Bab 9: Kejaran Tanpa Henti

Ariella memandang konvoi kendaraan yang terus melaju dengan kecepatan tinggi, menembus malam yang gelap. Di belakangnya, timnya berlarian, mengikuti setiap langkah dengan hati-hati. Suara tembakan yang terdengar dari kejauhan semakin dekat, menggema dalam kegelapan. Meskipun mereka sudah berhasil menyerang The Raven Syndicate di fasilitas utama, pengejaran mereka belum selesai. Pengiriman senjata nuklir itu harus dihentikan.

“Rael, kejar konvoi itu!” teriak Ariella melalui radio komunikasi. Suaranya tegas, dipenuhi tekad. “Jangan biarkan mereka kabur!”

Rael, yang berada di kendaraan terdepan, mengangguk dan meningkatkan kecepatan. “Kita harus memotong jalur mereka. Arahkan tim kita ke jalan utama yang lebih sempit.”

Ariella mengamati konvoi yang dipenuhi kendaraan besar dan beberapa truk pengangkut bahan nuklir itu. Tembakan dari pihak The Raven Syndicate mulai datang dari depan dan belakang, mencoba menghalangi jalan mereka. Mereka sudah tahu bahwa mereka dalam pengejaran, dan itu hanya berarti satu hal: perang habis-habisan.

“Ini akan menjadi pertempuran terakhir,” gumam Ariella dengan penuh keyakinan. Ia menekan tombol komunikasi di tangan kirinya. “Tim dua, siapkan peluru kendali. Kita tidak akan membiarkan satu pun kendaraan itu melarikan diri.”

Di dalam kendaraan kedua, Liana memonitor pergerakan musuh melalui sistem pengawasan satelit. “Ada dua kendaraan yang mendekat ke sisi kanan. Mereka mencoba memotong jalan kita,” katanya, matanya tak lepas dari layar.

Ariella mengerutkan kening. “Tidak ada jalan mundur. Kita harus mengalahkan mereka di sini.”

Rael memberi isyarat kepada timnya, dan beberapa kendaraan dari belakang mulai bergerak maju, mengepung konvoi musuh dari kedua sisi. Beberapa truk dari The Raven Syndicate terpaksa melambat saat mereka mendekati ujung jalan yang sempit, mempersempit ruang gerak mereka.

“Sekarang!” perintah Rael.

Ledakan mengguncang jalanan, disertai suara tembakan yang keras dari peluru kendali yang menghancurkan salah satu kendaraan pengawal di depan. Asap hitam membubung ke udara, menyelimuti jalanan dalam kabut tebal. Ariella dan timnya tidak memberi ampun. Mereka terus menekan, memasuki zona musuh dengan kecepatan tinggi.

Namun, musuh tidak kalah cerdas. Dari balik truk-truk besar, beberapa kendaraan bermotor yang lebih kecil keluar, bergerak cepat dan menembakkan senapan serbu dengan presisi. Ariella merunduk di dalam kendaraan, merasakan getaran peluru yang melesat melintasi kaca jendela.

Rael yang berada di depan tidak mengulur waktu. Ia menekan pedal gas, menabrakkan kendaraannya ke kendaraan penghalang, memaksa musuh mundur. “Ambil posisi! Jangan beri mereka kesempatan!” teriaknya, memberi perintah kepada timnya yang bergerak mengikuti dari belakang.

Ariella tidak gentar. Ia membuka pintu kendaraan dengan sigap dan melompat keluar, menghunus pistol dengan tangan kanan. Dengan gerakan yang terlatih, ia menembak seorang pria yang mencoba melarikan diri ke arah truk pengangkut. Satu tembakan, satu musuh jatuh ke tanah. Tanpa memberi kesempatan untuk bernafas, Ariella bergerak cepat, berlari menyusuri sisi jalan untuk mengejar kendaraan musuh yang terus berusaha melaju.

