Mengungkap Kebenaran

"Dia sakit?"

"Tidak. Dia sudah meninggal."

"Apa? Bagaimana dia bisa meninggal?"

"Dia ditemukan gantung diri di pohon. Tapi ada yang mengatakan kalau dia tidak bunuh diri melainkan dibunuh lebih dulu baru digantung.

"Bawa aku ke sana."

Sebelum pergi bersama Suzy, lebih dulu Aditya mencari partner barunya, Tristan. Dia dan pria itu diperintahkan untuk mencari keberadaan Lastri. Dia tidak bisa mengatakan langsung kalau Lastri berada di rumah sakit Hasan Sadikin. Pria itu harus membuat rencana, seolah mereka menemukannya sendiri.

"Tris.. kamu ada rencana mau Lastri kemana?"

"Kita sudah berkeliling di daerah dia tinggal, di rumah keluarganya juga tidak ada. Aku bingung harus mencarinya kemana lagi. Tidak mungkin kita mengelilingi kota Bandung. Pasti butuh waktu lama."

"Kita coba datangi rumah sakit. Siapa tahu kita bisa menemukannya di sana."

"Ide bagus. Menurutmu kita ke rumah sakit mana?"

"Hasan Sadikin. Itu adalah rumah sakit terbesar di Bandung."

"Baiklah."

Tristan segera mengikuti Aditya. Pria itu mengajak Tristan menuju mobilnya yang berada di pelataran parkir. Sebuah mobil Jeep berwarna hitam sudah menunggunya di sana. Mobil tersebut adalah hadiah dari Irvin untuknya. Pria itu memang sudah menjanjikan akan membelikan mobil jika Aditya ditugaskan ke Bandung. Tristan memandang kagum interior mobil milik rekan kerjanya ini.

"Hebat kamu sudah punya kendaraan sendiri."

"Ini hadiah dari kakekku. Aku mana sanggup beli mobil mahal ini."

Kepala Tristan mengangguk saja. Aditya beruntung memiliki keluarga yang berkecukupan. Tristan sendiri berasal dari keluarga menengah. Kedua orang tuanya bekerja sebagai guru. Kakak perempuannya sudah menikah dan membuka usaha laundry. Keluarganya tinggal di Bekasi.

Dua puluh menit kemudian mereka sudah sampai di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Aditya memperlihatkan tanda pengenalnya ketika berhadapan dengan bagian informasi. Pria itu mencari tahu apakah ada pasien bernama Lastri. Sang petugas mencari di pusat data, tapi tidak menemukannya.

"Yakin tidak ada pasien bernama Lastri?" tanya Aditya.

"Iya."

"Apa baru-baru ini kalian menerima jenazah wanita tidak dikenal?" sambung Tristan. Dia mengatakan itu berdasarkan pengalamannya ketika bekerja di Jambi. Orang hilang yang dicarinya ternyata sudah meninggal dunia.

"Memang ada mayat wanita yang ditemukan lalu dibawa ke sini."

"Apa kami bisa melihatnya?"

Petugas informasi itu menganggukkan kepalanya. Kemudian dia meminta security mengantarkan Aditya dan Tristan pada petugas yang berwenang. Kedua polisi itu dibawa ke kamar jenazah. Karena belum diketahui identitasnya, jenazah Lastri disimpan di lemari pendingin. Polisi setempat juga sudah menyebarkan informasi tentang penemuan jenazah. Namun sampai saat ini belum ada yang datang mengaku sebagai keluarga.

Petugas di kamar jenazah membawa Aditya dan Tristan masuk. Dia membuka salah satu laci lemari pendingin. Nampak tubuh Lastri sudah terbujur kaku. Aditya mengambil selembar foto Lastri yang dibawanya, lalu mencocokkan wajahnya.

"Benar ini Lastri," ujar Tristan.

"Di mana jenazah ini ditemukan?"

"Silakan tanyakan ke kantor polisi di dekat sini, mereka yang menemukan mayatnya."

Sebelum pergi, lebih dulu Aditya melihat jasad Lastri. Matanya menangkap sebuah titik kecil di dekat lehernya, seperti bekas suntikan. Dia menunjukkan itu pada Tristan. Keduanya saling bertatapan dan memiliki jawaban yang sama.

