Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti

Hujan turun deras di luar markas Ariella, mengaburkan pandangan dari jendela besar yang menghadap ke kota yang tampak sepi. Namun, di dalam ruangan yang terang benderang itu, ketegangan meluap. Ariella berdiri di depan meja besar, memandangi layar-layar yang menampilkan data hasil serangan mereka di gudang The Raven Syndicate.

“Ini lebih dari sekadar pengiriman senjata,” ujar Liana, yang duduk di depan komputer, menatap layar dengan cemas. “Kami menemukan koordinat dan beberapa catatan pengiriman yang menunjuk pada fasilitas lain—lebih besar, lebih terlindungi.”

Ariella tidak mengalihkan pandangannya dari layar. “Fasilitas utama mereka, mungkin?”

“Ya,” jawab Liana, masih terfokus pada layar. “Dan ada sesuatu yang lebih mencurigakan lagi. Mereka sedang mempersiapkan operasi besar—sesuatu yang melibatkan kelompok teroris internasional.”

Ariella berjalan maju, matanya menyempit. “Operasi besar?”

“Sepertinya mereka berencana untuk mengirimkan senjata nuklir. Bahan-bahan yang digunakan untuk merakitnya juga tercatat di sistem. Itu yang kami temukan di gudang tadi,” kata Liana dengan nada serius. “Ini bukan hanya ancaman untuk kota ini, tetapi untuk seluruh dunia.”

Ariella menatap Liana dengan tatapan yang lebih tajam. The Raven Syndicate memang dikenal sebagai organisasi internasional yang penuh intrik, tetapi jika mereka benar-benar terlibat dalam hal seperti ini, itu berarti perang yang lebih besar sedang menunggu.

Rael, yang sejak tadi berdiri di dekat pintu, mendekat. "Kita harus bergerak cepat. Jika mereka sudah memulai pengiriman, kita bisa kehilangannya. Kita tidak hanya berhadapan dengan sindikat, tapi dengan kelompok yang memiliki kapasitas lebih besar untuk menghancurkan kita."

Ariella mengangguk, matanya penuh perhitungan. "Liana, berapa lama kita bisa melacak lokasi ini?"

“Kurang dari dua jam,” jawab Liana, tanpa ragu. “Tapi kita harus bergerak sekarang jika ingin sampai sebelum mereka berpindah lokasi.”

Ariella menghela napas dalam-dalam. Waktu mereka sangat terbatas. Setiap detik yang terbuang berarti kemungkinan besar mereka akan kehilangan jejak The Raven Syndicate untuk selamanya.

“Siapkan tim. Kita pergi malam ini,” kata Ariella dengan suara yang penuh ketegasan.

---

Ketika malam semakin larut, Ariella dan timnya bergerak dengan hati-hati. Kendaraan-kendaraan tanpa tanda membelah jalanan gelap menuju lokasi yang sudah dipetakan. Rael memimpin tim, dengan Marcus yang di bawah pengawasan ketat, karena Ariella tahu bahwa meskipun Marcus tampaknya bekerja sama, dia masih berpotensi menjadi ancaman.

Mereka tiba di luar area yang terindikasi sebagai fasilitas utama The Raven Syndicate—sebuah kompleks besar yang tampaknya tidak terjamah oleh pihak berwenang. Ariella memindai area melalui kacamata penglihatan malam, menilai bahwa tempat ini penuh dengan penjagaan dan sistem keamanan yang sangat ketat.

“Ini lebih rumit dari yang kita duga,” Rael berkata pelan, mengamati gerakan di sekitar perimeter. “Kita tidak bisa masuk begitu saja.”

“Ada cara,” jawab Ariella dingin, matanya memandangi tembok tinggi yang mengelilingi kompleks. “Kami akan masuk lewat saluran bawah tanah.”

Rael menatapnya dengan ragu, namun ia tidak membantah. “Kita akan membutuhkan waktu untuk masuk tanpa terdeteksi.”

Marcus yang berjalan di belakang mereka tampak cemas, tetapi tetap diam. Ariella sudah memperingatkannya untuk tidak mencoba melarikan diri, dan ia tahu bahwa Marcus tahu betul apa yang akan terjadi jika ia mengkhianati mereka lagi.

Ariella memberi sinyal, dan tim bergerak menuju pintu tersembunyi yang ditemukan Liana melalui data intelijen mereka. Dengan cekatan, mereka membuka pintu yang tampaknya tidak pernah digunakan. Begitu masuk ke dalam terowongan gelap, ketegangan semakin terasa. Setiap langkah mereka dihantui oleh bayangan musuh yang mungkin sudah mengetahui keberadaan mereka.

Bergerak perlahan, mereka mendekati fasilitas utama yang berada di bagian dalam kompleks. Dengan strategi yang cermat, mereka akhirnya berhasil sampai di ruang kontrol yang menjadi pusat pengendalian The Raven Syndicate. Ariella berdiri di depan pintu, memeriksa senjata yang ada di tangan. "Begitu pintu terbuka, serang tanpa ampun," perintahnya tegas.

Pintu ruang kontrol terbuka dengan suara pelan, dan mereka masuk dengan cepat, menembakkan senjata tepat ke arah penjaga yang tidak sempat bereaksi. Sementara itu, Marcus berdiri di belakang, tubuhnya kaku karena ketakutan.

Ariella bergerak cepat, memeriksa layar komputer yang menampilkan data tentang operasi mereka. Di satu sudut, sebuah pesan masuk yang menunjukkan bahwa pengiriman bahan-bahan nuklir sudah hampir selesai.

