Autopsi

Aditya menghela nafas panjang setelah mendengar penuturan jin yang menyaksikan bagaimana Lastri akhirnya menjadi korban pembunuhan. Pria itu kemudian pergi ke kali di mana mayat ditemukan. Masih terdapat garis kuning di sana. Tak mau merusak TKP, Aditya tidak berani melintasi garis kuning. Dia hanya mencari di sekeliling saja namun usahanya tidak membuahkan hasil.

Saat akan pergi, matanya menangkap sebuah benda di antara tumpukan sampah. Aditya mengambil sapu tangan, kemudian memungut benda tersebut menggunakan sapu tangan. Diperhatikannya benda yang dipungutnya tersebut. Itu adalah sebuah pin yang dengan logo seperti logo sebuah perusahaan. Di atasnya terdapat sedikit noda darah. Aditya segera membungkus pin tersebut lalu memasukkannya ke dalam saku jaketnya.

"Dit.."

Panggilan Tristan membuat pria itu menolehkan kepalanya. Aditya segera meninggalkan tempatnya lalu mendekati rekannya itu. Mata Tristan melihat pada garis kuning yang ada di dekat kali. Saat bertanya pada para pedagang, dia mendapatkan informasi kalau beberapa hari yang lalu juga ditemukan mayat yang dibuang ke dekat kali. Mayat seorang wanita yang kehilangan sebelah tangannya.

"Bertepatan dengan ditemukannya Bu Lastri, di sini juga ditemukan mayat seorang perempuan," ujar Aditya.

"Iya. Aku juga baru saja mengetahuinya tadi dari para pedagang. Kamu sendiri tahu dari mana?"

"Ada yang memberitahuku. Orang yang kebetulan melintas."

Kepala Tristan mengangguk. Dia percaya saja apa yang dikatakan rekannya ini. Aditya kemudian menunjukkan apa yang ditemukannya. Mata Tristan memicing melihat pada pin yang ditunjukkan Aditya.

"Itu noda darah sepertinya."

"Iya. Bisa kamu pegang sebentar, aku mau mengambil gambarnya. Logo di pin ini adalah logo seperti logo perusahaan. Tapi aku ngga tahu perusahaan apa. Aku akan menanyakannya pada sepupuku."

Aditya segera mengambil gambar pin, kemudian dia mengirimkannya pada Arsyad. Dia yakin kalau pria itu bisa membantunya. Sekarang Arsyad sudah terjun ke perusahaan, membantu ayahnya mengurus perusahaan. Usai mengambil foto, Aditya mengajak Tristan pergi. Keduanya memilih menuju kantor polisi yang tadi dikunjunginya.

Sepuluh menit kemudian mereka sudah berada di kantor polisi yang didatanginya. Petugas yang diminta menyelidiki kasus Lastri dan wanita yang ditemukan di pinggir kali menemui kedua polisi muda itu dengan berkas di tangannya.

"Mayat wanita yang ditemukan bernama Wina. Dia adalah seorang Ibu rumah tangga biasa. Dia dilaporkan hilang dua hari sebelum mayatnya ditemukan. Sampai saat ini kami masih mencari petunjuk siapa yang sudah menghabisi nyawanya. Ada apa kalian menanyakannya?"

"Saya curiga kalau Ibu Lastri meninggal bukan karena bunuh diri."

"Kenapa kamu bisa begitu yakin?"

"Saat saya melihat jasad Bu Lastri, saya melihat ada bekas suntikan di dekat lehernya. Saya akan meminta mayat tersebut untuk diautopsi."

Petugas polisi tersebut nampak ragu. Jasad Lastri ditemukan di wilayah yuridiksinya dan sudah disimpulkan kalau wanita itu mati bunuh diri. Namun Aditya berpikiran lain. Kalau autopsi dilakukan dan terbukti kalau wanita itu mati karena dibunuh, maka pekerjaan mereka semakin bertambah. Mereka juga harus menemukan pembunuh mayat wanita yang ditemukan bersamaan dengan Lastri.