"Aku mau mayat Bu Lastri diautopsi. Agar kami bisa yakin penyebab kematiannya karena apa," ujar Aditya pada petugas medis yang bersamanya.

"Silakan ajukan secara resmi saja. Kemana kami harus mengirim jasad Bu Lastri untuk diautopsi atau bisa juga dilakukan di sini."

Kepala Aditya mengangguk. Sebelum meminta surat ijin autopsi, pria itu lebih dulu akan menuju kantor polisi untuk memastikan kasus wanita ini. Aditya dan Tristan segera menuju kantor polisi yang dimaksud. Sesampainya di sana, Aditya kembali memperlihatkan foto Lastri. Petugas yang menemukan jenazah Lastri membenarkan kalau dia yang sudah mengirim jenazah itu ke rumah sakit. Seorang warga yang melapor dan menemukannya pertama kali. Setelah mendapatkan informasi tentang warga yang menemukan Lastri, Aditya dan Tristan bergegas menemuinya.

Orang yang menemukan Lastri adalah seorang pria paruh baya. Dia sedang bekerja memulung sampah plastik ketika menemukan wanita itu. Pria bernama Sarno itu pun menjelaskan kronologi penemuan mayat Lastri.

"Saya menemukannya sekitar pukul enam pagi. Waktu itu saya sedang memulung sampah di sebuah taman. Ketika masuk ke dalam taman, saya menemukan perempuan itu sudah tergantung di pohon."

"Saat Bapak menemukan perempuan itu, apa melihat ada luka-luka di tubuhnya?"

"Seingat saya tidak ada."

"Selain Bapak, siapa lagi yang tahu soal ini?"

"Waktu saya menemukannya, orang-orang yang melintas mendekat ketika mendengar teriakan saya. Salah satunya menghubungi polisi dan ketika polisi datang, mayatnya langsung dibawa pergi."

"Sebelum atau sesudah kejadian itu apa Bapak menemukan keadaan yang aneh? Keadaan yang tidak biasa."

Pria itu terdiam sebentar, mencoba mengingat. Namun kemudian kepalanya menggeleng saat tak berhasil mengingat apa pun. Aditya meminta ditunjukkan di mana pria itu menemukan mayat Lastri. Pria itu segera membawa kedua polisi muda tersebut ke taman tempat dirinya menemukan Lastri. Tangannya menunjuk sebuah pohon besar yang ada di bagian belakang taman.

Aditya mendekati taman itu. Matanya berkeliling mencari penunggu pohon yang mungkin melihat apa yang terjadi pada Lastri. Kemudian pandangannya tertuju pada pria dengan wajah berlumuran darah. Pria itu berdiri tak jauh dari pohon sambil melihatnya dengan tajam. Aditya pun bejalan mendekatinya.

"Apa kamu tahu perempuan yang ditemukan bunuh diri di pohon ini?" tanya Aditya dengan suara pelan.

"Tahu. Dia tidak bunuh diri tapi dibunuh."

"Apa yang kamu tahu?"

"Perempuan itu berlari seolah ada yang mengejarnya. Lalu datang tiga orang pria. Salah satunya menyuntik perempuan itu dan tak lama perempuan itu tidak sadarkan diri lalu mereka menggantungnya seolah-olah bunuh diri."

"Apa kamu masih mengingat wajah ketiga pria itu?" Aditya kembali bertanya sambil melihat pada Tristan. Jangan sampai partnernya itu melihatnya berbicara sendiri.

"Ingat."

"Oke.. aku akan kembali lagi nanti. Kamu jangan pindah mangkalnya, tetap di sini."

Pria itu melihat ke belakang Aditya, nampak Tristan tengah mendekat ke arah mereka. Dengan cepat jin tersebut menghilang. Sebuah tepukan diberikan oleh Tristan.

"Aku mau berkeliling di sekitar sini. Siapa tahu ada informasi tambahan."

"Baiklah. Aku juga akan berkeliling."

