Dua Kasus

"Aku sudah menemukan Ageng."

"Di mana?"

"Dia ada di daerah Jatinangor."

"Baiklah. Mana Tante Suzy?"

"Sepertinya dia sedang mengikuti rekanmu."

Tanpa bertanya lagi, Aditya langsung mencari keberadaan Suzy. Dia sudah tahu siapa yang tengah diikuti oleh jin wanita itu. Tristan kembali ke ruangan usai mengisi perutnya di kantin yang tak jauh dari kantor Polrestabes. Di belakangnya mengekor Suzy. Aditya hanya berdecak saja, jin wanita itu masih saja ganjen sampai sekarang. Tidak bisa melihat yang bening langsung ditempeli olehnya.

Ketika Suzy sampai di ruangan, Aditya memberi kode pada wanita itu untuk mengikutinya. Tahu kode yang diberikan Aditya, Suzy langsung mengikutinya. Pria itu berjalan menuju bagian belakang kantor. Bukan hanya Suzy, tapi Aang juga mengikutinya. Sekarang ketiganya sudah berada di dekat gudang. Suasana di sekitar gudang sangat sepi, memungkinkan mereka untuk mengadakan rapat pleno.

"Ada apa?" tanya Suzy tak sabar.

"Ageng sudah ditemukan."

"Ya baguslah. Kamu tinggal bilang pada timmu, supaya mereka bisa menangkap Ageng."

"Kalau mereka tanya aku tahu darimana, apa aku harus bilang dari Aang?" kesal Aditya.

"Biasa aja Dit, ngga usah ngegas juga ngomongnya. Terus kamu mau gimana?"

"Tante datangi Ageng pakai penampakan Edwin. Dia pasti kaget kalau lihat hantu Edwin. Terus kejar dia, arahkan dia ke tempat yang ada cctv nya. Kalau dia tertangkap di rekaman cctv, kami baru bisa bergerak menangkapnya."

"Kenapa bukan Aang aja?"

"Aku belum bisa menampakkan diri di depan semua orang. Aku hanya bisa menampakkan diri di depan orang yang punya indra keenam saja."

"Bilang saja kamu malas," cibir Suzy.

"Hei.. aku yang menemukan Ageng. Kalau aku malas, belum tentu aku bisa menemukannya dengan cepat. Kamu itu lebih tua, jadi punya lebih banyak keahlian daripada aku."

"Akhirnya kamu mengakui kalau aku lebih baik darimu," bangga Suzy.

"Aku memang belum sehebat kamu. Tapi setidaknya aku fokus dalam membantu Adit. Tidak sepertimu yang matanya selalu jelalatan melihat laki-laki ganteng."

"Lebih baik melihat mereka daripada melihat kamu yang botak."

"Haisshhh.. kenapa ribut lagi sih? Tante mending pergi sekarang deh. Aang, antar Tante Suzy. Habis itu kamu ke sini lagi. Ada tugas lain buatmu."

Tanpa menunggu perintah datang dua kali, Suzy dan Aang lansung menghilang. Aditya segera meninggalkan gudang begitu dua makhluk astral itu pergi. Dia kembali mendekati Tristan. Pria itu menarik kursi kerjanya yang mejanya tepat di sebelah Tristan.

"Pak Tomi sudah meminta surat agar kita bisa bergabung dengan penyelidikan yang terjadi di Polsek Sukajadi," terang Tristan.

Baru saja Tristan selesai berbicara, Tomi datang memberikan surat perintah untuk keduanya. Aditya mengambil surat tersebut. Mereka harus berangkat ke Polsek Sukajadi sekarang juga. Menemukan pembunuh wanita tanpa lengan dan Lastri menjadi prioritas agar mereka bisa secepatnya menyelesaikan kasus tersebut.

***

Kedatangan Aditya disambut oleh kepala Polsek Sukajadi. Pria itu membawa Aditya dan Tristan ke tim Jatanras. Kedua pria itu kembali berhadapan dengan petugas yang tadi ditanyainya seputar kasus pembunuhan yang terjadi. Wajah pria itu nampak masam, kedatangan dua petugas Polrestabes seakan menyindir mereka yang tidak becus bekerja.

"Kalau memang benar Lastri dibunuh oleh pembunuh yang sama, kalian hanya tunggu saja penyelidikan dari kami. Tidak perlu datang ke sini," ketus Roni.

"Kami diminta membantu agar kasus cepat selesai. Kalau pembunuhnya sudah tertangkap, setidaknya masyarakat bisa bernafas lega," jawab Tristan dengan sabar.