"Untuk kasus Bu Lastri, apa bisa dipindahkan ke kantor Polrestabes? Kami sedang menangani kasus pembunuhan anaknya. Mungkin saja pembunuh Ibu Lastri adalah orang yang sama."

Meskipun Aditya tidak yakin kalau Ageng yang sudah membunuh Lastri, namun pria itu terpaksa mengatakan itu agar perpindahan kasus Lastri bisa dilakukan.

"Baiklah. Silakan ajukan pemindahan kasusnya."

"Dan ini.. saya temukan ini di TKP mayat Bu Wina ditemukan."

Aditya memberikan sapu tangan yang berisi pin yang berhasil ditemukan olehnya. Wajah pria itu terlihat tidak senang karena Aditya sudah mencampuri teritorialnya. Namun tangannya bergerak juga mengambil sapu tangan tersebut.

"Terima kasih. Saya hargai batuan kalian. Tapi untuk selanjutnya saya harap kalian tidak mencampuri urusan kami lagi."

"Baiklah. Tapi kalau pembunuh Ibu Lastri adalah orang yang sama yang sudah membunuh Ibu Wina, maka saya tidak janji tidak ikut campur."

"Terserah!"

Melihat sikap petugas tersebut yang mulai tidak ramah, Tristan mengajak Aditya segera pergi. Keduanya segera berpamitan dan meninggalkan kantor tersebut. Dengan cepat keduanya masuk ke dalam mobil. Mata Aditya langsung melihat ke jok belakang. Di sana Suzy sudah duduk manis sambil terus memandangi Tristan. Aditya hanya berdecak kesal melihat kelakukan Tante ghoibnya itu.

"Tidak usah kesal. Wajar saja kalau dia merasa tidak terima. Kita sudah memasuki wilayah kerjanya tanpa permisi," ujar Tristan yang menyangka kalau Aditya kesal dengan sikap polisi tadi.

"Hem.."

Hanya itu saja jawaban Aditya. Padahal dia sendiri tidak mempermasalahkan sikap polisi tadi. Kalau dia yang ada di posisi pria itu, pasti akan merasa tak senang juga. Aditya segera menyalakan mesin mobil dan kendaraan roda empat tersebut segera meluncur pergi.

***

Sesampainya di kantor Polrestabes, Aditya dan Tristan segera melaporkan temuan mereka di lapangan. Tomi bergerak cepat mengirimkan surat untuk memindahkan kasus Lastri pada mereka. Pria itu kembali mengadakan rapat. Dengan ditemukannya Lastri dalam keadaan tidak bernyawa, untuk sementara tuduhan diarahkan pada Ageng.

"Jaya, apa ada perkembangan soal Ageng?"

"Belum, Pak. Tapi kami masih tetap mencarinya."

"Nusa, Ikhsan, kalau kasus kalian sudah selesai, segera bantu Jaya."

"Siap, Pak."

"Adit, Tristan, kalian awasi jalannya autopsi Lastri."

"Baik, Pak."

Aditya dan Tristan segera menuju Rumah Sakit Ibnu Sina. Sudah cukup lama rumah sakit tersebut menjadi mitra kepolisian untuk melakukan autopsi. Mobil yang dikendarai Aditya berbelok memasuki pelataran parkir rumah sakit. Keduanya lalu segera turun dan memasuki gedung rumah sakit. Saat akan menuju lantai enam, Aditya berpapasan dengan Irsyad.

"Bang.." panggil Irsyad.

Adik kembar Arsyad ini memang meniti karir seperti sang Mama yang seorang dokter. Sekarang pria itu sedang menjalani residensi sebagai dokter bedah umum.

"Mau lihat autopsi. Dokter Akmal udah mulai belum."

"Belum kayanya. Barusan aku lihat dokter Akmal baru masuk ke lift."

"Ya udah, aku ke atas dulu."

