, perusahaan ini menawarkan beragam pilihan seperti guard services, valuables security transport, security training, security devices, security consultancy dan cyber security. Tim guard services kami disebut tim SAFE. Mereka semua memiliki pin seperti ini," terang Ivan panjang lebar.

"Berapa banyak anggota tim SAFE?"

"Sejauh ini 50 orang."

"Apa kami bisa meminta data mereka dan apa tugas mereka selama dua Minggu terakhir?"

Baskara nampak ragu menyetujui apa yang diminta oleh Roni. Pria itu menolehkan kepalanya pada Ivan. Atasannya itu hanya menganggukkan kepalanya saja. Baskara bangun dari duduknya lalu menuju telepon ekstensi yang ada di sudut ruangan. Pria itu menghubungi sekretarisnya dan meminta wanita itu menyediakan apa yang diminta oleh Roni.

Sepuluh menit kemudian, seorang wanita masuk ke dalam ruangan. Di tangannya terdapat sebuah map yang berisi informasi yang diminta oleh Roni. Setelah menerima map tersebut, Roni, Aditya dan Tristan langsung melihat lembaran kertas tersebut. Aditya mencoba mencari sosok tiga orang yang diperlihatkan kakek penunggu kali. Namun tidak ada yang cocok dengan personil SAFE.

"Selain tim SAFE, siapa lagi yang memiliki pin?" tanya Tristan.

"Petinggi manajemen dan tim valuables security transport."

"Berapa orang personilnya?"

"12 orang."

"Apa kami bisa meminta datanya sekaligus petinggi manajamen, termasuk kegiatan mereka selama dua Minggu terakhir?"

Kembali Baskara menghubungi sekretarisnya. Lagi-lagi Aditya mencari tiga sosok yang dilihatnya, tapi tetap tidak ditemukan. Ternyata kedatangan mereka ke Jakarta pun masih menemukan jalan buntu.

"Kami akan membawa data ini."

"Silakan. Kalau kalian membutuhkan bantuan kami, katakan saja. Perusahaan kami bergerak atas dasar kepercayaan. Kami tidak ingin karena masalah ini membuat reputasi kami tercoreng," ujar Ivan.

"Terima kasih atas kerjasamanya. Maaf sudah menganggu waktunya."

Roni, Aditya dan Tristan pun segera meninggalkan kantor tersebut. Aditya mempersilakan Tristan menyetir mobilnya, sementara dirinya melihat-lihat lagi berkas yang didapatnya dari kantor Sentinel.

***

Ini penampakan Ivan

Terpopuler

Comments

𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐

𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐

baca cerita tentang Adit..seperti baca novel serial detektif yang dulu aku baca,kaya sherlock Holmes,lima sekawan dan detektif conan 🥰

2024-11-30

5

⏤͟͟͞R•Dḕɛ 🌸

⏤͟͟͞R•Dḕɛ 🌸

jadi penasaran...mobil Adit apa sih ibunn 🤭

2024-12-01

2

☘️ gιмϐυℓ ☘️

☘️ gιмϐυℓ ☘️

Lah PR besar ini buat mereka ber3, lha kalo bukan karyawan/managemen lalu siapa pelaku pembunuhan itu? 🤔🤔🤔

