Bab 15: Rahasia di Balik Topeng

Pagi menjelang dengan langit kelabu, pertanda hujan yang segera turun. Di dalam bunker kecil yang tersembunyi di tengah hutan, suasana terasa lebih tegang daripada malam sebelumnya. Seluruh tim Ariella tampak sibuk memperbaiki senjata, memeriksa peralatan, dan merencanakan langkah berikutnya.

Ariella berdiri di depan pria bertopeng yang kini duduk di kursi logam, tangannya terikat erat dengan kabel baja. Wajah pria itu, meskipun penuh luka, tetap menunjukkan senyuman sinis yang membuat darah Ariella mendidih.

“Berhenti bermain-main,” ucap Ariella dengan nada dingin. “Aku tidak punya waktu untuk ini. Beri tahu aku siapa dalang di balik The Raven Syndicate, atau kau akan menyesal pernah hidup.”

Pria itu mendengus, menundukkan kepala seolah tidak terpengaruh oleh ancaman Ariella. “Kau tidak akan pernah memahami siapa yang kau hadapi. Apa yang kau lihat hanyalah permukaan. Kau melawan sesuatu yang lebih besar dari dirimu, dari tim kecilmu, atau bahkan negara ini.”

Ariella mendekat, mencengkeram dagu pria itu dengan keras hingga matanya bertemu dengan tatapan tajamnya. “Kau tidak paham siapa yang sedang kau hadapi. Aku akan menghancurkan kalian semua, satu per satu.”

Pria itu tertawa kecil, lalu berbisik, “Kau sudah terlambat. Rencana kami sudah berjalan.”

Sebelum Ariella sempat membalas, suara Liana memecah ketegangan.

“Komandan, Anda harus melihat ini,” katanya dengan panik dari sudut ruangan tempat laptopnya berada.

Ariella melepaskan pria itu dan berjalan cepat ke arah Liana. Di layar, muncul video siaran langsung yang tampaknya berasal dari tempat tersembunyi. Seorang pria tua dengan jas mahal dan tatapan penuh wibawa berbicara di depan kamera.

“Nama itu…” gumam Rael yang berdiri di belakang Ariella. “Itu Leonard Drakos, pemilik perusahaan logistik terbesar di Eropa.”

Ariella menatap layar dengan tajam. “Dan salah satu donatur terbesar untuk kegiatan amal internasional,” tambahnya dengan nada sinis.

Di layar, Leonard Drakos sedang berbicara dengan suara yang tenang namun penuh ancaman.

“Kepada semua pemimpin dunia, ini adalah peringatan. Dalam waktu kurang dari 72 jam, dunia akan menyaksikan apa yang terjadi ketika kekuatan sejati menunjukkan taringnya. Tidak ada tempat untuk melarikan diri, tidak ada waktu untuk bernegosiasi. Pilihan ada di tangan kalian: tunduk pada kami, atau hancur.”

Video itu terputus, meninggalkan keheningan di ruangan.

“Dia pemimpinnya?” tanya Rael.

Ariella mengangguk perlahan. “Atau setidaknya dia salah satu dari mereka.”

---

Sementara itu, pria bertopeng yang masih terikat di kursinya tertawa kecil. “Kalian benar-benar tidak tahu apa yang kalian hadapi, bukan? Leonard hanyalah permulaan. Dia bukan otak di balik ini semua.”

Ariella berbalik dengan cepat, matanya penuh kecurigaan. “Kalau begitu siapa? Bicara sebelum aku memaksamu.”

Pria itu terdiam sejenak, lalu berkata dengan nada pelan, “Kau harus bertanya pada seseorang yang lebih dekat denganmu. Seseorang yang kau percayai.”

Kata-kata itu membuat seluruh ruangan terasa membeku. Rael, yang berdiri di dekat pintu, bertukar pandang dengan Liana. “Apa maksudnya?”

Namun, sebelum ada yang bisa menanggapi, suara ledakan terdengar dari luar bunker. Tanah bergetar hebat, dan suara alarm berbunyi.

“Serangan!” teriak salah satu anggota tim yang berjaga di pintu masuk.

Ariella segera mengambil senjatanya. “Liana, lindungi data kita. Rael, bawa tawanan ini ke tempat aman. Sisanya, pertahankan bunker!”

Mereka bergerak cepat. Liana segera memindahkan file-file penting ke server cadangan, sementara Rael menyeret pria bertopeng itu ke ruang belakang. Suara tembakan mulai terdengar dari luar, tanda bahwa musuh sudah mendekat.

Ariella memimpin timnya ke garis depan, menembak musuh yang mendekat dari hutan. Kabut pagi dan hujan gerimis membuat pandangan mereka terbatas, tetapi tim Ariella sudah terlatih untuk situasi seperti ini.

