Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan

Pagi hari setelah pertempuran itu, suasana markas Ariella terlihat sangat berbeda dari biasanya. Keheningan yang menggelayuti setiap sudut ruangan menggambarkan betapa besar dampak dari apa yang telah terjadi semalam. Meski mereka berhasil menggagalkan pengiriman senjata nuklir yang telah direncanakan oleh The Raven Syndicate, perasaan cemas tetap menghantui tim.

Ariella duduk di ruang operasional, menatap layar komputer yang memproyeksikan hasil dari serangan terakhir. Sebuah perasaan tidak nyaman menyelimuti dirinya. Ada sesuatu yang ia rasakan—sebuah ancaman yang lebih besar, lebih tersembunyi, dan lebih berbahaya dari apa yang telah mereka hadapi.

"Semua laporan sudah masuk, Komandan," Liana berkata sambil menghampiri meja Ariella. "Konvoi yang kita hancurkan adalah bagian dari pengiriman terbesar yang pernah mereka lakukan. Namun, mereka tidak hanya mengirimkan bahan nuklir. Kita juga menemukan data yang mengarah pada operasi yang lebih besar, lebih global. Ini bukan hanya tentang senjata—ini tentang kekuasaan."

Ariella menghela napas panjang, meletakkan telapak tangan di wajahnya. "Apakah kita bisa mendapatkan informasi lebih lanjut?" tanyanya, matanya menyipit menilai layar di depannya.

Liana mengangguk. "Kami sedang memproses data yang kami ambil dari perangkat mereka. Kami hanya perlu waktu untuk menguraikan lebih lanjut. Tapi ada satu hal yang perlu Anda tahu..."

"Jangan katakan kalau kita telah melewatkan sesuatu," ujar Ariella dengan nada tegas.

Liana berhenti sejenak, menatap Ariella dengan ragu, lalu melanjutkan, "Ada kemungkinan besar mereka tahu bahwa kita akan menyerang. Mereka sudah mempersiapkan pelarian, dan mereka tampaknya memiliki informasi tentang setiap langkah yang kita ambil."

Ariella merasa perutnya mual mendengar ini. “Berarti mereka sudah mempersiapkan pengkhianatan. Siapa yang mengkhianati kita?”

Liana menggelengkan kepala. “Kami belum tahu pasti, tetapi ada beberapa indikasi bahwa seseorang di dalam organisasi kita telah membocorkan informasi. Kita sudah menyaring data komunikasi internal, dan beberapa transaksi mencurigakan terdeteksi. Ini bisa berarti kita tidak hanya berhadapan dengan musuh dari luar, tetapi juga dari dalam.”

Sebelum Ariella bisa merespons, Rael masuk dengan ekspresi wajah yang serius. “Komandan, kita punya masalah besar. Marcus sudah melarikan diri.”

Ariella terkejut mendengar nama itu. “Marcus? Apa yang dia lakukan?”

Rael menjelaskan dengan cepat, “Setelah pertempuran kemarin, kami menemukan bahwa dia menghilang dari markas. Kami mendeteksi kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi ke arah wilayah yang tidak terduga. Dan ketika kami melacaknya, dia sudah tidak ada di sana lagi.”

“Berarti dia bekerja dengan mereka,” Ariella bergumam, menyadari sepenuhnya bahwa Marcus tidak pernah benar-benar berpihak kepada mereka. Selama ini, ia hanya menunggu kesempatan untuk mengkhianati mereka.

“Apa langkah selanjutnya?” tanya Rael, matanya tajam, siap untuk bertindak.

Ariella berpikir sejenak. "Kita harus menemukan Marcus. Jika dia bekerja sama dengan The Raven Syndicate, dia pasti tahu sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang bisa menghancurkan kita. Liana, teruskan pengolahan data itu, beri saya semua yang kalian temukan."

Liana mengangguk dan segera kembali ke komputernya, sementara Ariella berbalik untuk menemui timnya yang lain. Rael berjalan mendekat, berbicara dengan suara rendah, “Saya rasa kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Jika Marcus sudah berkhianat, kita harus segera mencari dia sebelum dia membawa informasi itu ke musuh.”

Ariella menatap Rael, menilai keseriusan dalam matanya. “Kita akan bergerak malam ini. Pastikan setiap tim siap. Kita akan menemukan Marcus, tidak peduli apa yang terjadi.”

---

Malam itu, tim Ariella bergerak dengan cepat dan terkoordinasi. Mereka tahu bahwa waktu tidak berpihak pada mereka. Jika Marcus benar-benar berkolaborasi dengan The Raven Syndicate, berarti mereka memiliki informasi yang sangat berharga, dan bisa jadi mereka akan menggunakannya untuk menghancurkan Ariella dan timnya.

Rael memimpin tim yang melacak jejak Marcus, sementara Ariella memimpin operasi penyergapan di titik lainnya, berdasarkan informasi yang berhasil mereka kumpulkan sebelumnya. Seluruh tim bergerak dalam diam, menyusuri kota yang sunyi dengan kendaraan tak bertanda.

“Mereka tahu kita datang,” ujar Liana melalui radio, suaranya penuh dengan ketegangan. “Kita sedang dipantau.”

