Perdebatan

"Apa Bapak tahu di mana Pak Ageng?"

"Ada apa mencarinya?"

Aditya segera mengeluarkan tanda pengenalnya. Wajah Jono sedikit memucat mengetahui pria yang tengah mencari temannya adalah seorang polisi. Dia sudah memiliki firasat kalau suatu saat Ageng akan berurusan dengan polisi. Pria itu terlalu berani mengambil resiko ketika berjudi dan sifatnya yang temperamental.

"Kapan Bapak terakhir melihat Pak Ageng?"

"Su.. sudah lama, Pak. Saya bertemu terakhir kali seminggu yang lalu."

Aditya terus memandangi Jono tanpa berkedip. Supir angkot yang ditanyainya tadi mengatakan kalau dia melihat Ageng berada di rumah Jono dua hari yang lalu. Tanpa banyak bicara, Aditya mengambil ponselnya lalu menghubungi Tamar. Dia meminta nomor telepon Tomi, karena tadi langsung berpisah ketika Aditya memutuskan mencari jejak Ageng sendiri.

Setelah mendapatkan nomor telepon Tomi, Aditya segera menghubunginya. Dia mengatakan di mana posisinya dan berhasil menemukan orang yang mengenal Ageng. Usai berbicara dengan Tomi, Aditya kembali mengalihkan perhatiannya pada Jono.

"Ada yang melihat Ageng berada di rumah Bapak dua hari yang lalu."

"Ah ya, mungkin saya lupa. Sepertinya memang dua hari yang lalu saya bertemu dengan Ageng, tapi hanya sebentar," ralat Jono.

"Apa Bapak memiliki nomor telepon Pak Ageng?"

"Tidak, saya tidak punya. Ageng sudah tidak memegang ponsel lagi setelah dijual untuk berjudi. Ada apa dengan Ageng?"

"Dia menjadi tersangka pembunuhan Edwin."

"Apa?"

Jono nampak terkejut. Pria itu meneguk ludahnya kelat dan mulai terlihat gelisah. Kemarin malam dia melihat Ageng menyeret Edwin, membawa anak itu ke gudang kosong yang ada di belakang rumahnya. Itu hanya bangunan kecil yang dipakai untuk menyimpan barang-barang tidak terpakai. Posisinya terpisah dari rumah utama. Aang yang sedari tadi bersama Aditya mendekati pria itu.

"Itu bangunan di mana Ageng membunuh Edwin," Aang menunjuk bangunan di belakang rumah Jono.

"Bangunan di belakang apakah milik Bapak?" Aditya menunjuk gudang di belakang rumah Jono.

"I.. iya, Pak."

"Boleh saya memeriksanya?"

"Si.. silakan."

Jono terlihat semakin gugup dan membuat Aditya bertambah curiga. Ketika dirinya hendak beranjak, Tomi sampai bersama dengan Jaya. Aditya segera melaporkan temuannya. Dia juga hendak memeriksa gudang milik Jono. Ketiganya kemudian menuju gudang tersebut.

Ketika pintu gudang dibuka, suasana di dalam gelap. Aditya menyalakan lampu. Hanya bohlam kecil yang menerangi gudang ini. Aditya dan Jaya berkeliling memeriksa keadaan gudang, sementara Tomi kembali menginterogasi Jono.

Aditya berjalan mendekati sebuah meja yang di atasnya sudah penuh dengan debu. Aang mengatakan kalau Edwin dipukul dan kepalanya terantuk ujung meja lalu jatuh dan tidak bangun lagi. Tahu Edwin pingsan setelah menerima siksaan darinya, Ageng segera pergi. Dua jam kemudian dia kembali. Pria itu terkejut ketika tahu Edwin sudah meninggal dunia. Dia pun memindahkan jasad Edwin ke tempat di mana Aditya menemukannya.

Aditya mengeluarkan ponselnya lalu menyalakan senternya. Diperhatikannya sudut meja, mencoba mencari jejak darah di sana. Kemudian dia mengarahkan senternya ke bawah. Tepat di dekat kaki meja, dia mendapati bercak noda darah yang mulai mengering. Sepertinya Ageng berusaha membersihkan noda darah namun masih ada yang tertinggal di sana.

"Pak, sepertinya kita harus memanggil tim forensik ke sini," seru Aditya.

Tomi dan Jaya mendekat. Aditya lalu memperlihatkan noda darah yang ditemukannya. Tomi pun dengan cepat menghubungi tim forensik. Sambil menunggu, mereka keluar dari gudang. Jangan sampai mereka merusak TKP. Aditya meyakini kalau gudang inilah tempat Edwin meregang nyawa.

