Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur

Angin laut membawa aroma garam yang tajam, menyapu dinginnya malam yang pekat. Pelabuhan Timur, yang biasanya sibuk dengan aktivitas bongkar muat, malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Namun, di balik keheningan itu, bahaya mengintai. Cahaya lampu sorot dari kapal-kapal yang bersandar sesekali menembus kabut tipis, menciptakan bayangan yang mencekam.

Ariella berdiri di atas crane tua yang sudah tidak digunakan lagi, matanya memindai pelabuhan yang luas. Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat kontainer-kontainer berjejer seperti labirin, sebuah medan yang sempurna untuk jebakan. Di telinganya, suara Rael terdengar melalui radio.

“Tim Bravo sudah di posisi, Komandan. Kontainer merah di titik Delta sepertinya pusat aktivitas mereka. Ada beberapa penjaga bersenjata di sekitarnya.”

Ariella mengangguk meski tahu Rael tak bisa melihatnya. “Tim Alpha, pastikan jalan keluar di sisi barat aman. Jangan biarkan siapa pun lolos. Kita akan memulai operasi dalam tiga menit.”

“Siap, Komandan,” balas Rael.

Malam itu, misi mereka jelas: menghentikan operasi The Raven Syndicate sebelum mereka bisa memindahkan muatan misterius yang tersembunyi di dalam kontainer merah itu. Informasi yang berhasil mereka dapatkan menunjukkan bahwa muatan itu adalah senjata biologis yang dapat menghancurkan seluruh kota jika dilepaskan.

Ariella menarik napas dalam-dalam, berusaha mengabaikan rasa nyeri di bahunya yang masih belum pulih sepenuhnya. Dia tahu, tidak ada ruang untuk kesalahan malam ini.

---

Di sisi lain pelabuhan, pria bertopeng itu berdiri di depan kontainer merah yang dijaga ketat oleh anak buahnya. Dia memantau pergerakan melalui tablet di tangannya, menunjukkan rekaman dari kamera-kamera tersembunyi yang dipasang di sekitar pelabuhan.

“Semuanya berjalan sesuai rencana,” katanya pada seseorang di ujung lain komunikasi. “Muatan akan dikirim dalam waktu satu jam. Pastikan penerima siap.”

Namun, sebelum percakapan itu berakhir, salah satu layar menunjukkan sesuatu yang tidak biasa: sebuah bayangan bergerak cepat di antara kontainer. Dia segera menyadari bahwa mereka tidak sendiri.

“Siaga satu!” teriaknya pada anak buahnya. “Kita punya tamu tak diundang.”

---

Ketegangan memuncak saat tim Ariella mulai bergerak. Tim Bravo yang dipimpin oleh Rael menyelinap di sisi utara pelabuhan, menghabisi penjaga dengan senyap menggunakan pisau dan senjata berperedam. Di sisi lain, tim Alpha mengamankan jalan keluar untuk memastikan tidak ada yang melarikan diri.

Ariella sendiri bergerak sendirian, seperti biasanya. Dia menyusup melalui lorong-lorong sempit di antara kontainer, menghindari kamera pengawas dengan keahlian yang mengagumkan. Setiap langkahnya terukur, setiap gerakannya nyaris tak terdengar.

Namun, ketika dia mendekati kontainer merah, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Suara langkah kaki berat mendekat, diikuti oleh sorot senter yang terang benderang. Sekelompok penjaga bersenjata lengkap muncul dari sisi kiri, memotong jalannya.

“Dia di sini!” salah satu dari mereka berteriak, langsung melepaskan tembakan.

Ariella melompat ke belakang kontainer untuk berlindung, peluru menghujani tempatnya berada. Dengan gerakan cepat, dia mengeluarkan pistol dari sarung di pinggangnya dan membalas tembakan. Tiga peluru, tiga penjaga tumbang. Namun, dia tahu bahwa suara tembakan itu akan menarik perhatian lebih banyak musuh.

Melalui radio, suara Rael terdengar. “Komandan, apa Anda baik-baik saja?”

“Ada perlawanan di dekat titik Delta,” balas Ariella sambil mengganti magazin senjatanya. “Tim Bravo, segera ke posisiku. Kita harus bergerak cepat sebelum mereka memindahkan muatan.”

“Diterima. Kami dalam perjalanan.”

---

Di dekat kontainer merah, pria bertopeng itu terlihat gelisah. Anak buahnya mulai terdesak oleh serangan mendadak dari tim Ariella. Dia mengambil radio di jaketnya dan memberi perintah terakhir.

“Jangan biarkan mereka mendekat. Jika perlu, ledakkan kontainer. Kita tidak bisa membiarkan muatan ini jatuh ke tangan mereka.”

Salah satu anak buahnya ragu. “Tapi Tuan, muatan ini terlalu berharga—”

“Lakukan saja!” bentaknya.

Pria itu berbalik, bersiap melarikan diri ke kapal yang sudah menunggu. Namun, dia dikejutkan oleh kehadiran seseorang di belakangnya. Ariella muncul tiba-tiba, wajahnya penuh amarah.

“Kau tidak akan pergi ke mana pun,” ujarnya dingin sambil mengarahkan pistol ke kepala pria itu.