Irsyad menganggukkan kepalanya. Aditya dan Tristan segera memasuki lift yang pintunya sudah terbuka. Setelah pengunjung lain masuk ke dalam lift, barulah kotak besi tersebut bergerak naik.

"Tadi siapa?" tanya Tristan.

"Adik sepupuku. Dia lagi residen, mau ambil spesialis bedah umum."

"Wah keren."

"Nah yang aku minta tolong cari logo yang di pin, kakak kembarnya. Dia kerja di perusahaan bantuin Bapaknya."

Mendengar cerita Aditya, Tristan yakin sekali kalau keluarga Aditya adalah keluarga berada dan terpandang. Mobil yang digunakan Aditya semakin memperkuat asumsi Tristan. Karena harga mobil tersebut di atas satu milyar. Namun Aditya selama ini tidak pernah memperlihatkan kalau dirinya berasal dari keluarga berada. Selama di akademi, dia bergaul dengan siapa saja.

Lift yang mereka tumpangi sudah sampai di lantai enam. Aditya memandu Tristan menuju ruangan yang dijadikan tempat autopsi. Ketika mereka sampai, dokter Akmal baru saja hendak memulai autopsinya. Aditya dan Tristan mengamati jalannya autopsi dari ruangan lain melalui kaca jendela. Suara dokter Akmal yang tengah melakukan autopsi dapat mereka dengar dari pengeras suara. Aditya dan Tristan juga bisa berkomunikasi menggunakan mic yang ada di sana.

"Dari hasil cek darah diketahui darah korban mengandung benzodiazepine. Di leher korban terdapat bekas suntikan. Kematiannya dipastikan karena mati tercekik oleh tali yang melilit di lehernya. Di kuku korban juga terdapat serat tali yang artinya korban sempat sadar dan berusaha melepaskan diri dari jeratan tali," jelas dokter Akmal setelah hampir satu jam melakukan autopsi.

"Jadi Bu Lastri sempat sadar," gumam Tristan.

"Benar-benar biadab," sambung Aditya.

"Apa ada luka lain di tubuhnya?" tanya Aditya melakukan mic yang terpasang di sana.

"Luka memar ada, tapi ini adalah luka memar yang cukup lama. Ada luka baru di bagian lutut dan pergelangan kakinya. Sepertinya dia terjatuh dan lututnya membentur batu, aspal atau tanah dengan cukup keras."

Keterangan yang diberikan Akmal cocok dengan informasi yang diberikan salah satu jin yang melihat proses terjadinya pembunuhan pada Lastri.

Selesai menyaksikan jalannya autopsi, Aditya dan Tristan keluar dari ruangan tersebut. Aditya mengajak Tristan mengobrol di kantin. Setelah memesan minuman, keduanya menuju salah satu meja yang kosong.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Aditya.

"Dilihat dari cara kematiannya, sepertinya bukan Ageng pelakunya. Apa yang terjadi pada Bu Lastri berbeda dengan apa yang terjadi pada Edwin. Kalau pembunuhnya adalah Ageng, dia bisa langsung menghabisi Bu Lastri dengan menyiksanya tanpa harus berusaha payah membius dan menggantungnya di pohon."

"Iya. Dan pelakunya pasti lebih dari satu orang. Agak sulit kalau melakukannya sendiri."

Kepala Tristan mengangguk menyetujui ucapan Aditya. Usai menghabiskan minumannya, keduanya segera kembali ke kantor. Mereka harus melaporkan hasil autopsi Lastri. Sesampainya di sana, Aditya langsung melaporkan pada Tomi. Pria itu juga menyatakan kecurigaannya kalau pembunuh Lastri dan mayat wanita yang ditemukan bersamaan adalah orang yang sama.

"Kalau begitu, saya akan menugaskan kalian berdua ke kantor polsek Sukajadi. Kalian akan membantu penyelidikan pembunuhan yang terjadi."

"Siap, Pak."

