Bab 7: Bayangan Perlawanan

Setelah malam panjang yang penuh intrik di gudang, Ariella kembali ke markasnya dengan kepala penuh pikiran. Meskipun Victor telah berhasil ditangkap, perang melawan The Raven Syndicate masih jauh dari selesai. Musuhnya terlalu besar, terlalu berakar kuat untuk dilumpuhkan hanya dengan menangkap salah satu pemimpinnya.

Di ruang interogasi yang gelap, Victor duduk di kursi dengan tangan terikat. Senyumnya tetap licik, meskipun tubuhnya memperlihatkan tanda-tanda kelelahan. Ariella berdiri di depannya, didampingi Rael.

“Victor,” kata Ariella, memulai dengan nada yang tenang namun dingin. “Kau tahu apa yang terjadi pada mereka yang melawanku, bukan? Kau harusnya tahu bahwa aku tidak pernah membiarkan siapa pun lolos.”

Victor mendongak, menatap Ariella dengan tatapan penuh tantangan. "Dan kau pikir menangkapku adalah akhir dari segalanya? Kau salah besar. The Raven Syndicate tidak bergantung pada satu orang saja. Kau bisa membunuhku, tapi mereka akan terus datang."

Ariella tersenyum tipis. "Mungkin, tapi tanpa kepalamu, mereka akan kehilangan arah. Kau tahu lebih dari siapa pun bahwa organisasi seperti milikmu bergantung pada hierarki. Pemimpin hilang, kelompok kacau."

Victor tertawa kecil. "Kau meremehkan kami, Ariella. Bahkan tanpa aku, kami memiliki lebih banyak kekuatan daripada yang kau bayangkan."

Ariella mendekat, menundukkan tubuhnya hingga wajah mereka hampir sejajar. "Mungkin. Tapi itu tidak berarti aku akan melepaskanmu. Sekarang, aku ingin tahu semuanya. Semua lokasi markasmu, semua kontak pentingmu, dan semua rencana gilamu berikutnya."

Victor diam, senyumnya menghilang. Rael, yang berdiri di belakang Ariella, maju selangkah. "Kita punya cara untuk membuatnya bicara," katanya dengan nada tegas.

Ariella mengangkat tangan, menghentikannya. "Belum. Biarkan dia berpikir dulu." Ia menatap Victor lagi. "Kau punya waktu hingga besok pagi. Kalau kau tidak bicara, Rael akan mengambil alih, dan aku pastikan itu tidak akan menyenangkan untukmu."

---

Sementara Victor merenungkan nasibnya, Ariella kembali ke ruang kendali utama. Di sana, ia bertemu dengan Liana, salah satu analis terbaiknya yang sedang sibuk memeriksa laporan intelijen terbaru.

“Apa yang kau temukan?” tanya Ariella sambil melepas jasnya dan duduk di kursi.

Liana menoleh dengan ekspresi serius. "Kami menemukan pola komunikasi yang menarik. Ada pesan yang dikirimkan dari perangkat yang disita dari salah satu anak buah Victor tadi malam. Pesan itu menuju ke server yang kami duga merupakan pusat operasi The Raven Syndicate."

"Lokasinya?" tanya Ariella cepat.

“Ini masalahnya,” kata Liana. “Server itu menggunakan sistem pengalihan lokasi otomatis. Setiap lima menit, lokasi virtualnya berubah, membuat kami sulit melacak titik fisiknya. Tapi kami punya petunjuk. Salah satu titik pengalihan membawa kami ke sebuah gudang di kawasan industri luar kota.”

Ariella berpikir sejenak. Gudang itu mungkin hanya salah satu dari banyak lokasi yang digunakan sindikat untuk mengalihkan jejak. Namun, setiap petunjuk adalah langkah maju.

"Kita tidak bisa mengabaikannya," kata Ariella akhirnya. "Siapkan tim. Kita akan melakukan pengintaian."

Rael, yang baru saja masuk ke ruangan, mendengar perintah itu dan mengangguk. "Aku akan memimpin operasi ini."

Ariella mengangguk. "Bawa Marcus. Aku ingin tahu seberapa besar kesetiaannya sekarang. Jika dia mencoba sesuatu yang mencurigakan, kau tahu apa yang harus dilakukan."

Rael tersenyum dingin. "Tentu."

---

Malam itu, di kawasan industri yang sepi, tim Ariella tiba dengan kendaraan tak bertanda. Mereka berhenti di kejauhan, cukup jauh untuk menghindari deteksi, tetapi cukup dekat untuk memantau aktivitas di sekitar gudang yang dicurigai.

Marcus duduk di salah satu kendaraan, wajahnya pucat. Ia tahu bahwa satu langkah salah bisa berarti akhir baginya.

“Kau tahu apa yang harus kau lakukan, Marcus,” kata Rael dari kursi pengemudi. “Kau akan masuk ke dalam dan mencari tahu apakah tempat itu benar-benar terkait dengan sindikat. Kami akan mengawasi dari sini.”

Marcus mengangguk dengan ragu-ragu, lalu keluar dari kendaraan. Ia berjalan menuju gudang dengan langkah yang ragu, sementara tim Ariella memantau melalui kamera tersembunyi yang terpasang di tubuhnya.

Ketika Marcus mendekati pintu, ia mengetuk dengan pola tertentu—kode yang pernah diajarkan oleh Victor. Pintu terbuka, dan seorang pria besar dengan wajah kasar menatapnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya pria itu dengan nada curiga.

Marcus mencoba terlihat tenang. "Aku membawa kabar dari Victor," katanya.

Pria itu mengangguk dan membiarkannya masuk. Kamera di tubuh Marcus memperlihatkan pemandangan dalam gudang: peti-peti besar yang tampak seperti berisi senjata, komputer-komputer dengan layar penuh data, dan beberapa orang yang tampak sedang sibuk bekerja.

Di dalam van, Ariella memandangi layar dengan tatapan tajam. "Ini tempat yang kita cari," katanya pelan.

Rael memegang radio komunikasi. "Apa perintahmu?"

"Kita tunggu Marcus keluar," jawab Ariella. "Aku ingin dia hidup. Setelah itu, kita serang."

---

Beberapa menit kemudian, Marcus keluar dari gudang, wajahnya masih tegang. Ia berjalan kembali ke kendaraan tanpa insiden.

"Bagaimana di dalam?" tanya Rael begitu Marcus masuk ke mobil.

"Tempat itu penuh dengan senjata dan peralatan mereka," jawab Marcus dengan suara gemetar. "Aku mendengar mereka menyebut sesuatu tentang pengiriman besar yang akan dilakukan dalam dua hari."

Ariella mendengar laporan itu melalui radio dan segera mengambil keputusan. "Kita tidak menunggu dua hari. Kita serang sekarang. Hancurkan semuanya."

---

Serangan itu dimulai dengan ledakan kecil di salah satu sisi gudang, menciptakan kekacauan di dalam. Tim Ariella menyerbu dengan cepat, menggunakan senjata berperedam untuk mengeliminasi penjaga tanpa menarik perhatian berlebih.

Di dalam gudang, perlawanan cukup sengit. Anak buah sindikat berusaha mempertahankan posisi mereka, tetapi mereka tidak siap menghadapi serangan yang terorganisir. Dalam waktu kurang dari lima belas menit, gudang itu dikuasai oleh tim Ariella.

Ketika semua sudah tenang, