Keesokan paginya aku pergi ke sekolah lebih pagi dari kemarin alasannya aku tidak ingin terus bersama Fredica saat pergi ke kelas namun saat tiba disana seseorang sudah lebih dulu datang dibandingku.
Dia adalah sosok gadis yang selalu tidur di meja sebelahku, hanya rambut berwarna pirangnya saja yang nampak ku lihat serta seekor kucing yang berbaring diatas kepalanya.
Aku duduk di mejaku selagi menatapnya, kucing itu balas menatapku.
"Kau sangat tidak sopan selalu melihat seorang gadis tertidur."
"Bukannya lebih tidak sopan kau yang selalu diam di kepalanya."
"Apa."
"Aku hanya khawatir dengannya." aku berkata demikian disaat yang sama gadis itu terbangun.
"Tidurku nyenyak sekali." menyadari keberadaanku dia berteriak.
"Kyaaa....siapa kau, kenapa kau ada di kelas ini."
Saat aku pertama kali masuk ke kelas ini dia selalu tertidur wajar jika ia tidak tahu tentangku.
"Namaku Budi, aku murid baru."
"Begitukah, namaku Pristalia Alisia Calista, salam kenal."
Diluar dugaan dia gadis yang ramah, hanya saja dia beberapa kali menguap.
"Kau baik - baik saja."
Saat bertanya itu kucing putih itu malah melompat ke wajahku.
"Uwaahh....kucing garong ini sudah gila, tolong aku."
Dia hampir mencakarku untunglah Pristalia menangkapnya sebelum itu terjadi
"Nona, dia sangat tidak sopan padamu."
"Tak masalah Lili, aku lebih senang jika di perlakukan seperti orang biasa."
"Dia kucing Betina rupanya."
"Masalah buatmu."
"Kemarilah kucing garong akan ku hajar kau untuk yang barusan."
Tiba - tiba saja kucing itu berubah menjadi asap, saat asap menghilang dimana kucing itu berdiri kini berubah menjadi sosok wanita berpakaian maid bertelinga kucing rambutnya putih sebahu.
"Nona, akan ku beri dia pelajaran dulu."
"Lili."
Kucing itu mencekik leherku kemudian dia melakukan sesuatu yang mirip seperti gulat.
aku bingung harus merasa senang atau marah, setiap ia melakukan gerakan sesuatu yang lembut selalu terasa olehku.
Lalu.
Aku terbaring menatap langit - langit kelas, rasanya seluruh tulangku gemeretak sekarang.
"Kau baik - baik saja." tanya pristalia yang jongkok di sampingku.
"Aku baik - baik saja."
"Jangan hiraukan dia nona, dia seenaknya saja bersikap begitu pada putri kerajaan penerus kerajaan ini." kata Lili selagi memalingkan wajahnya
Jadi gadis ini seorang putri, pantas saja wajahnya terlalu cantik untuk menjadi siswa biasa.
Aku berdiri dan apa yang ku lakukan untuk membalas Lili adalah dengan cara memegangi ekornya.
"Kyaaa....apa yang kau lakukan." Lili menatapku dengan berlinang air mata.
"Ah, Budi kau membuat Lili menangis, bagi ras kucing ekor adalah bagian yang paling sensitif dengan kata lain kau baru saja menyentuh bagian intimnya."
"Uwahh, aku tidak tahu....."
"Aku akan membunuhmu."
Aku berlari sekuat tenaga saat Lili mengejarku dengan pisau di tangannya, dia benar- benar ingin membunuhku sekarang.
"Maafkan aku...maafkan aku.."
"Aku akan memaafkanmu setelah aku menusukmu beberapa kali."
"Aku bisa mati bodoh."
Aku berhasil menghindar saat aku melewati tikungan koridor.
"Kemana kau Budi sialan."
Aku menarik nafas lega saat tahu dia sudah jauh dariku, tiba - tiba saja seseorang menyentuh pundakku hingga aku menjerit, saat aku menoleh ternyata dia Pristalia.
"Aku terkejut."
"Kau baik baik saja, ikut aku."
"Baiklah."
Pristalia menarik tanganku ke ruangan yang di penuhi buku.
Itu adalah ruang perpustakaan akademi Nervilia.
"Bagaimana?"
"Banyak sekali bukunya, kupikir mungkin jutaan bukan ratusan juta buku yang ada disini."