"Mereka datang untuk membantu. Sebaiknya kalian bekerja sama," lanjut kepala Polsek untuk menghentikan perdebatan.

"Baiklah, kalian datangi lagi TKP, siapa tahu ada petunjuk yang tertinggal," titah Roni.

Tanpa ada bantahan, Aditya dan Tristan segera pergi menuju TKP, tempat ditemukannya mayat wanita tanpa lengan. Aditya juga ingin bertemu dengan kakek penunggu kali yang melihat saat Lastri dikejar tiga orang itu.

Sesampainya di lokasi, Aditya meminta Tristan mendatangi toko di sekitar TKP yang memiliki cctv. Siapa tahu ketiga pelaku itu tertangkap kamera cctv. Sepeninggal Tristan, Aditya kembali menuju kali. Kakek penunggu kali masih berada di sana. Seperti biasa, duduk bersila di atas batu sambil melinting kumisnya.

"Kek.." sapa Aditya. Aang yang mengikutinya, bersembunyi di belakang Aditya. Jin bocil itu sedikit takut melihat jin senior tersebut.

"Kamu mau apalagi?"

"Apa kakek bisa memperlihatkan wajah orang yang sudah mengejar dan membunuh Lastri?"

"Siapa Lastri?"

"Itu, perempuan yang menemukan mayat di dekat kali. Masa kakek lupa."

"Maklum sudah tua," jawabnya sambil terkekeh.

"Kalau saya perlihatkan wajah mereka, memangnya kamu bisa langsung ingat?"

"Tenang saja. Ada dia yang akan mengingatnya."

Aditya menggeser posisinya berdiri sehingga kakek tersebut bisa melihat Aang. Jin bocil tersebut melemparkan senyum pada jin senior yang tengah memandanginya sambil mengangkat dua jarinya.

"Oke.. tapi saya hanya akan memperlihatkannya sekali saja."

Kepala Aang mengangguk cepat. Dia masih muda, tentu saja daya ingatnya masih sangat bagus. Sang kakek langsung berubah wujud. Tiga kali dia mengubah wujudnya. Pertama pria berambut keriting sebahu, kedua pria berkepala botak dan ketiga pria berambut rancung.

"Kamu sudah ingat?" Aditya melihat pada Aang.

"Sudah."

"Kalau begitu cari mereka."

"Siap."

Aang langsung menghilang. Dia sangat bersemangat sekali membantu Aditya menangkap para penjahat. Waktu menemani Edwin, dia hanya bisa melihat anak itu disiksa tanpa bisa melakukan apa-apa. Tapi saat bersama Aditya, jin bocil itu merasa sangat berguna.

"Dit.."

Belum lama Aang menghilang, Tristan sudah sampai ke dekat Aditya. Tadi pria itu sempat melihat Aditya berbicara sendiri. Karena penasaran,Tristan segera mendekatinya.

"Bagaimana? Apa ada hasil?" tanya Aditya.

"Toko di sekitar sini yang memilik cctv hanya tiga saja. Aku tidak menemukan apa pun di sana. Kamu sendiri ngapain di sini? Aku lihat kamu seperti berbicara sendiri."

"Oh eung.. kalau sedang berpikir, aku kadang sering berbicara sendiri," elak Aditya.

Untungnya Tristan mempercayai saja ucapannya. Kedua pria itu memutuskan kembali ke kantor Polsek karena tidak menemukan bukti tambahan.

***

Sambil memakai Hoodie-nya, Ageng keluar dari kamar kontrakan yang ditinggalinya. Setelah membuang mayat Edwin, pria itu segera meninggalkan tempat tinggalnya. Untung saja dia sempat menang judi, jadi memiliki uang untuk mengontrak di tempat barunya. Pria itu berjalan pelan menyusuri jalanan yang cukup gelap. Pria itu sengaja tinggal di tempat yang agak sepi, jauh dari jangkauan kamera cctv.

Saat sedang berjalan, matanya seperti menangkap sekelebat bayangan. Awalnya Ageng mengabaikan apa yang dilihatnya.Dia mempercepat langkahnya menuju kios rokok yang jaraknya hanya tinggal beberapa meter lagi. Selesai membeli rokok, pria itu segera membakarnya. Ageng tidak langsung kembali ke kontrakannya, melainkan duduk dulu di kios tersebut sambil melihat beberapa orang bermain gaplek.

Tiba-tiba saja Ageng merasa perutnya lapar. Pria itu berdiri kemudian melangkahkan kakinya lagi. Kini tujuannya adalah jalan besar di depan sana. Dia perlu membeli makanan untuk mengisi perutnya yang kosong. Saat tengah berjalan, kembali pria itu melihat sebuah bayangan berkelebat. Ageng melihat sekeliling, namun hanya ada kegelapan saja di sekitarnya.