Ariella merasakan ketegangan di dalam dada. Mereka sudah terjebak dalam perang psikologis dengan musuh. “Teruskan, Liana. Kami akan mencari mereka.”

Mereka tiba di sebuah gudang besar yang terletak di pinggiran kota, sebuah tempat yang cukup tersembunyi dan sulit dijangkau. Tidak ada suara di sekitar mereka, hanya kedamaian yang aneh.

“Ini dia,” Rael berbisik, matanya berkilat tajam. “Marcus pasti ada di sini.”

Ariella mengangguk dan memimpin langkah pertama menuju pintu besar gudang. Mereka bergerak cepat, hati-hati, dan penuh kewaspadaan. Namun, begitu pintu terbuka, yang mereka temui bukanlah Marcus, melainkan segerombolan pria bertopeng yang siap bertempur.

“Bertahan!” teriak Ariella, menarik senjata dari sabuknya.

Tembakan mulai terdengar, dan pertarungan sengit pun terjadi di dalam gudang. Tim Ariella menembak dengan presisi tinggi, namun musuh mereka juga tidak kalah terlatih. Ketika satu musuh jatuh, yang lainnya muncul, seolah mereka telah siap untuk pertempuran ini sejak lama.

Rael dan timnya bergerak cepat, mengelilingi gudang, sementara Ariella berlari ke arah dalam, mencari petunjuk atau jejak Marcus. Semakin dalam ia menyusuri ruangan, semakin jelas bahwa ini adalah jebakan yang disiapkan dengan sangat matang. Gudang itu lebih dari sekadar tempat persembunyian—ini adalah markas sementara yang dibangun untuk menahan mereka.

“Marcus!” teriak Ariella, suaranya menggema di dalam ruangan yang gelap.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar, dan di depan Ariella muncul sosok yang dikenalnya dengan baik—Marcus. Namun, kali ini, dia tidak datang sendirian. Di belakangnya berdiri sosok pria bertopeng, seseorang yang Ariella tidak pernah duga sebelumnya.

“Ariella,” suara Marcus terdengar pelan, penuh penghinaan. “Kau pikir bisa mengalahkan kami? Ini sudah berakhir.”

Ariella mengangkat senjata, siap untuk menembak. Namun, sebelum ia bisa bergerak, pria bertopeng itu maju, memegang senjata besar di tangannya. “Dia sudah bekerja untuk kami sejak lama,” ujar pria itu, suaranya dalam dan penuh ancaman.

Marcus tersenyum dingin, melihat kebingungannya. “Kau sudah terlambat, Ariella. Kami tahu setiap langkahmu, setiap strategi yang kau buat. Semua ini sudah direncanakan sejak awal.”

Sebelum Ariella bisa merespons, pria bertopeng itu mengangkat senjatanya, menembakkan peluru tajam yang melesat ke arahnya. Ariella menghindar, merunduk, dan mulai bergerak menuju posisi yang lebih strategis.

Pertempuran kembali pecah, lebih sengit dan lebih berbahaya dari sebelumnya. Semua orang tahu bahwa ini adalah pertarungan hidup dan mati. Ariella harus bertahan, harus mengalahkan mereka, atau semuanya akan berakhir di sini.

Episodes
1 Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2 Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3 Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4 Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5 Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6 Bab 6: Jejak Pengkhianat
7 Bab 7: Bayangan Perlawanan
8 Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9 Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10 Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11 Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12 Bab 12: Jejak di Kegelapan
13 Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14 Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15 Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16 Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17 Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18 Bab 18: Api Dalam Sekam
19 Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20 Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21 Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22 Bab 22: Perhitungan Terakhir
23 Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24 Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25 Bab 25: Pertempuran Terakhir
26 Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27 Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28 Bab 28: Jalan yang Terpecah
29 Bab 29: Pengepungan Berdarah
30 Bab 30: Jalan Terakhir
31 Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32 Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33 Bab 33: Bayangan Baru
34 Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35 Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36 Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37 Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38 Bab 37: Api dalam Kegelapan
39 Bab 38: Tarian Kematian
40 Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41 Bab 41: Nyanyian Maut
42 Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43 Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44 Bab 44 Sang Pemburu
45 Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46 Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47 Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48 Bab 48: Arena Kehancuran
49 Bab 49: Bayangan Terakhir
50 Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51 Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52 Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53 Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54 Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2
Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3
Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4
Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5
Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6
Bab 6: Jejak Pengkhianat
7
Bab 7: Bayangan Perlawanan
8
Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9
Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10
Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11
Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12
Bab 12: Jejak di Kegelapan
13
Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14
Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15
Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16
Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17
Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18
Bab 18: Api Dalam Sekam
19
Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20
Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21
Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22
Bab 22: Perhitungan Terakhir
23
Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24
Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25
Bab 25: Pertempuran Terakhir
26
Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27
Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28
Bab 28: Jalan yang Terpecah
29
Bab 29: Pengepungan Berdarah
30
Bab 30: Jalan Terakhir
31
Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32
Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33
Bab 33: Bayangan Baru
34
Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35
Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36
Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37
Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38
Bab 37: Api dalam Kegelapan
39
Bab 38: Tarian Kematian
40
Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41
Bab 41: Nyanyian Maut
42
Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43
Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44
Bab 44 Sang Pemburu
45
Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46
Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47
Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48
Bab 48: Arena Kehancuran
49
Bab 49: Bayangan Terakhir
50
Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51
Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52
Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53
Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54
Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!