Pria bertopeng itu tertawa kecil. “Kau terlambat, Ariella. Bahkan jika kau menang di sini, kami masih punya seribu cara lain untuk melanjutkan rencana kami.”

Ariella tidak menggubris kata-katanya. Dengan gerakan cepat, dia menjatuhkan senjata pria itu dan menendang lututnya hingga pria itu jatuh berlutut.

“Siapa yang kau bekerja untuk?” Ariella menuntut.

Namun, sebelum pria itu bisa menjawab, suara ledakan besar terdengar. Ariella menoleh dengan cepat—kontainer merah meledak, menyebarkan api dan puing-puing ke segala arah. Ledakan itu begitu kuat hingga mengguncang seluruh pelabuhan.

Rael dan timnya yang baru saja tiba di lokasi segera mencari perlindungan. “Komandan! Kita harus pergi sekarang! Tempat ini akan runtuh!”

Ariella menatap pria bertopeng itu sekali lagi. “Kita belum selesai.”

Dia memukul pria itu hingga tak sadarkan diri, kemudian menyeretnya dengan susah payah ke tempat Rael berada. Tim mereka segera mundur ke kendaraan yang sudah diparkir di luar pelabuhan, melarikan diri sebelum ledakan berikutnya menghancurkan semuanya.

---

Di markas, suasana kembali tegang. Pria bertopeng itu kini diikat di kursi logam di tengah ruangan, dengan lampu sorot menyinari wajahnya. Ariella berdiri di depannya, menatap tajam ke arah musuh yang selama ini menjadi duri di sisinya.

“Bicara,” katanya dengan suara rendah namun mengintimidasi. “Siapa dalang di balik semua ini?”

Pria itu tersenyum, meskipun darah mengalir dari sudut bibirnya. “Kau pikir kau bisa menghentikan kami, Ariella? Kami adalah bayangan di dunia ini. Dan kau tidak akan pernah bisa menang melawan bayangan.”

Namun, sebelum Ariella bisa melanjutkan interogasinya, suara alarm berbunyi. Liana yang duduk di depan komputer berteriak.

“Komandan! Seseorang mencoba melacak lokasi kita!”

Ariella memutar tubuhnya dengan cepat. “Matikan semua jaringan komunikasi. Sekarang!”

Liana segera memutuskan koneksi, tetapi kerusakan sudah terjadi. Dalam hitungan detik, layar di depannya menunjukkan sinyal peringatan—musuh telah menemukan markas mereka.

Rael masuk dengan ekspresi tegang. “Komandan, kita harus pergi. Mereka dalam perjalanan ke sini.”

Ariella mengepalkan tinjunya. Mereka baru saja menangkap musuh yang berharga, tetapi kini harus menghadapi ancaman yang lebih besar.

“Pindahkan semua orang. Siapkan rencana evakuasi. Kita tidak akan membiarkan mereka menang.”

Perang melawan The Raven Syndicate kini memasuki babak baru, dan Ariella tahu bahwa mereka harus selalu selangkah lebih cepat jika ingin bertahan hidup.

Episodes
1 Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2 Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3 Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4 Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5 Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6 Bab 6: Jejak Pengkhianat
7 Bab 7: Bayangan Perlawanan
8 Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9 Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10 Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11 Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12 Bab 12: Jejak di Kegelapan
13 Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14 Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15 Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16 Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17 Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18 Bab 18: Api Dalam Sekam
19 Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20 Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21 Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22 Bab 22: Perhitungan Terakhir
23 Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24 Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25 Bab 25: Pertempuran Terakhir
26 Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27 Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28 Bab 28: Jalan yang Terpecah
29 Bab 29: Pengepungan Berdarah
30 Bab 30: Jalan Terakhir
31 Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32 Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33 Bab 33: Bayangan Baru
34 Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35 Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36 Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37 Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38 Bab 37: Api dalam Kegelapan
39 Bab 38: Tarian Kematian
40 Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41 Bab 41: Nyanyian Maut
42 Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43 Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44 Bab 44 Sang Pemburu
45 Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46 Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47 Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48 Bab 48: Arena Kehancuran
49 Bab 49: Bayangan Terakhir
50 Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51 Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52 Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53 Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54 Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2
Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3
Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4
Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5
Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6
Bab 6: Jejak Pengkhianat
7
Bab 7: Bayangan Perlawanan
8
Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9
Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10
Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11
Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12
Bab 12: Jejak di Kegelapan
13
Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14
Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15
Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16
Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17
Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18
Bab 18: Api Dalam Sekam
19
Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20
Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21
Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22
Bab 22: Perhitungan Terakhir
23
Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24
Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25
Bab 25: Pertempuran Terakhir
26
Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27
Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28
Bab 28: Jalan yang Terpecah
29
Bab 29: Pengepungan Berdarah
30
Bab 30: Jalan Terakhir
31
Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32
Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33
Bab 33: Bayangan Baru
34
Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35
Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36
Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37
Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38
Bab 37: Api dalam Kegelapan
39
Bab 38: Tarian Kematian
40
Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41
Bab 41: Nyanyian Maut
42
Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43
Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44
Bab 44 Sang Pemburu
45
Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46
Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47
Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48
Bab 48: Arena Kehancuran
49
Bab 49: Bayangan Terakhir
50
Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51
Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52
Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53
Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54
Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!