Setelah mengenakan blazer sekolah ini, aku dan Fredica berjalan menuju ujung koridor dimana kelasku berada.
Akademi Nervilia adalah salah satu dari ke empat akademi sihir di wilayah kerajaan Calista untuk bangunannya sendiri mereka memiliki 2 gedung sebagai bangunan utama.
Gedung bagian barat di peruntukan untuk kelas menengah sampai bawah sementara bagian timur hanya di peruntukan untuk kalangan bangsawan, karena aku sudah di angkat menjadi anaknya otomatis aku di tempatkan di bagian timur sebagai bangsawan.
Selagi memikirkannya aku mendesah pelan, dari awal Finna sudah merencanakan hal ini supaya aku mendpatkan pendidikan lebih baik, bagaimanapun kelas bangsawan di didik untuk mengelola negara ini.
Aku mengalihkan pandangan ke arah Fredica yang berjalan di sampingku ntah kenapa hari ini dia terlihat lebih menakutkan dari kemarin.
"Fredica sensei.."
"Jangan bicara padaku."
Dia masih marah karena aku mencuci pakaiannya yang kotor.
"Dengar Budi, jika kau mengatakan apa yang kau lihat di kamar mandi, kau akan mati."
"Hiii...maafkan aku, maafkan aku."
Fredica menyibak rambut hitamnya dengan ekpresi puas.
"Itu sudah cukup."
Aku hanya bisa tersenyum pahit padanya saat kami berdua memasuki ruangan.
"Pagi anak - anak."
"Pagi sensei.."
Semua tatapan itu tertuju padaku.
"Seperti kalian lihat kita mendapatkan murid baru, cepat perkenalkan dirimu."
Mengikuti arahan Fredica aku berdiri menghadap semua orang yang akan menjadi teman kelasku, mereka nampak sangat berkelas dengan pakaian berkilauan.
Aku menarik nafas untuk memulai.
"Namaku Budi Lisberd, salam kenal."
"Lisberd? apa kau ada hubungan darah dengan kepala sekolah." salah satu murid laki - laki mengajukan pertanyaan itu, sebelum aku menjawab Fredica memotong perkataanku.
"Dia anaknya."
Mendengar itu, sontak semua orang di kelas berteriak hingga saling berbisik satu sama lain seakan aku adalah bahan gosip mereka.
Aku sedikit lega tidak ada ponsel disini jika ada hal seperti itu pastilah akan menyebar dengan cepat.
Mereka akan menganggapku sebagai anak dari hubungan gelap Finna.
"Apa yang mereka lakukan ?" aku bertanya pada Fredica saat melihat semua orang mengeluarkan cermin dari saku baju mereka.
"Owh, itu namanya cermin penghubung, cermin itu akan menyimpan seluruh infomasi di cermin pusat lalu semua orang bisa mengaksesnya dari sana."
Bukannya itu mirip seperti internet, dunia ini lebih maju dari yang ku bayangkan, tunggu bukannya hal itu berbahaya untukku.
"Anak hasil hubungan gelap kepala sekolah muncul ke permukaan." mereka merekam dirinya dengan cermin itu layaknya sebuah video
Kau pikir aku ikan, kemari akan ku hajar kau.
"Berita heboh menggemparkan dunia."
Heboh jidatmu.
"Tenang murid - murid, sayang sekali anggapan kalian salah, Budi ini adalah anak angkat kepala sekolah." suara Fredica menghentikan kericuhan.
Mendengar itu, semua murid nampak kecewa, mereka harus belajar tentang menghargai privasi orang lain.
Fredica mempersilahkan aku duduk, tempat yang ku pilih adalah kursi pojok belakang dimana di sebelah kiriku jendela sementara sebelah kananku murid perempuan yang sedang tertidur di meja, ngomong - ngomong ada seekor kucing putih di kepalanya.
Kucing itu melihat kearahku dengan tajam.
"Apa lihat - lihat."
"K-kau bisa bicara."
"Tentu saja memangnya hanya manusia yang bisa melakukannya, kau ini bodoh kah.
Di sebut bodoh oleh seekor kucing sungguh menyakitkan. Dia memberikan damage yang sangat kuat.
"Kucing, apa gadis ini baik baik saja."
"Siapa yang kau panggil gadis ini, namanya...."
Sebelum aku tahu namanya sebuah buku menghantam wajahku dan orang yang melakukannya tersenyum puas.
"Kau berani juga sudah membuat keributan di hari pertamamu."
"Maafkan aku."
Sebenarnya Fredica sedang balas dendam padaku, wanita ini jauh menakutkan dari yang ku bayangkan.