Ageng semakin jauh meninggalkan kios rokok. Pria itu menghentikan langkahnya ketika mendengar seperti ada suara langkah kaki mengikutinya dari belakang. Ageng membalikkan tubuhnya, tidak ada siapa-siapa di belakangnya. Dia pun melanjutkan langkahnya lagi. Tapi suara langkah kaki kembali terdengar. Untuk kedua kali Ageng membalikkan tubuhnya dan kedua kalinya pula dia tidak melihat siapa pun.

Perasaan Ageng mulai tidak enak. Dia mempercepat langkahnya. Suara langkah kaki lagi-lagi terdengar, namun pria itu tidak mempedulikannya. Ageng terus berjalan, namun langkah di belakangnya terus mengikutinya. Dengan kesal dia kembali berbalik. Ketika berbalik, tubuh pria itu membeku ketika melihat Edwin, anak tirinya yang sudah meninggal dunia berdiri tepat di depannya. Wajah anak itu pucat dan ada darah mengalir di kepalanya.

"E.. Edwin.." panggil Ageng dengan suara tercekat.

"Aku lapar, Pak."

"Ka.. kamu sudah mati kan?" Ageng berjalan mundur sambil tak melepaskan pandangan dari Edwin.

"Kenapa Bapak membunuhku, kenapa?"

"Maafkan Bapak. Bapak tidak sengaja."

"Bapak harus menemaniku. Aku tidak mau sendirian."

"Tidak! Tidaaakk!! Pergi!!! Pergi sana!!! PERGI!!!"

Bukannya pergi, Edwin yang diperankan oleh Suzy malah semakin mendekat. Melihat itu, Ageng segera mengambil langkah seribu. Sesekali kepalanya menoleh ke belakang, sosok Edwin masih mengejarnya.

Terpopuler

Comments

ara_aldarai

ara_aldarai

suzy beneran ga bisa lihat yg bening2..langsung aja nemplok ngintilin si tristan..😄
aq kok jadi lucu y bayangin ekspresi kesel si suzy..wajah tanpa dosa si aang saat cengir2 lihat jin tua..
sama wajah linglung kakek tua...dasar para jin somplak😂
pak pol yg mau dibantuin rada ngeselin y..😠

2024-11-28

2

⏤͟͟͞R•Dḕɛ 🌸

⏤͟͟͞R•Dḕɛ 🌸

wahh enak jugaa yaa bisa tau cepat pembunuhnyaa kalau begini ga perlu lagi sketsa2 gambar orang 🤭

2024-12-01

4

Rahma Inayah

Rahma Inayah

terus kejar dan takuti ageng suzy sampai tetdpt ada cctv dan adit serta rekan nya bs segera menangkpnya.suzy dr zaman stellah mash aja ngintilin cowok2 brondong.