Dua pria itu berjalan mengambil arah dan tujuan yang berbeda. Tristan mengambil arah ke pedagang kaki lima yang ada di sekitar taman. Sementara Aditya berjalan menuju tempat yang lebih sepi untuk mencari informan lain. Ketika sedang mencari makhluk astral lain yang bisa memberinya keterangan, Suzy sudah berada di dekatnya lagi.

"Kamu cari apa?"

"Aku cari teman Tante."

"Temanku? Siapa?"

"Penunggu tempat ini. Siapa tahu ada yang bisa memberi informasi tambahan."

"Sebelum meninggal, Lastri menemukan sebuah kantong hitam. Saat dibuka ternyata isinya mayat perempuan. Salah satu tangannya tidak ada. Ngga lama setelah itu ada yang mengejarnya dan kamu tahu sendiri cerita selanjutnya."

"Mayat? Apa mungkin Lastri dibunuh oleh pembunuh perempuan itu."

"Bisa jadi."

"Mana jin yang kasih tahu Tante? Infonya valid kan? Bukan hoax?"

"Yakin valid. Ayo aku bawa kamu ketemu dengannya."

Aditya mengikuti Suzy yang berjalan di depannya. Mereka berjalan meninggalkan taman, terus berjalan sampai menemukan sebuah kali. Suzy turun ke bawah mendekati kali. Aditya terus mengikuti dari belakang. Nampak seorang kakek tua duduk bersila di atas batu kali sambil melinting kumisnya.

***

Satu hari sebelum kematian Edwin

Sambil menangis Lastri keluar dari rumah yang ditempatinya bersama anak dan suami barunya. Wanita itu menikah dengan Ageng setahun yang lalu. Namun hanya penderitaan saja yang didapat oleh Lastri. Suaminya itu bukannya bekerja, malah berjudi dan mabuk-mabukkan. Jika dia tidak memberi uang, makan siap-siap menerima siksaan pria itu.

Lastri yang sudah tidak tahan, bermaksud pergi. Tanpa memikirkan Edwin, dia meninggalkan rumah begitu saja. Sambil melamun Lastri menaiki angkot yang membawanya ke daerah Sukajadi. Wanita itu turun dari angkot lalu berjalan tak tentu arah. Matanya melihat kosong ke arah jembatan yang di bawahnya terdapat air yang mengalir. Lastri beristirahat di pohon yang ada di dekat kali sambil membasahi kerongkongannya yang kering.

Hari mulai beranjak gelap. Matanya lalu menangkap seorang ibu tengah berjalan dengan anaknya. Melihat itu Lastri jadi teringat pada Edwin yang ditinggalkan begitu saja olehnya. Merasa bersalah sudah meninggalkan Edwin, Lastri pun bersiap untuk kembali ke rumah. Baru saja dia berdiri, dari arah kali terdengar seperti ada barang terjatuh. Karena penasaran, Lastri melihat ke arah kali. Ada sebuah plastik sampah berwarna hitam di dekat batu kali. Tadi Lastri belum melihat plastik itu di sana.

Didorong rasa penasaran, Lastri mendekat. Siapa tahu plastik tersebut berisi mainan yang bisa dia berikan untuk Edwin. Pelan-pelan Lastri turun ke kali lalu mendekati plastik tersebut. Tanpa merasa curiga, Lastri segera membukanya.

"Aaaaaa!!"

Lastri menjerit kencang ketika melihat sesosok mayat di dalam plastik. Mayat tersebut hanya memiliki sebelah tangan saja. Lastri segera berlari dari sana. Susah payah wanita itu berhasil memanjat naik. Baru saja wanita itu menarik nafas lega, tiba-tiba saja muncul tiga orang pria berwajah seram.

"Kenapa kamu membuka plastiknya?!"

"Ma.. maaf.. sa.. saya tidak sengaja. Maafkan saya."

Lastri memohon pengampunan dengan menangkupkan kedua tangannya. Namun ketiga lelaki di depannya bergeming. Lastri pun segera berlari menjauh. Sesekali wanita itu melihat ke belakang. Dia semakin panik ketika ketiga pria itu mengejarnya. Lastri berlari masuk ke dalam taman, namun karena tidak berhati-hati, wanita itu terjatuh. Salah seorang berhasil menangkap Lastri, yang satunya lagi segera mengeluarkan suntikan dan menyuntikkan obat bius pada Lastri.