"Kurang dari dua jam lagi," gumam Ariella, matanya memancar penuh tekad. “Tidak ada waktu.”

Rael memberi isyarat agar timnya bersiap untuk melanjutkan pencarian. Mereka menggeledah setiap sudut, memastikan tidak ada lagi informasi yang terlewat. Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi.

Sebuah ledakan mengguncang kompleks, menyebabkan semua orang terhuyung mundur. Sebuah bom jebakan yang sengaja dipasang oleh The Raven Syndicate untuk menjebak mereka.

“Pergi!” teriak Ariella, segera memberi perintah kepada timnya. Mereka berlari menuju pintu keluar darurat yang sudah mereka tandai sebelumnya. Namun, ketika mereka keluar ke area terbuka, mereka mendapati bahwa jalan keluar mereka sudah dipenuhi oleh pasukan The Raven Syndicate.

Ariella merasakan ketegangan mencekam dalam dadanya. Mereka terjebak.

“Rael, ambil posisi!” teriak Ariella, memerintahkan timnya untuk menyusun formasi perlawanan. Rael dan beberapa anggota tim mengambil posisi strategis di balik tembok beton. Mereka mulai menembak, melawan pasukan musuh yang mulai maju dengan senjata otomatis.

Ariella tidak tinggal diam. Ia bergerak dengan cepat, menembakkan pistol dengan presisi tinggi ke arah musuh yang mencoba mendekat. Meskipun situasi semakin genting, ia tetap tenang, memimpin timnya dengan keahlian yang tidak terbantahkan.

Namun, dalam kekacauan itu, Marcus berlari ke arah lain, mencoba melarikan diri. Rael yang melihatnya segera memberi isyarat, dan beberapa anggota tim mengejar Marcus.

“Marcus!” teriak Ariella, tetapi sudah terlambat. Marcus sudah berlari terlalu jauh.

Ariella menggertakkan giginya, marah karena pengkhianatan terakhir yang dilakukan oleh Marcus. Namun, dia tahu bahwa fokus utama mereka adalah menghentikan pengiriman bahan-bahan nuklir tersebut.

Rael kembali ke posisinya, wajahnya serius. “Kita harus cepat. Kalau kita biarkan mereka melanjutkan pengiriman, kita akan kehilangan lebih dari ini.”

Ariella mengangguk, dan dengan sigap, mereka melanjutkan pengejaran menuju fasilitas pengiriman utama yang terletak di sisi lain kompleks. Mereka tahu, setiap detik yang berlalu akan menentukan nasib seluruh dunia.

Saat mereka tiba di area pengiriman, mereka menemukan konvoi kendaraan yang siap untuk pergi. Di dalamnya, bahan-bahan nuklir yang dikirim ke lokasi yang belum diketahui. Ariella mengerahkan seluruh timnya untuk menghentikan konvoi itu, menembakkan sinyal pembuka serangan.

Pertempuran semakin sengit saat Ariella dan timnya mengejar konvoi yang berusaha melarikan diri. Tiap kali mereka mendekati, musuh semakin keras mempertahankan diri. Namun, Ariella tidak akan mundur. Ia sudah terlalu jauh, terlalu lama bertarung untuk menyerah sekarang.

“Kejar mereka!” teriak Ariella dengan suara lantang. "Tidak ada yang bisa menghentikan kita sekarang!"

Di tengah pertempuran yang terus memanas, hanya satu hal yang pasti—perang ini belum berakhir, dan ancaman yang lebih besar menunggu mereka di depan.

Episodes
1 Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2 Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3 Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4 Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5 Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6 Bab 6: Jejak Pengkhianat
7 Bab 7: Bayangan Perlawanan
8 Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9 Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10 Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11 Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12 Bab 12: Jejak di Kegelapan
13 Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14 Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15 Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16 Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17 Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18 Bab 18: Api Dalam Sekam
19 Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20 Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21 Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22 Bab 22: Perhitungan Terakhir
23 Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24 Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25 Bab 25: Pertempuran Terakhir
26 Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27 Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28 Bab 28: Jalan yang Terpecah
29 Bab 29: Pengepungan Berdarah
30 Bab 30: Jalan Terakhir
31 Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32 Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33 Bab 33: Bayangan Baru
34 Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35 Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36 Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37 Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38 Bab 37: Api dalam Kegelapan
39 Bab 38: Tarian Kematian
40 Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41 Bab 41: Nyanyian Maut
42 Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43 Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44 Bab 44 Sang Pemburu
45 Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46 Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47 Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48 Bab 48: Arena Kehancuran
49 Bab 49: Bayangan Terakhir
50 Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51 Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52 Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53 Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54 Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2
Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3
Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4
Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5
Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6
Bab 6: Jejak Pengkhianat
7
Bab 7: Bayangan Perlawanan
8
Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9
Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10
Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11
Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12
Bab 12: Jejak di Kegelapan
13
Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14
Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15
Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16
Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17
Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18
Bab 18: Api Dalam Sekam
19
Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20
Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21
Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22
Bab 22: Perhitungan Terakhir
23
Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24
Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25
Bab 25: Pertempuran Terakhir
26
Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27
Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28
Bab 28: Jalan yang Terpecah
29
Bab 29: Pengepungan Berdarah
30
Bab 30: Jalan Terakhir
31
Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32
Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33
Bab 33: Bayangan Baru
34
Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35
Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36
Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37
Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38
Bab 37: Api dalam Kegelapan
39
Bab 38: Tarian Kematian
40
Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41
Bab 41: Nyanyian Maut
42
Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43
Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44
Bab 44 Sang Pemburu
45
Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46
Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47
Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48
Bab 48: Arena Kehancuran
49
Bab 49: Bayangan Terakhir
50
Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51
Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52
Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53
Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54
Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!