Lima belas menit kemudian tim forensik datang. Dengan cepat mereka memeriksa keadaan gudang. Salah satu petugas mengambil sampel darah yang ditemukan Aditya. Mereka juga menyemprotkan sesuatu ke lantai dan tembok lalu mematikan lampu. Kemudian dengan disaksikan Aditya dan Jaya, mereka menyorot tembok dan lantai yang terkena semprotan tadi. Terlihat ada bekas jejak darah di sana.

Gudang milik Tono langsung diberi garis kuning. Jono juga dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Beberapa tetangga Ageng juga memberi kesaksian kalau pria itu sering berbuat kasar pada Edwin dan Lastri. Dari bukti dan saksi, polisi menetapkan Ageng sebagai pembunuh Edwin. Hanya saja keberadaan pria itu masih belum diketahui. Tomi memerintahkan anak buahnya untuk melacak keberadaan pria itu. Sementara Aditya diminta pulang. Pria itu masih bertugas secara resmi di Polrestabes Bandung.

"Lebih baik kamu pulang sekarang. Nikmati waktu liburmu sebelum mulai bertugas."

Aditya menganggukkan kepalanya. Pria itu melangkah keluar dari kantor. Di pelataran parkir, dia melihat Suzy tengah berdebat dengan Aang. Kecurigaan Suzy benar adanya, Aditya memiliki partner lain selain dirinya dan itu membuatnya kesal. Jin wanita itu memandangi jin yang usianya jauh di bawahnya dengan tatapan kesal.

"Menjauhlah dari Adit!" seru Suzy.

"Tidak bisa. Dia memintaku untuk membantunya. Sebelum dia menemukan Ageng, aku akan terus mengikutinya."

"Tidak bisa! Lebih baik kembali ke habitatmu. Jangan ganggu Adit!"

"Aku tidak mengganggunya, aku membantunya."

"Kami tidak butuh bantuanmu!"

"Galak sekali. Seperti kamu Ibunya saja."

"Dia itu anak temanku. Sudah sewajarnya kalau aku membantunya. Dan kamu jangan dekat-dekat dia!"

"Haiissshh.. kalian berisik sekali!" seru Aditya yang sudah berada di dekat dua jin tersebut. Keduanya langsung menatap Aditya bersamaan.

"Adit.. suruh dia pergi. Kita ngga butuh dia!" Suzy menunjuk pada Aang.

"Kamu janji akan menemukan Ageng dan menangkapnya. Aku akan membantumu."

"Kami bisa menangkapnya tanpa bantuanmu!"

"Pokoknya aku mau ikut!"

"Stop!!"

Teriakan kencang Aditya tidak hanya mengejutkan Suzy dan Aang, tapi juga petugas yang tengah melintas di dekatnya. Kepala petugas itu menoleh ke kanan dan kiri. Tidak ada siapa pun di dekat Aditya kecuali dirinya.

"Maksudnya ke saya?" tanya petugas itu pada Aditya.

"Eh bukan, Pak. Ini saya lagi ngobrol dengan teman saya."

Aditya memperlihatkan ponsel di tangannya. Petugas itu hanya menganggukkan kepalanya lalu melanjutkan langkahnya. Aditya melihat kesal pada Suzy dan Aang.

"Kalian berdua ikut pulang sekarang!"

Aditya langsung menuju motornya. Ketika dia sudah menaiki tunggangannya, kembali terjadi keributan antara Suzy dan Aang. Keduanya ingin menaiki motor bersama dengan Aditya. Perdebatan kembali terjadi di antara mereka berdua.

"Ngapain kamu mau naik motor?"

"Aku ngga tahu rumah Adit."

"Itu urusanmu. Sana jauh-jauh."

Suzy menempelkan jarinya ke kepala Aang lalu mendorongnya. Wanita itu segera naik ke belakang Aditya. Pusing melihat kelakuan dua jin yang sedang berdebat, Aditya segera menjalankan kendaraan roda duanya. Aang secepat kilat melompat dan menclok di tubuh Suzy. Dia memeluk leher Suzy dan kedua kakinya dibelitkan ke pinggang jin wanita itu.

"Turun ngga!?"

"Ngga mau!"

"Turun!"

"Ngga!"

Aditya semakin dibuat pusing. Pria itu mengabaikan saja pertengkaran dua jin di belakangnya. Dia memacu kendaraannya lebih cepat lagi.

***

Di dalam kamar Aditya, kini sudah berkumpul Aditya bersama dua jin yang memperebutkan dirinya. Entah saat sedang hamil dirinya, sang Mama mengidam apa sampai pria itu menjadi rebutan makhluk astral. Aditya yakin sekali, di antara para sepupunya, hanya dirinya yang menjadi rebutan makhluk astral.