Aku mulai membetulkan posisi dudukku sembari memperhatikan penjelasan Fredica, sampai jam pelajaran ke dua aku tidak mengerti apa yang mereka katakan.
Sihir adalah sebuah bentuk yang di ciptakan dari imajinasimu, membayangkannya lalu membentuknya menjadi sebuah element yang di miliki penggunanya.
Hanya orang yang memiliki energi sihir yang bisa melakukannya karena itulah di awal penerimaan akademi, kristal itu memilah siapa yang bisa masuk ke sekolah ini atau tidak.
Semakin lama aku tidak mengerti ngomong apaan guru ini.
Fredica mulai mendemonstrasikan penggunaan sihir dengan mengemgam api kecil di tangannya.
"Budi, majulah...tolong lakukan hal sama yang barusan ku perlihatkan."
"Aku masih pemula, bisakah sensei meminta ke siswa yang lain."
"Hoh, kau Bernai melawan bagaimana kalau sepulang sekolah kau membersihkan seluruh sekolah ini."
Aku buru-buri berdiri lalu melakukan apa yang fredica suruh.
"Aku ini cuma siswa lemah jangan menatapku dengan mata berbinar."
Seorang laki - laki mengangkat tangannya.
"Res seletingmu terbuka."
"Busyet.."
Aku berbalik badan selagi membenarkan celanaku dan semua orang tertawa melihat tingkah lakuku debut SMA ku gagal total sekarang.
"Aku tahu kamu ini mesum tapi sebaiknya kau tidak memperlihatkannya di tempat umum."
Aku tidak bisa berkata - kata lagi atas omongan Fredica.
Aku memilih diam lalu melakukan apa yang sama yang dilakukan Fredica yaitu membuat api di tanganku.
Sihir adalah sebuah imajinasi dari pemiliknya dengan kata lain aku hanya percaya aku bisa membuat apinya.
Sebagai veteran chunnibyio aku pasti bisa melakukannya.
Dan selanjutnya.
Api yang tercipta di tanganku berwarna biru, semua orang terbelalak kaget tak terkecuali Fredica.
"Apa itu?"
"Baru kali ini aku melihat api biru."
Candaan mereka kini berubah menjadi kekaguman, baru saja aku merasakan kekaguman itu sihirku tiba - tiba saja meledak dahsyat.
Selain gadis yang tertidur di kursi sebelahku semua orang keluar kelas.
"Bagus anak baru, kau menghancurkan kelas kita."
Aku hanya tersenyum pahit pada mereka, baru saja aku bisa menggunakan sihir, ini sangat luar biasa.
Fredica berdiri di depanku lalu meminta ku mengikutinya sementara para murid lain di suruh membersihkan kekacauan yang ku perbuat.
"Aku minta maaf lain kali aku akan membalasnya."
Mereka menatapku kesal namun aku tidak peduli dan terus mengikuti Fredica ke tempat sepi.
Kami hanya berdua di taman yang di hiasi bunga serta rerumputan hijau, di tengahnya terdapat sebuah bangunan kecil dimana sebuah meja berada di tengahnya.
Kuyakin ini tempat yang sering di jadikan tempat minum teh oleh para bangsawan.
"Sebenarnya apa yang barusan itu, api biru."
"Ntahlah, aku hanya mengikuti apa yang dilakukan Fredica sensei."
Fredica terdiam sesaat sebelum melanjutkan.
"Coba lakukan lagi tapi sekarang jangan menahan kekuatanmu.."
Aku memiringkan kepala ke arahnya.
"Hal barusan terjadi karena kau menahannya bukan, kau yang masih pemula tidak mungkin bisa menahan energi sihir yang besar jadi sekarang lakukan dengan seluruh kemampuanmu."
"Baiklah jika kau menginginkannya."
Sebuah pukulan menghantam kepalaku walau tubuh Fredica mungil dia masih bisa melakukannya
"Panggil aku sensei."
"Baik, baik."
Aku memilih mengabaikannya lalu berdiri di tempat yang sedikit kosong, aku melakukan hal sama yang ku lakukan di kelas tadi dan yang ku buat adalah bola raksasa dari api biru.
"Mustahil, siapa sebenarnya kau ini." Fredica mengutarakan keterkejutannya.
Aku menoleh ke arahnya dengan senyuman.
"Aku hanya anak biasa yang berasal dari negara bernama Indonesia."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Mohd Harmizi
keren👍👍👍👍
2023-08-19
0
Eka Nurmila
ini baru cinta Indonesia. nama asli Indonesia
2022-09-04
0
Sundajaya
gabung dah.....
2022-05-08
0