Tubuh Lastri jatuh terkulai. Mereka menyeret Lastri. Salah seorang pergi lalu kembali lagi tak lama kemudian. Mereka segera melilitkan tali ke leher Lastri. Pelan-pelan mereka menggantung Lastri yang tidak sadarkan diri. Usai melakukan itu, mereka pun pergi. Bertepatan dengan itu, Lastri membuka matanya. Dia meronta, mencoba melepaskan tali yang melilit lehernya. Tangannya menarik tali agar dia bisa bernafas. Namun usahanya sia-sia. Beberapa menit kemudian wanita itu meregang nyawa.

Terpopuler

Comments

🧡🤎🏠⃟◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴛᴇᴀᴍ ɢͥᴇᷠɴͩᴀͥᴘ●⑅

🧡🤎🏠⃟◌ᷟ⑅⃝ͩ● ᴛᴇᴀᴍ ɢͥᴇᷠɴͩᴀͥᴘ●⑅

ouwhh...sungguh malang sekali nasib Bu Lastri dan Edwin.....meninggal dgn cara yg mengenaskan...... ternyata yg maha Kuasa lebih sayang dgn mengambilnya dgn cepat....drpd hidup penuh dgn penderitaan .....sekarang udah tenang disisi-Nya...tinggal tugas Adit mengusut tuntas tankap yg bunuh mereka....semangat Dit usut tuntas sampe ke akarnya ...tangkap Agung hukum yg berat ....tuman..../Determined//Determined//Determined/

2024-11-26

8

☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ

☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ

kasihan banget Bu Lastri niat ingin membuka bungkusan hitam siapa tahu mainan buat anaknya taunya penemuan mayat,dan lebih parahnya si pembunuh masih ada di sekitar sana dan mengincarnya.Dia tidakk tahu klo Edwin anaknya juga meregang nyawa karena dibunuh.

2024-11-26

3

𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

yaAllah sedih bacaNya. Bunda keren kesekian kalinya. Setiap apa yg tertulis dinovel Bunda seperti nyata dan Fakta didunia Nyata. Juga ada novel bunda dijadikan pelajaran hidup. Suxses slalu Bunda