“Komandan, mereka membawa kendaraan lapis baja!” seru salah satu anggota tim.

Ariella mengerutkan kening. “Lempar granat ke roda mereka. Lumpuhkan kendaraan itu!”

---

Di ruang belakang, Rael mengunci pintu dan menatap pria bertopeng yang masih tersenyum.

“Kau masih bisa tertawa di situasi seperti ini?” tanya Rael sambil mengepalkan tangan.

Pria itu menggeleng pelan. “Kau tidak mengerti, kan? Kalian semua hanya pion dalam permainan besar ini.”

Rael mendekat, menahan diri untuk tidak memukulnya. “Kalau begitu beri tahu aku apa rencana kalian!”

Pria itu menatapnya tajam. “Kau sudah tahu jawabannya, Rael. Kau hanya terlalu pengecut untuk mengakuinya.”

Kata-kata itu membuat Rael mundur selangkah, wajahnya penuh keraguan.

“Apa maksudmu?” tanya Rael dengan suara bergetar.

Namun, sebelum pria itu bisa menjawab, pintu belakang mendadak meledak. Rael terlempar ke dinding, sementara dua pria bersenjata lengkap masuk dengan cepat, langsung menembak ke arah mereka.

Pria bertopeng itu segera berdiri, melepas ikatannya yang ternyata sudah dia longgarkan sebelumnya. Dengan cepat, dia melumpuhkan kedua pria bersenjata itu, lalu menatap Rael yang masih terguncang.

“Aku sudah bilang, Rael. Kau bagian dari ini, suka atau tidak,” katanya sebelum menghilang ke dalam kegelapan.

---

Ketika Ariella dan timnya berhasil menghalau musuh di luar, mereka kembali ke dalam bunker hanya untuk menemukan pintu belakang terbuka dan Rael terduduk di lantai, wajahnya penuh luka dan kebingungan.

“Dia kabur,” kata Rael dengan suara lemah.

Ariella mengepalkan tinjunya, marah pada dirinya sendiri karena membiarkan hal ini terjadi.

“Kita tidak punya waktu untuk mengejarnya. Leonard Drakos adalah target kita berikutnya. Kita harus menghentikan apa pun yang dia rencanakan sebelum terlambat.”

Namun, di benaknya, Ariella tahu ada sesuatu yang salah. Kata-kata pria itu tentang pengkhianatan terus terngiang di pikirannya.

Dalam perang ini, siapa pun bisa menjadi musuh—bahkan orang-orang yang dia percayai.

Episodes
1 Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2 Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3 Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4 Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5 Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6 Bab 6: Jejak Pengkhianat
7 Bab 7: Bayangan Perlawanan
8 Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9 Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10 Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11 Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12 Bab 12: Jejak di Kegelapan
13 Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14 Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15 Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16 Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17 Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18 Bab 18: Api Dalam Sekam
19 Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20 Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21 Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22 Bab 22: Perhitungan Terakhir
23 Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24 Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25 Bab 25: Pertempuran Terakhir
26 Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27 Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28 Bab 28: Jalan yang Terpecah
29 Bab 29: Pengepungan Berdarah
30 Bab 30: Jalan Terakhir
31 Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32 Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33 Bab 33: Bayangan Baru
34 Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35 Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36 Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37 Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38 Bab 37: Api dalam Kegelapan
39 Bab 38: Tarian Kematian
40 Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41 Bab 41: Nyanyian Maut
42 Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43 Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44 Bab 44 Sang Pemburu
45 Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46 Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47 Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48 Bab 48: Arena Kehancuran
49 Bab 49: Bayangan Terakhir
50 Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51 Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52 Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53 Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54 Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2
Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3
Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4
Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5
Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6
Bab 6: Jejak Pengkhianat
7
Bab 7: Bayangan Perlawanan
8
Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9
Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10
Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11
Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12
Bab 12: Jejak di Kegelapan
13
Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14
Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15
Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16
Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17
Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18
Bab 18: Api Dalam Sekam
19
Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20
Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21
Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22
Bab 22: Perhitungan Terakhir
23
Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24
Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25
Bab 25: Pertempuran Terakhir
26
Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27
Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28
Bab 28: Jalan yang Terpecah
29
Bab 29: Pengepungan Berdarah
30
Bab 30: Jalan Terakhir
31
Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32
Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33
Bab 33: Bayangan Baru
34
Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35
Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36
Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37
Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38
Bab 37: Api dalam Kegelapan
39
Bab 38: Tarian Kematian
40
Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41
Bab 41: Nyanyian Maut
42
Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43
Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44
Bab 44 Sang Pemburu
45
Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46
Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47
Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48
Bab 48: Arena Kehancuran
49
Bab 49: Bayangan Terakhir
50
Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51
Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52
Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53
Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54
Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!