Rael yang mengikuti di belakangnya mengarahkan timnya untuk menembak dan menghentikan kendaraan yang semakin menjauh. Mereka berada dalam kejaran tanpa henti, berlari dalam kegelapan, dengan suara ledakan dan tembakan yang bersahutan.

Setiap detik sangat berharga. Ariella tahu bahwa jika mereka terlambat, seluruh dunia bisa berada dalam bahaya. Hanya ada satu cara untuk mengakhiri pertempuran ini: menghentikan konvoi musuh sebelum mereka bisa sampai ke tempat yang lebih aman dan menyelesaikan pengiriman senjata nuklir itu.

Ariella memacu langkahnya, menembak dua musuh yang sedang mencoba bersembunyi di balik kendaraan. Rael, di belakangnya, mengikuti dengan sigap, menembakkan peluru dengan akurasi tinggi. “Satu lagi!” Rael berteriak, berhasil menembak salah satu pria bersenjata yang mencoba menghentikan mereka.

Namun, seiring dengan kemajuan mereka, semakin banyak musuh yang muncul dari kegelapan malam. Mereka mulai menyebar, mencoba mengelilingi tim Ariella. Dari arah berlawanan, truk pengangkut yang lebih besar terus bergerak maju, semakin mendekati tujuan mereka.

Ariella berlari ke depan, memutuskan untuk mengubah strategi. “Tim dua, pindahkan posisi! Fokuskan tembakan ke pengemudi truk itu!”

Sebuah ledakan besar terdengar, dan truk pertama terhenti di tengah jalan, terbakar setelah peluru kendali tepat mengenai mesin penggeraknya. Namun, itu hanya menghentikan satu truk. Masih ada lebih banyak kendaraan di belakangnya yang tetap bergerak maju.

“Tidak cukup! Kita harus menghentikan mereka semua!” teriak Ariella.

Rael, yang tampaknya lebih dari siap untuk pertempuran ini, mengangguk dan memberi isyarat kepada Liana untuk segera mengaktifkan sistem pelacak kendaraan yang sudah dipasang. “Kita punya cara lain,” katanya dengan penuh keyakinan.

Liana mengangguk, memasukkan kode dengan cepat ke dalam perangkat. Seketika, kendaraan pengiriman nuklir di depan mereka mendapat sinyal untuk melambat, lalu berhenti di tempat yang tepat. Tim Ariella dengan cepat mengepung, namun tiba-tiba suara sirene memekakkan telinga mereka.

Polisi, mungkin, atau lebih buruk—tim militer yang telah dipanggil oleh The Raven Syndicate untuk mengatasi mereka. Ariella menggertakkan giginya. Jika mereka tidak mengalahkan pasukan ini, mereka tidak akan bisa menghentikan pengiriman tersebut.

“Arahkan tembakan ke unit-unit militer! Jaga mereka agar tidak mendekat!” teriak Ariella dengan suara yang penuh semangat.

Perang terbuka dimulai, dengan tim Ariella melawan pasukan yang jauh lebih terlatih dan lebih lengkap persenjataannya. Namun, Ariella tidak pernah ragu. Setiap keputusan yang ia buat adalah keputusan hidup dan mati.

Di tengah pertempuran yang semakin sengit, Ariella mendekati truk pengangkut terakhir yang berisi bahan nuklir. “Rael!” ia berteriak. “Bawa tim, hancurkan truk itu. Aku akan memastikan kita keluar dari sini hidup-hidup.”

Rael dan timnya bergerak ke depan dengan penuh semangat, menembakkan peluru mereka ke arah kendaraan musuh yang terus berusaha melarikan diri. Sebuah ledakan besar mengguncang jalanan, menghancurkan salah satu truk musuh dan membiarkan jalan terbuka untuk tim Ariella.