2024-11-26

3

lihat semua
Episodes
1 Kembali Ke Bandung
2 Aang
3 Double Indigo
4 Kasus Pertama
5 Perdebatan
6 Partner Baru
7 Mengungkap Kebenaran
8 Autopsi
9 Dua Kasus
10 Tertangkap
11 Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12 Petunjuk
13 Penangkapan
14 Terbongkarnya Rahasia
15 Buntu
16 Wabah Bunuh Diri
17 Melawan Ketakutan
18 Kasus Baru
19 Seperti Kucing dan Tikus
20 Sharrul
21 Semakin Rumit
22 Clue
23 Penyintas
24 One Step Behind
25 Saksi Menyebalkan
26 Tukar Posisi
27 Adu Mulut
28 Debaran
29 Masa Lalu Kelam
30 Another Mistery
31 Kecurigaan
32 Cheryl
33 Ketakutan
34 Asma vs Ayan
35 Rival Hati
36 Titik Terang
37 Saksi Kejahatan
38 Pengalaman Mengerikan
39 Menjadi Tersangka
40 Bukti Tak Terduga
41 Lolos
42 Mangsa Baru
43 Pembunuh Berdarah Dingin
44 Dijebak
45 Kambing Hitam
46 Pasrah
47 Mencari Bukti
48 Melepas Rindu
49 Terkuak
50 Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51 Bahagia dan Cemburu
52 Calon Kakak Ipar
53 Lolos Lagi
54 Saksi Penting
55 Calon Ipar Durjana
56 Calon Mantu
57 Umpan
58 Aksi Penjebakan
59 Romansa
60 Sorrow Brings The Dark
61 Kabar Menghebohkan
62 Pesona Ivan
63 Dilema
64 Kesepakatan
65 Lamaran Dadakan
66 Baper
67 Rencana Ekstrim
68 Duel
69 Penculikan
70 Tumbal Terakhir
71 Final Battle
72 Kehilangan
73 Kesepakatan
74 Penghormatan Terakhir
75 Bertemu Calon Mertua
76 Pengantin Baru
77 Nafkah Batin
78 Serah Terima Kasus
79 Penyelidikan Dimulai
80 Bentrok Dua Kubu
81 Dua Kubu, Satu Target
82 Air dan Minyak
83 Petunjuk Baru
84 Kembali Full Team
85 Kolaborasi
86 Finding Sugih
87 Hajatan
88 Bukti Tambahan
89 Jebakan Tuan Muda
90 In Danger
91 Bantuan Tak Terduga
92 Tante Kim
93 Peninggalan Dito
94 Konspirasi Kelas Kakap
95 Habisi Dari Akarnya
96 Rencana Besar
97 Hadiah Dari Gading
98 Agen Man In Black
99 Rahman Junior
100 Hari H
101 Kemenangan Besar
102 Tak Ada Peluang
103 Tuntas
104 Amarah Safira
105 Bakal Calon Papa Bibil
106 Kabar Bahagia
107 Keluarga Cemara
108 All For Love
109 Vonis
110 Menuai Hukuman
111 Bersatunya Janda dan Perjaka
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Kembali Ke Bandung
2
Aang
3
Double Indigo
4
Kasus Pertama
5
Perdebatan
6
Partner Baru
7
Mengungkap Kebenaran
8
Autopsi
9
Dua Kasus
10
Tertangkap
11
Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12
Petunjuk
13
Penangkapan
14
Terbongkarnya Rahasia
15
Buntu
16
Wabah Bunuh Diri
17
Melawan Ketakutan
18
Kasus Baru
19
Seperti Kucing dan Tikus
20
Sharrul
21
Semakin Rumit
22
Clue
23
Penyintas
24
One Step Behind
25
Saksi Menyebalkan
26
Tukar Posisi
27
Adu Mulut
28
Debaran
29
Masa Lalu Kelam
30
Another Mistery
31
Kecurigaan
32
Cheryl
33
Ketakutan
34
Asma vs Ayan
35
Rival Hati
36
Titik Terang
37
Saksi Kejahatan
38
Pengalaman Mengerikan
39
Menjadi Tersangka
40
Bukti Tak Terduga
41
Lolos
42
Mangsa Baru
43
Pembunuh Berdarah Dingin
44
Dijebak
45
Kambing Hitam
46
Pasrah
47
Mencari Bukti
48
Melepas Rindu
49
Terkuak
50
Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51
Bahagia dan Cemburu
52
Calon Kakak Ipar
53
Lolos Lagi
54
Saksi Penting
55
Calon Ipar Durjana
56
Calon Mantu
57
Umpan
58
Aksi Penjebakan
59
Romansa
60
Sorrow Brings The Dark
61
Kabar Menghebohkan
62
Pesona Ivan
63
Dilema
64
Kesepakatan
65
Lamaran Dadakan
66
Baper
67
Rencana Ekstrim
68
Duel
69
Penculikan
70
Tumbal Terakhir
71
Final Battle
72
Kehilangan
73
Kesepakatan
74
Penghormatan Terakhir
75
Bertemu Calon Mertua
76
Pengantin Baru
77
Nafkah Batin
78
Serah Terima Kasus
79
Penyelidikan Dimulai
80
Bentrok Dua Kubu
81
Dua Kubu, Satu Target
82
Air dan Minyak
83
Petunjuk Baru
84
Kembali Full Team
85
Kolaborasi
86
Finding Sugih
87
Hajatan
88
Bukti Tambahan
89
Jebakan Tuan Muda
90
In Danger
91
Bantuan Tak Terduga
92
Tante Kim
93
Peninggalan Dito
94
Konspirasi Kelas Kakap
95
Habisi Dari Akarnya
96
Rencana Besar
97
Hadiah Dari Gading
98
Agen Man In Black
99
Rahman Junior
100
Hari H
101
Kemenangan Besar
102
Tak Ada Peluang
103
Tuntas
104
Amarah Safira
105
Bakal Calon Papa Bibil
106
Kabar Bahagia
107
Keluarga Cemara
108
All For Love
109
Vonis
110
Menuai Hukuman
111
Bersatunya Janda dan Perjaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!