Sementara itu, baik Suzy maupun Aang masih saling memandang. Andai cara mereka memandang bisa divisualisasi, dari dua mata mereka mengeluarkan sinar laser yang saling beradu. Masing-masing tidak ada yang mau mengalah.

"Lebih baik Tante mengalah saja, biar aku yang menemani Aditya melakukan penyelidikan," ujar Aang yang mulai memanggil Suzy dengan sebutan Tante, sama seperti Aditya.

"Heh! Kamu bukan keponakan saya! Ngga usah sok akrab manggil saya Tante," ketus Suzy.

"Biar jin, tapi aku masih menjaga sopan santun. Tapi emang harusnya aku ngga panggil kamu Tante, tapi Nenek!"

"Apa?!" berang Suzy sambil melotot.

"Umurmu itu hampir lima kali lipat umurku. Jadi wajar aja kalau aku panggil Nenek!"

"Coba kamu lihat, wajahku masih cantik, kulitku juga masih kencang. Mana ada Nenek yang kinyis-kinyis kaya aku."

"Narsis," desis Aditya.

"Cantik kan karena ngambil penampakan artis, coba kalau pakai wujud asli, udah jelek, keriput juga."

"Bhuahahaa..."

Aditya sudah tidak bisa menahan tawanya lagi mendengar perdebatan dua jin di dekatnya. Suzy bertambah berang, ternyata jin baru yang mengekori Aditya sama sekali tidak takut padanya. Padahal dia adalah jin senior yang harus ditakuti dan dihormati oleh jin junior tersebut.

"Udah gini aja, biar Aang ikut aku selidiki kasus. Tante jagain Zahi aja."

"Ngga mau! Biar si Jinbo aja yang jaga Zahi," Suzy menunjuk pada Aang.

"Sembarangan! Namaku Zagreb, tapi karena Adit panggil aku Aang, jadi namaku sekarang Aang. Apaan Jinbo, ngga elit banget namanya," protes Aang.

"Jinbo itu Jin Bocil, hahahaha.." Suzy tertawa puas.

"Dasar jin Nepo," balas Aang.

"Apaan Nepo?"

***

Apa hayo Nepo??

Maaf kalau ada pembaca horor di sini. Aslinya aku tuh penulis romance comedy, lagi coba genre baru, eh malah kaya dagelan ya🫢 Aslinya juga aku penakut, jadi ngga bisa bikin cerita yang serem banget sampai membangunkan bulu kuduk dan bulu ketek. Dinikmati aja ya horor ala² ini🙏

Penampakan Suzy

Terpopuler

Comments

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤ιͬмͦαͦѕͫᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤ιͬмͦαͦѕͫᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁

wah dit klo kamu banyak memecahkan kasus kayaknya bakal cepet naik pangkat nih... ternyata enak jg punya partner hantu...

2024-11-24

2

Nabila hasir

Nabila hasir

awal baca judul aduh kok emak author nulis crita horor.jadinya nabila dak nengok2.
baru baca freya ma devan mak nyuruh naruk hadiah di sini.akhirmya bacalah aditya ma tante suzi and aang😛😛😛
seru keren kocak
sukses buat emak author
Aamiin