Ariella merasa denyut jantungnya berdetak lebih kencang. Keberhasilan mereka dalam menghancurkan sebagian besar konvoi memberi mereka sedikit ruang untuk bernafas. Namun, musuh yang tersisa berlarian, berusaha melarikan diri. Ariella tidak memberi ampun.

Dengan pistol di tangan, ia mengejar satu-satunya musuh yang tersisa yang tampaknya mencoba melarikan diri dengan berjalan kaki. Ariella tidak bisa membiarkan mereka lolos. Di hadapannya, pria itu berlari dengan cepat, namun Ariella yang sudah terlatih mengejar dengan kecepatan yang tidak kalah.

Begitu mereka hampir sampai, Ariella menembak satu kali lagi, menghentikan pria itu di tempat. Namun, sebelum dia bisa merayakan kemenangan mereka, sebuah ledakan hebat terdengar dari kejauhan. Sebuah bom telah diledakkan, merusak sebagian besar jalan yang mereka tempuh.

“Rael!” teriak Ariella, berlari kembali ke arah timnya. “Kita harus pergi sekarang! Semua tim, siap!”

Mereka segera berlari menuju kendaraan yang tersisa, menghindari reruntuhan yang berserakan di jalan. Konvoi yang hancur, bersama pasukan The Raven Syndicate yang kalah, menunjukkan bahwa pertempuran ini belum berakhir. Mereka mungkin telah menghentikan pengiriman nuklir untuk sekarang, tetapi Ariella tahu bahwa ancaman The Raven Syndicate masih jauh dari selesai.

Ariella menatap langit malam yang kelam, penuh perhitungan. “Ini baru permulaan,” bisiknya pelan, merasa ketegangan yang menyelimuti tubuhnya. Kemenangan mereka kali ini hanyalah langkah pertama dalam perjalanan yang lebih panjang.

Episodes
1 Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2 Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3 Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4 Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5 Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6 Bab 6: Jejak Pengkhianat
7 Bab 7: Bayangan Perlawanan
8 Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9 Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10 Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11 Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12 Bab 12: Jejak di Kegelapan
13 Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14 Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15 Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16 Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17 Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18 Bab 18: Api Dalam Sekam
19 Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20 Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21 Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22 Bab 22: Perhitungan Terakhir
23 Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24 Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25 Bab 25: Pertempuran Terakhir
26 Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27 Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28 Bab 28: Jalan yang Terpecah
29 Bab 29: Pengepungan Berdarah
30 Bab 30: Jalan Terakhir
31 Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32 Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33 Bab 33: Bayangan Baru
34 Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35 Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36 Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37 Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38 Bab 37: Api dalam Kegelapan
39 Bab 38: Tarian Kematian
40 Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41 Bab 41: Nyanyian Maut
42 Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43 Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44 Bab 44 Sang Pemburu
45 Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46 Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47 Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48 Bab 48: Arena Kehancuran
49 Bab 49: Bayangan Terakhir
50 Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51 Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52 Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53 Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54 Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2
Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3
Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4
Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5
Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6
Bab 6: Jejak Pengkhianat
7
Bab 7: Bayangan Perlawanan
8
Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9
Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10
Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11
Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12
Bab 12: Jejak di Kegelapan
13
Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14
Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15
Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16
Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17
Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18
Bab 18: Api Dalam Sekam
19
Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20
Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21
Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22
Bab 22: Perhitungan Terakhir
23
Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24
Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25
Bab 25: Pertempuran Terakhir
26
Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27
Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28
Bab 28: Jalan yang Terpecah
29
Bab 29: Pengepungan Berdarah
30
Bab 30: Jalan Terakhir
31
Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32
Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33
Bab 33: Bayangan Baru
34
Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35
Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36
Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37
Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38
Bab 37: Api dalam Kegelapan
39
Bab 38: Tarian Kematian
40
Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41
Bab 41: Nyanyian Maut
42
Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43
Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44
Bab 44 Sang Pemburu
45
Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46
Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47
Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48
Bab 48: Arena Kehancuran
49
Bab 49: Bayangan Terakhir
50
Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51
Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52
Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53
Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54
Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!