2024-11-30

4

lihat semua
Episodes
1 Kembali Ke Bandung
2 Aang
3 Double Indigo
4 Kasus Pertama
5 Perdebatan
6 Partner Baru
7 Mengungkap Kebenaran
8 Autopsi
9 Dua Kasus
10 Tertangkap
11 Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12 Petunjuk
13 Penangkapan
14 Terbongkarnya Rahasia
15 Buntu
16 Wabah Bunuh Diri
17 Melawan Ketakutan
18 Kasus Baru
19 Seperti Kucing dan Tikus
20 Sharrul
21 Semakin Rumit
22 Clue
23 Penyintas
24 One Step Behind
25 Saksi Menyebalkan
26 Tukar Posisi
27 Adu Mulut
28 Debaran
29 Masa Lalu Kelam
30 Another Mistery
31 Kecurigaan
32 Cheryl
33 Ketakutan
34 Asma vs Ayan
35 Rival Hati
36 Titik Terang
37 Saksi Kejahatan
38 Pengalaman Mengerikan
39 Menjadi Tersangka
40 Bukti Tak Terduga
41 Lolos
42 Mangsa Baru
43 Pembunuh Berdarah Dingin
44 Dijebak
45 Kambing Hitam
46 Pasrah
47 Mencari Bukti
48 Melepas Rindu
49 Terkuak
50 Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51 Bahagia dan Cemburu
52 Calon Kakak Ipar
53 Lolos Lagi
54 Saksi Penting
55 Calon Ipar Durjana
56 Calon Mantu
57 Umpan
58 Aksi Penjebakan
59 Romansa
60 Sorrow Brings The Dark
61 Kabar Menghebohkan
62 Pesona Ivan
63 Dilema
64 Kesepakatan
65 Lamaran Dadakan
66 Baper
67 Rencana Ekstrim
68 Duel
69 Penculikan
70 Tumbal Terakhir
71 Final Battle
72 Kehilangan
73 Kesepakatan
74 Penghormatan Terakhir
75 Bertemu Calon Mertua
76 Pengantin Baru
77 Nafkah Batin
78 Serah Terima Kasus
79 Penyelidikan Dimulai
80 Bentrok Dua Kubu
81 Dua Kubu, Satu Target
82 Air dan Minyak
83 Petunjuk Baru
84 Kembali Full Team
85 Kolaborasi
86 Finding Sugih
87 Hajatan
88 Bukti Tambahan
89 Jebakan Tuan Muda
90 In Danger
91 Bantuan Tak Terduga
92 Tante Kim
93 Peninggalan Dito
94 Konspirasi Kelas Kakap
95 Habisi Dari Akarnya
96 Rencana Besar
97 Hadiah Dari Gading
98 Agen Man In Black
99 Rahman Junior
100 Hari H
101 Kemenangan Besar
102 Tak Ada Peluang
103 Tuntas
104 Amarah Safira
105 Bakal Calon Papa Bibil
106 Kabar Bahagia
107 Keluarga Cemara
108 All For Love
109 Vonis
110 Menuai Hukuman
111 Bersatunya Janda dan Perjaka
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Kembali Ke Bandung
2
Aang
3
Double Indigo
4
Kasus Pertama
5
Perdebatan
6
Partner Baru
7
Mengungkap Kebenaran
8
Autopsi
9
Dua Kasus
10
Tertangkap
11
Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12
Petunjuk
13
Penangkapan
14
Terbongkarnya Rahasia
15
Buntu
16
Wabah Bunuh Diri
17
Melawan Ketakutan
18
Kasus Baru
19
Seperti Kucing dan Tikus
20
Sharrul
21
Semakin Rumit
22
Clue
23
Penyintas
24
One Step Behind
25
Saksi Menyebalkan
26
Tukar Posisi
27
Adu Mulut
28
Debaran
29
Masa Lalu Kelam
30
Another Mistery
31
Kecurigaan
32
Cheryl
33
Ketakutan
34
Asma vs Ayan
35
Rival Hati
36
Titik Terang
37
Saksi Kejahatan
38
Pengalaman Mengerikan
39
Menjadi Tersangka
40
Bukti Tak Terduga
41
Lolos
42
Mangsa Baru
43
Pembunuh Berdarah Dingin
44
Dijebak
45
Kambing Hitam
46
Pasrah
47
Mencari Bukti
48
Melepas Rindu
49
Terkuak
50
Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51
Bahagia dan Cemburu
52
Calon Kakak Ipar
53
Lolos Lagi
54
Saksi Penting
55
Calon Ipar Durjana
56
Calon Mantu
57
Umpan
58
Aksi Penjebakan
59
Romansa
60
Sorrow Brings The Dark
61
Kabar Menghebohkan
62
Pesona Ivan
63
Dilema
64
Kesepakatan
65
Lamaran Dadakan
66
Baper
67
Rencana Ekstrim
68
Duel
69
Penculikan
70
Tumbal Terakhir
71
Final Battle
72
Kehilangan
73
Kesepakatan
74
Penghormatan Terakhir
75
Bertemu Calon Mertua
76
Pengantin Baru
77
Nafkah Batin
78
Serah Terima Kasus
79
Penyelidikan Dimulai
80
Bentrok Dua Kubu
81
Dua Kubu, Satu Target
82
Air dan Minyak
83
Petunjuk Baru
84
Kembali Full Team
85
Kolaborasi
86
Finding Sugih
87
Hajatan
88
Bukti Tambahan
89
Jebakan Tuan Muda
90
In Danger
91
Bantuan Tak Terduga
92
Tante Kim
93
Peninggalan Dito
94
Konspirasi Kelas Kakap
95
Habisi Dari Akarnya
96
Rencana Besar
97
Hadiah Dari Gading
98
Agen Man In Black
99
Rahman Junior
100
Hari H
101
Kemenangan Besar
102
Tak Ada Peluang
103
Tuntas
104
Amarah Safira
105
Bakal Calon Papa Bibil
106
Kabar Bahagia
107
Keluarga Cemara
108
All For Love
109
Vonis
110
Menuai Hukuman
111
Bersatunya Janda dan Perjaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!