2025-01-03

1

choowie

choowie

jaya salah satu karakter naik ranjang ya Mak🤭

2024-11-24

1

lihat semua
Episodes
1 Kembali Ke Bandung
2 Aang
3 Double Indigo
4 Kasus Pertama
5 Perdebatan
6 Partner Baru
7 Mengungkap Kebenaran
8 Autopsi
9 Dua Kasus
10 Tertangkap
11 Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12 Petunjuk
13 Penangkapan
14 Terbongkarnya Rahasia
15 Buntu
16 Wabah Bunuh Diri
17 Melawan Ketakutan
18 Kasus Baru
19 Seperti Kucing dan Tikus
20 Sharrul
21 Semakin Rumit
22 Clue
23 Penyintas
24 One Step Behind
25 Saksi Menyebalkan
26 Tukar Posisi
27 Adu Mulut
28 Debaran
29 Masa Lalu Kelam
30 Another Mistery
31 Kecurigaan
32 Cheryl
33 Ketakutan
34 Asma vs Ayan
35 Rival Hati
36 Titik Terang
37 Saksi Kejahatan
38 Pengalaman Mengerikan
39 Menjadi Tersangka
40 Bukti Tak Terduga
41 Lolos
42 Mangsa Baru
43 Pembunuh Berdarah Dingin
44 Dijebak
45 Kambing Hitam
46 Pasrah
47 Mencari Bukti
48 Melepas Rindu
49 Terkuak
50 Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51 Bahagia dan Cemburu
52 Calon Kakak Ipar
53 Lolos Lagi
54 Saksi Penting
55 Calon Ipar Durjana
56 Calon Mantu
57 Umpan
58 Aksi Penjebakan
59 Romansa
60 Sorrow Brings The Dark
61 Kabar Menghebohkan
62 Pesona Ivan
63 Dilema
64 Kesepakatan
65 Lamaran Dadakan
66 Baper
67 Rencana Ekstrim
68 Duel
69 Penculikan
70 Tumbal Terakhir
71 Final Battle
72 Kehilangan
73 Kesepakatan
74 Penghormatan Terakhir
75 Bertemu Calon Mertua
76 Pengantin Baru
77 Nafkah Batin
78 Serah Terima Kasus
79 Penyelidikan Dimulai
80 Bentrok Dua Kubu
81 Dua Kubu, Satu Target
82 Air dan Minyak
83 Petunjuk Baru
84 Kembali Full Team
85 Kolaborasi
86 Finding Sugih
87 Hajatan
88 Bukti Tambahan
89 Jebakan Tuan Muda
90 In Danger
91 Bantuan Tak Terduga
92 Tante Kim
93 Peninggalan Dito
94 Konspirasi Kelas Kakap
95 Habisi Dari Akarnya
96 Rencana Besar
97 Hadiah Dari Gading
98 Agen Man In Black
99 Rahman Junior
100 Hari H
101 Kemenangan Besar
102 Tak Ada Peluang
103 Tuntas
104 Amarah Safira
105 Bakal Calon Papa Bibil
106 Kabar Bahagia
107 Keluarga Cemara
108 All For Love
109 Vonis
110 Menuai Hukuman
111 Bersatunya Janda dan Perjaka
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Kembali Ke Bandung
2
Aang
3
Double Indigo
4
Kasus Pertama
5
Perdebatan
6
Partner Baru
7
Mengungkap Kebenaran
8
Autopsi
9
Dua Kasus
10
Tertangkap
11
Mencari Jarum di Tumpukan Jerami
12
Petunjuk
13
Penangkapan
14
Terbongkarnya Rahasia
15
Buntu
16
Wabah Bunuh Diri
17
Melawan Ketakutan
18
Kasus Baru
19
Seperti Kucing dan Tikus
20
Sharrul
21
Semakin Rumit
22
Clue
23
Penyintas
24
One Step Behind
25
Saksi Menyebalkan
26
Tukar Posisi
27
Adu Mulut
28
Debaran
29
Masa Lalu Kelam
30
Another Mistery
31
Kecurigaan
32
Cheryl
33
Ketakutan
34
Asma vs Ayan
35
Rival Hati
36
Titik Terang
37
Saksi Kejahatan
38
Pengalaman Mengerikan
39
Menjadi Tersangka
40
Bukti Tak Terduga
41
Lolos
42
Mangsa Baru
43
Pembunuh Berdarah Dingin
44
Dijebak
45
Kambing Hitam
46
Pasrah
47
Mencari Bukti
48
Melepas Rindu
49
Terkuak
50
Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
51
Bahagia dan Cemburu
52
Calon Kakak Ipar
53
Lolos Lagi
54
Saksi Penting
55
Calon Ipar Durjana
56
Calon Mantu
57
Umpan
58
Aksi Penjebakan
59
Romansa
60
Sorrow Brings The Dark
61
Kabar Menghebohkan
62
Pesona Ivan
63
Dilema
64
Kesepakatan
65
Lamaran Dadakan
66
Baper
67
Rencana Ekstrim
68
Duel
69
Penculikan
70
Tumbal Terakhir
71
Final Battle
72
Kehilangan
73
Kesepakatan
74
Penghormatan Terakhir
75
Bertemu Calon Mertua
76
Pengantin Baru
77
Nafkah Batin
78
Serah Terima Kasus
79
Penyelidikan Dimulai
80
Bentrok Dua Kubu
81
Dua Kubu, Satu Target
82
Air dan Minyak
83
Petunjuk Baru
84
Kembali Full Team
85
Kolaborasi
86
Finding Sugih
87
Hajatan
88
Bukti Tambahan
89
Jebakan Tuan Muda
90
In Danger
91
Bantuan Tak Terduga
92
Tante Kim
93
Peninggalan Dito
94
Konspirasi Kelas Kakap
95
Habisi Dari Akarnya
96
Rencana Besar
97
Hadiah Dari Gading
98
Agen Man In Black
99
Rahman Junior
100
Hari H
101
Kemenangan Besar
102
Tak Ada Peluang
103
Tuntas
104
Amarah Safira
105
Bakal Calon Papa Bibil
106
Kabar Bahagia
107
Keluarga Cemara
108
All For Love
109
Vonis
110
Menuai Hukuman
111
Bersatunya Janda dan Perjaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!