Sesaat memasuki kelas, gadis bertelinga kucing itu berdiri di depanku hingga pandangan kami saling bertemu.
"Kau baik - baik saja, bagaimana dengan lukamu..yang mana yang terasa sakit."
Selagi berjalan, ia tak hentinya menanyakan hal tersebut hingga aku duduk di mejaku.
"Aku tidak apa - apa, tolong menjauhlah."
"Terima kasih sudah menolongku." kata Lili dengan wajah memerah.
Aku hanya tersenyum padanya lalu gadis itu kembali ke bentuk kucingnya dan duduk di kepala majikannya.
Aku sedikit heran kenapa gadis berambut pirang ini tidak pernah bangun walau kepalanya diduduki begitu, Hal ini masihlah misteri.
Dari arah depanku seorang laki - laki berambut panjang ikal berbalik ke arahku, dia adalah orang yang duduk di kursi depanku.
"Diriku sangat kagum dengan dirimu, dirimu mampu menghancurkan perpustakaan yang mana tidak mungkin diriku bisa lakukan."
"Kau mengejekku."
"Tidak, diriku malah memujimu...benar juga, diriku Albert liviolta salam kenal."
Aku hanya tersenyum pahit padanya, gaya bahasa dan penampilannya begitu aneh di mataku, bisa di bilang dia orang yang eksentrik.
Tak lama Fredica muncul, disaat yang sama Albert mengalihkan pandangannya pada Fredica dengan gaya berlebih, mengayunkan rambutnya bagaikan seorang pangeran
"Fredica sensei anda begitu mempesona, maukah dirimu menikahi diriku." Fredica mengerenyitkan alisnya dan apa yang Albert terima selajutnya adalah ia harus berdiri di koridor bersamaku.
"Kenapa aku juga harus berdiri denganmu."
Fredica pasti mengira aku bersengkongkol dengan Albert untuk menggodanya.
"Haha berarti dirimu dan diriku sama."
"Aku tidak ingin disamakan denganmu." aku berkata selagi menjatuhkan bahuku.
Koridor ini begitu sepi hingga suara Fredica masih bisa terdengar dari tempatku berdiri. Jika di perhatikan seksama bangunan ini luas namun hanya sedikit saja murid yang bersekolah di sini.
Aku bertanya apa ada Albert dan ia mulai menjelaskan.
Singkatnya sekolah ini awalnya adalah sekolah terkenal namun saat pertandingan berlangsung wakil dari sekolah ini tidak muncul yang mana menyebabkan diskualifikasi.
Saat pihak sekolah mencari mereka ternyata mereka adalah para murid dari sekolah lain yang menyusup ke sekolah.
"Mereka berbuat curang."
"Begitulah, yang mengejutkan para murid yang menyusup adalah siswa dari ketiga akademi yang berada di wilayah kerajaan ini."
Albert mendesah pelan.
"Bagaimana dengan kepala sekolahnya." aku balik bertanya.
"Ini juga kelalaian kepala sekolah karena itu beliau berhenti dan di gantikan oleh kepala yang baru....ibumu."
"Jadi begitu ceritanya."
"Eh! dirimu baru tahu."
"Kau bisa menganggap ibuku agak pemalu menceritakan keadaannya"
"Siapa yang pemalu." tanpa terduga orang yang ku bicarakan muncul.
"Aku ada urusan denganmu bisakah kau ikut denganku."
"Baiklah, maaf Albert."
"Tak apa."
Aku dan Finna meninggalkan Albert sendirian di koridor gelap dan sepi.
Tempat yang kami tuju adalah sebuah taman milik akademi ini.
Kami berdua duduk di kursi saling bersebelahan.
"Kurasa kau sudah tahu alasan kenapa pertandingan nanti sangat penting bagiku."
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Ayahku terlalu baik hingga ia lupa untuk mengawasi muridnya, bagaimanapun aku ingin mengembalikan keadaan sekolah ini seperti sedia kala."
Ntah kenapa setelah mendengarnya beban di pundakku semakin berat saja.
"Aku tidak tahu akan memenangkannya atau tidak yang jelas aku akan berusaha."
"Aku tahu." Jawab singkat Finna dan ia lalu memberikanku sebuah gulungan.
"Peta apa ini?" tanyaku dengan wajah kebingungan.
"Jika kau mengikuti peta itu, kau akan menemukan sebuah pedang disana."
Finna terdiam lalu melanjutkan.
"Pedang itu milik raja iblis sebelumnya, karena raja iblis berhasil dikalahkan oleh pahlawan pedangnya di segel di tempat itu."
"Raja iblis? bukannya senjata ini sangat berbahaya jika ku ambil."
"Mungkin kau akan di nobatkan sebagai raja iblis berikutnya dan dunia akan memusuhimu."
"Tolong jangan sodorkan benda berbahaya itu padaku." Aku berkata demikian namun Finna hanya tersenyum kecil.
"Kau harus mengambilnya dengan begitu kau pasti akan memenangkan pertandingan itu."
Orang ini jauh lebih memaksa daripada yang ku kira, aku menghela nafas dalam - dalam.
"Apa boleh buat akan ku ambil."
"Senang mendengarnya, ngomong - ngomong sekali masuk kedalam tempat itu kau pasti tidak akan pernah keluar sebelum mendapatkan pedangnya."
"Kau mengirim anakmu ke dalam bahaya."
"Kenapa, kau mulai menganggapku seorang ibu."
"Berisik, aku pergi."