"Jaya, apa ada perkembangan soal Ageng?"

"Sejauh ini belum. Sepertinya dia menyembunyikan dirinya dengan baik."

"Teruskan pencariannya."

Ketika Tomi membubarkan timnya usai rapat singkat, Aditya menangkap sosok Aang sudah berada di meja kerjanya. Dia mendekati Aang lalu mengajaknya berbicara di tempat yang aman. Aang berjalan mengikuti Aditya keluar dari kantor. Pria itu menuju tempat yang sepi, baru mulai berbicara dengan Aang.

"Apa sudah ada hasil?"

"Aku sudah menemukan Ageng."

Terpopuler

Comments

🧡🤎🏠⃟◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴛᴇᴀᴍ ɢͥᴇᷠɴͩᴀͥᴘ●⑅

🧡🤎🏠⃟◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴛᴇᴀᴍ ɢͥᴇᷠɴͩᴀͥᴘ●⑅

walau kembar tp tdk serta Merta sama yaa dalam hal keahlian dan cita².....sepertinya klop kyk namanya ...Irsyad menekuni bidang bisnis kyk sang papa Irzal...Arsyad mengikuti sang mama Asry di bidang kesehatan jadi dokter ...mantabb....👍

2024-11-27

4

💕 bu'e haresvi 💕

💕 bu'e haresvi 💕

Arsyad anak bibie ma arsy bukan sich🤔

2024-11-27

4

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

beuuhh...jempolan atuh keturunan keluarga Hikmat.....gk di ajarkan sombong.....semua ajarannya tdk menyesatkan....namun kalo masalah gesrek, somplak,absurd itu mah udah setelan pabriknya gk bisa di rubah....🤭