2024-11-28

1

lihat semua
Episodes
1 Kembali Ke Bandung
2 Aang
3 Double Indigo
4 Kasus Pertama
5 Perdebatan
6 Partner Baru
7 Mengungkap Kebenaran
8 Autopsi
9 Dua Kasus
10 Tertangkap
11 Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12 Petunjuk
13 Penangkapan
14 Terbongkarnya Rahasia
15 Buntu
16 Wabah Bunuh Diri
17 Melawan Ketakutan
18 Kasus Baru
19 Seperti Kucing dan Tikus
20 Sharrul
21 Semakin Rumit
22 Clue
23 Penyintas
24 One Step Behind
25 Saksi Menyebalkan
26 Tukar Posisi
27 Adu Mulut
28 Debaran
29 Masa Lalu Kelam
30 Another Mistery
31 Kecurigaan
32 Cheryl
33 Ketakutan
34 Asma vs Ayan
35 Rival Hati
36 Titik Terang
37 Saksi Kejahatan
38 Pengalaman Mengerikan
39 Menjadi Tersangka
40 Bukti Tak Terduga
41 Lolos
42 Mangsa Baru
43 Pembunuh Berdarah Dingin
44 Dijebak
45 Kambing Hitam
46 Pasrah
47 Mencari Bukti
48 Melepas Rindu
49 Terkuak
50 Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51 Bahagia dan Cemburu
52 Calon Kakak Ipar
53 Lolos Lagi
54 Saksi Penting
55 Calon Ipar Durjana
56 Calon Mantu
57 Umpan
58 Aksi Penjebakan
59 Romansa
60 Sorrow Brings The Dark
61 Kabar Menghebohkan
62 Pesona Ivan
63 Dilema
64 Kesepakatan
65 Lamaran Dadakan
66 Baper
67 Rencana Ekstrim
68 Duel
69 Penculikan
70 Tumbal Terakhir
71 Final Battle
72 Kehilangan
73 Kesepakatan
74 Penghormatan Terakhir
75 Bertemu Calon Mertua
76 Pengantin Baru
77 Nafkah Batin
78 Serah Terima Kasus
79 Penyelidikan Dimulai
80 Bentrok Dua Kubu
81 Dua Kubu, Satu Target
82 Air dan Minyak
83 Petunjuk Baru
84 Kembali Full Team
85 Kolaborasi
86 Finding Sugih
87 Hajatan
88 Bukti Tambahan
89 Jebakan Tuan Muda
90 In Danger
91 Bantuan Tak Terduga
92 Tante Kim
93 Peninggalan Dito
94 Konspirasi Kelas Kakap
95 Habisi Dari Akarnya
96 Rencana Besar
97 Hadiah Dari Gading
98 Agen Man In Black
99 Rahman Junior
100 Hari H
101 Kemenangan Besar
102 Tak Ada Peluang
103 Tuntas
104 Amarah Safira
105 Bakal Calon Papa Bibil
106 Kabar Bahagia
107 Keluarga Cemara
108 All For Love
109 Vonis
110 Menuai Hukuman
111 Bersatunya Janda dan Perjaka
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Kembali Ke Bandung
2
Aang
3
Double Indigo
4
Kasus Pertama
5
Perdebatan
6
Partner Baru
7
Mengungkap Kebenaran
8
Autopsi
9
Dua Kasus
10
Tertangkap
11
Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12
Petunjuk
13
Penangkapan
14
Terbongkarnya Rahasia
15
Buntu
16
Wabah Bunuh Diri
17
Melawan Ketakutan
18
Kasus Baru
19
Seperti Kucing dan Tikus
20
Sharrul
21
Semakin Rumit
22
Clue
23
Penyintas
24
One Step Behind
25
Saksi Menyebalkan
26
Tukar Posisi
27
Adu Mulut
28
Debaran
29
Masa Lalu Kelam
30
Another Mistery
31
Kecurigaan
32
Cheryl
33
Ketakutan
34
Asma vs Ayan
35
Rival Hati
36
Titik Terang
37
Saksi Kejahatan
38
Pengalaman Mengerikan
39
Menjadi Tersangka
40
Bukti Tak Terduga
41
Lolos
42
Mangsa Baru
43
Pembunuh Berdarah Dingin
44
Dijebak
45
Kambing Hitam
46
Pasrah
47
Mencari Bukti
48
Melepas Rindu
49
Terkuak
50
Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51
Bahagia dan Cemburu
52
Calon Kakak Ipar
53
Lolos Lagi
54
Saksi Penting
55
Calon Ipar Durjana
56
Calon Mantu
57
Umpan
58
Aksi Penjebakan
59
Romansa
60
Sorrow Brings The Dark
61
Kabar Menghebohkan
62
Pesona Ivan
63
Dilema
64
Kesepakatan
65
Lamaran Dadakan
66
Baper
67
Rencana Ekstrim
68
Duel
69
Penculikan
70
Tumbal Terakhir
71
Final Battle
72
Kehilangan
73
Kesepakatan
74
Penghormatan Terakhir
75
Bertemu Calon Mertua
76
Pengantin Baru
77
Nafkah Batin
78
Serah Terima Kasus
79
Penyelidikan Dimulai
80
Bentrok Dua Kubu
81
Dua Kubu, Satu Target
82
Air dan Minyak
83
Petunjuk Baru
84
Kembali Full Team
85
Kolaborasi
86
Finding Sugih
87
Hajatan
88
Bukti Tambahan
89
Jebakan Tuan Muda
90
In Danger
91
Bantuan Tak Terduga
92
Tante Kim
93
Peninggalan Dito
94
Konspirasi Kelas Kakap
95
Habisi Dari Akarnya
96
Rencana Besar
97
Hadiah Dari Gading
98
Agen Man In Black
99
Rahman Junior
100
Hari H
101
Kemenangan Besar
102
Tak Ada Peluang
103
Tuntas
104
Amarah Safira
105
Bakal Calon Papa Bibil
106
Kabar Bahagia
107
Keluarga Cemara
108
All For Love
109
Vonis
110
Menuai Hukuman
111
Bersatunya Janda dan Perjaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!