"Berhati - hatilah, pastikan kau membawa oleh - oleh saat kembali."
Aku pergi tanpa menoleh ke belakang, melewati gerbang akademi aku lalu menuju hutan di bagian timur. Hutan itu sangat rimbun dimana cahaya matahari hanya menembus dari sela - sela ranting.
Dari sini aku hanya harus lurus melewati jurang tanpa dasar.
Selagi memikirkan cara melewatinya sebuah anak panah tiba - tiba saja melesat ke arahku. aku sempat menghindarinya hingga anak panah itu hanya lurus masuk kedalam jurang.
"Siapa di sana."
Bukannya jawaban yang ku terima anak panah kembali di Lesatkan.
Aku berlari untuk menghindarinya hingga aku bersembunyi di balik pohon, dilihat dari serangannya orang yang menyerangku pastilah berada di atas pohon. Aku tidak ingin repot - repot memikirkannya jadi ku bakar seluruh hutan di sekelilingku.
"Apa yang kau lakukan bodoh." yang berdiri jauh disana adalah anak laki -laki bertelinga kelinci.
Wajahnya nampak frustasi.
"Kau yang menyerangku bukan, aku hanya membela diri."
"Tidak sampai membakar hutan ini juga kali, bagaimana ini teman - temanku ada di sana."
"Akan kupadamkan."
Aku mengeluarkan sihir es dan seketika api itu langsung membeku.
Melihat itu, si anak kelinci terduduk lemas, aku berjalan mendekat ke arahnya.
"Jadi kenapa kau menyerangku."
"Maafkan aku, ku kira kau penjual budak yang sedang mengejar kami, kurasa aku salah."
"Dilihat dari penampilanku juga kau pasti sudah tahu kan."
"Aku sudah minta maaf."
"Aku Budi, siapa namamu?"
"Aku Rega, aku berasal dari ras kelinci, beberapa hari yang lalu aku dan teman - temanku melarikan diri dari penjual budak dan kini aku tinggal disana."
"Begitukah, boleh aku menemui mereka."
"Kurasa tak masalah, ikuti aku."
Aku hanya mengikuti Rega dari belakang dan menemukan 4 orang gadis bertelinga kelinci, yang membuatku kaget ke empatnya memiliki wajah yang sama, mereka sangat kotor dan kucel.
"Kalian baik - baik saja."
Bukannya menjawab pertanyaanku ke 4 orang itu malah meringkuk ketakutan.
"Mereka sering di siksa karena itu melihat orang asing mereka akan ketakutan."
Keempat gadis itu menatapku dalam diam.
"Kalian semua, apa sudah makan?"
"Heh."
Aku kembali ke akademi bersama para kelinci ini dan yang menyambutku disana adalah Omelan dari wanita yang kini menjadi ibuku.
"Kenapa kau balik lagi kemari."
"Yah, aku tidak tega meninggalkan mereka di sana dengan perut kosong, aku mohon biarkan mereka tinggal disini sementara waktu...."
"Kenapa aku harus melakukannya."
"Jika kau membuatku berhutang padamu bukannya kau bisa memanfaatkan ku sesuka hatimu."
Finna tersenyum kecil seakan mendapatkan jawaban yang ingin ia dengar.
"Benar juga....baiklah akan ku biarkan mereka tinggal disini, tapi hanya sementara."
"Aku mengerti, terima kasih ibu."
"Kyaaa...kenapa jantungku berdegup kencang saat kau memanggilku ibu."
"Sana cari pria dan nikahi dia."
Aku meninggalkan ruangannya lalu menemui kelima orang bertelinga kelinci itu.
Ini adalah sebuah gudang sekolah yang tidak terpakai, walau di sebut gudang setidaknya tempat ini bisa di jadikan tempat tinggal sementara.
"Kau yakin membiarkan kami tinggal disini." tanya Rega.
"Tak masalah aku sudah meminta izin pada ibuku dan kalau terjadi apa - apa, Fredica akan membantu kalian."
"Maksudmu gadis berpakaian hitam tadi."
"Iya, dia guru di akademi ini."
Aku memberikan sejumlah makanan kepada mereka tak lupa aku juga memberikan sekantung koin perak yang ku terima dari Finna kepada Rega.
"Aku masih harus kembali kesana kuharap kalian tidak pergi terlalu jauh dari sini."
"Aku mengerti."
Saat aku hendak pergi Rega memanggilku, Ia lalu berlutut di kakiku.
"Apa yang kau lakukan."
"Namaku Rega dengan ini aku mengabdikan hidupku untuk anda, tolong mamfaatkan kemampuan ku."
"Kau berlebihan."
"Hanya ini yang bisa ku lakukan untuk membalas perbuatan tuan, Aku mohon."
Aku menghembuskan nafas panjang.
"Terserah kau saja."
"Terima kasih banyak."
Padahal dia masih muda harusnya dia memilih tuan yang lebih pantas dariku.
"Rega sebenarnya berapa umurmu."
"18 tahun."
Ternyata dia lebih tua dariku, hanya penampilannya saja seperti anak kecil, dunia ini memang penuh kejutan, aku harus membiasakan diri dengan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Raysonic Lans™
kenapa novel2 donghua kebanyakan mengagungkan iblis laknatullah
2023-02-09
0
Kang Nyimak
well bakal ada Penerus raja iblis
yahh seperti biasa Kang Nyimak di sini
2022-07-31
0
㏂.Finnn.we manusia biasa•~^22
nyimak
2021-11-05
1