2024-11-27

4

lihat semua
Episodes
1 Kembali Ke Bandung
2 Aang
3 Double Indigo
4 Kasus Pertama
5 Perdebatan
6 Partner Baru
7 Mengungkap Kebenaran
8 Autopsi
9 Dua Kasus
10 Tertangkap
11 Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12 Petunjuk
13 Penangkapan
14 Terbongkarnya Rahasia
15 Buntu
16 Wabah Bunuh Diri
17 Melawan Ketakutan
18 Kasus Baru
19 Seperti Kucing dan Tikus
20 Sharrul
21 Semakin Rumit
22 Clue
23 Penyintas
24 One Step Behind
25 Saksi Menyebalkan
26 Tukar Posisi
27 Adu Mulut
28 Debaran
29 Masa Lalu Kelam
30 Another Mistery
31 Kecurigaan
32 Cheryl
33 Ketakutan
34 Asma vs Ayan
35 Rival Hati
36 Titik Terang
37 Saksi Kejahatan
38 Pengalaman Mengerikan
39 Menjadi Tersangka
40 Bukti Tak Terduga
41 Lolos
42 Mangsa Baru
43 Pembunuh Berdarah Dingin
44 Dijebak
45 Kambing Hitam
46 Pasrah
47 Mencari Bukti
48 Melepas Rindu
49 Terkuak
50 Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51 Bahagia dan Cemburu
52 Calon Kakak Ipar
53 Lolos Lagi
54 Saksi Penting
55 Calon Ipar Durjana
56 Calon Mantu
57 Umpan
58 Aksi Penjebakan
59 Romansa
60 Sorrow Brings The Dark
61 Kabar Menghebohkan
62 Pesona Ivan
63 Dilema
64 Kesepakatan
65 Lamaran Dadakan
66 Baper
67 Rencana Ekstrim
68 Duel
69 Penculikan
70 Tumbal Terakhir
71 Final Battle
72 Kehilangan
73 Kesepakatan
74 Penghormatan Terakhir
75 Bertemu Calon Mertua
76 Pengantin Baru
77 Nafkah Batin
78 Serah Terima Kasus
79 Penyelidikan Dimulai
80 Bentrok Dua Kubu
81 Dua Kubu, Satu Target
82 Air dan Minyak
83 Petunjuk Baru
84 Kembali Full Team
85 Kolaborasi
86 Finding Sugih
87 Hajatan
88 Bukti Tambahan
89 Jebakan Tuan Muda
90 In Danger
91 Bantuan Tak Terduga
92 Tante Kim
93 Peninggalan Dito
94 Konspirasi Kelas Kakap
95 Habisi Dari Akarnya
96 Rencana Besar
97 Hadiah Dari Gading
98 Agen Man In Black
99 Rahman Junior
100 Hari H
101 Kemenangan Besar
102 Tak Ada Peluang
103 Tuntas
104 Amarah Safira
105 Bakal Calon Papa Bibil
106 Kabar Bahagia
107 Keluarga Cemara
108 All For Love
109 Vonis
110 Menuai Hukuman
111 Bersatunya Janda dan Perjaka
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Kembali Ke Bandung
2
Aang
3
Double Indigo
4
Kasus Pertama
5
Perdebatan
6
Partner Baru
7
Mengungkap Kebenaran
8
Autopsi
9
Dua Kasus
10
Tertangkap
11
Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12
Petunjuk
13
Penangkapan
14
Terbongkarnya Rahasia
15
Buntu
16
Wabah Bunuh Diri
17
Melawan Ketakutan
18
Kasus Baru
19
Seperti Kucing dan Tikus
20
Sharrul
21
Semakin Rumit
22
Clue
23
Penyintas
24
One Step Behind
25
Saksi Menyebalkan
26
Tukar Posisi
27
Adu Mulut
28
Debaran
29
Masa Lalu Kelam
30
Another Mistery
31
Kecurigaan
32
Cheryl
33
Ketakutan
34
Asma vs Ayan
35
Rival Hati
36
Titik Terang
37
Saksi Kejahatan
38
Pengalaman Mengerikan
39
Menjadi Tersangka
40
Bukti Tak Terduga
41
Lolos
42
Mangsa Baru
43
Pembunuh Berdarah Dingin
44
Dijebak
45
Kambing Hitam
46
Pasrah
47
Mencari Bukti
48
Melepas Rindu
49
Terkuak
50
Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51
Bahagia dan Cemburu
52
Calon Kakak Ipar
53
Lolos Lagi
54
Saksi Penting
55
Calon Ipar Durjana
56
Calon Mantu
57
Umpan
58
Aksi Penjebakan
59
Romansa
60
Sorrow Brings The Dark
61
Kabar Menghebohkan
62
Pesona Ivan
63
Dilema
64
Kesepakatan
65
Lamaran Dadakan
66
Baper
67
Rencana Ekstrim
68
Duel
69
Penculikan
70
Tumbal Terakhir
71
Final Battle
72
Kehilangan
73
Kesepakatan
74
Penghormatan Terakhir
75
Bertemu Calon Mertua
76
Pengantin Baru
77
Nafkah Batin
78
Serah Terima Kasus
79
Penyelidikan Dimulai
80
Bentrok Dua Kubu
81
Dua Kubu, Satu Target
82
Air dan Minyak
83
Petunjuk Baru
84
Kembali Full Team
85
Kolaborasi
86
Finding Sugih
87
Hajatan
88
Bukti Tambahan
89
Jebakan Tuan Muda
90
In Danger
91
Bantuan Tak Terduga
92
Tante Kim
93
Peninggalan Dito
94
Konspirasi Kelas Kakap
95
Habisi Dari Akarnya
96
Rencana Besar
97
Hadiah Dari Gading
98
Agen Man In Black
99
Rahman Junior
100
Hari H
101
Kemenangan Besar
102
Tak Ada Peluang
103
Tuntas
104
Amarah Safira
105
Bakal Calon Papa Bibil
106
Kabar Bahagia
107
Keluarga Cemara
108
All For Love
109
Vonis
110
Menuai Hukuman
111
Bersatunya Janda dan Perjaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!