"Hmmm aku belum pernah menghitungnya, disini adalah ruangan pribadiku, aku selalu menggunakan perpustakaan ini sebagai tempat tidur."
Dengan kata lain dia tidak pernah datang untuk membaca.
"Nyamannya, disini sangat sepi jadi aku bisa tidur sepuasnya."
"Kau tahu apa yang sedang kau lakukan saat ini."
Pristalia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Kau membawa laki - laki ke tempat sepi, ini berbahaya jadi jangan lakukan kepada orang lain."
"Orang lain? aku tidak punya orang lain, selain Lili." Pristalia mengatakannya dengan nada mengantuk.
"Kau tidak punya teman."
Sebelum ia menjawab pertanyaanku, gadis Berambut pirang ini sudah tertidur di meja.
"Kutemukan kau budi." Suara itu berasal dari atas rak buku, yang berdiri disana adalah kucing putih Lili.
"Setelah kau berbuat tidak sopan padaku sekarang kau ingin berbuat hal yang sama pada putri."
"Kau salah paham kucing garong."
Lili melemparkan pisau ke arahku sementara aku menahannya dengan buku tebal yang ku ambil dari rak.
Tak hanya itu, dia terus melesatkan serangan yang frontal bisa - bisa perpustakaan ini hancur.
Aku terus menghindar sampai sebuah rak tiba - tiba saja mulai miring ke arah Lili, aku segera berlari ke arahnya lalu merangkulnya.
Kini aku berada di atasnya sementara aku menahan rak di belakangku.
"Kau baik baik saja oi."
Darah mengucur dari kepalaku.
"Bukan apa - apa, cepatlah keluar, aku tidak bisa menahannya lagi."
"Tapi...."
"Cepatlah atau aku akan menarik ekormu lagi."
"Baiklah."
Saat Lili berhasil lolos, aku langsung membakar rak di belakangku dengan api biruku.
Dan selanjutnya..
Aku berakhir di ruangan kepala sekolah.
"Setelah mengahacurkan kelas, Ia menggoda pelayan putri, melakukan hal tidak sopan pada putri kerajaan lalu membakar perpustakaan...sungguh kejahatan yang tidak bisa dimaafkan tolong hukum dia mati."
"Fredica sensei kau terlalu kejam pada teman sekamarmu, apa hari - hari kita bersama tidak ada artinya lagipula apinya sudah padam sebelum merambat ke tempat lainnya jadi tidak masalah kan."
"Kau ini...kita tidak sedekat itu."
"Kalian berdua tenanglah, aku sudah mengurus masalah barusan, sekarang aku ingin dengar bagaimana Budi menghentikan apinya." suara Finna memotong pertengkaran kami.
"Aku juga sedikit penasaran"
Keduanya menatapku penasaran.
"Soal itu, aku bisa membuat api panas dan dingin."
Mendengar itu, keduanya terbelalak kaget yang jelas aku juga tidak tahu bagaimana aku bisa melakukannya.
Untuk menjelaskannya lebih lanjut aku membuat api biru di tanganku.
Rasanya aku semakin mirip kompor gas sekarang.
Setelah api biru di buat sekarang aku membuat api biru di tangan lainnya lalu aku menggabungkan kedua tanganku dan terbuatlah Elemen Es.
"Bagaimana ini terjadi, api bisa membuat es, Ini terlalu tidak masuk akal kepala sekolah."
Di dunia lamaku juga sihir dianggap tidak masuk akal.
Finna mendesah pelan sebelum menatapku.
"Kau adalah anakku jadi jangan lupakan itu."
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan." aku berkata selagi tersenyum pahit padanya.
"Kamu boleh kembali ke kelasmu, Fredica tolong jaga dia."
"Aku mengerti."
Sebelum aku hendak mengikuti Fredica, Finna memanggil namaku dan aku menoleh hanya untuk memastikan Finna masih duduk di mejanya.
"Kedepannya, aku mengandalkanmu."
"Aah, akan ku buat akademi ini menjadi lebih bersinar dari pada akademi lainnya di kerajaan ini."
"Senang mendengarnya."
Aku meninggalkan tempat itu dan beralih menatap Fredica di sampingku.
"Apa?" katanya dengan nada judes.
"Kalau di lihat - lihat sensei terlihat manis juga."
"Aku akan membunuhmu."
"Heh."
Kejadian tadi pun terulang kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
the GFoxM
hmm senseu nya ini tsundere keknya
2021-11-01
0
Hayani fitri
sansae sansae
2020-12-25
1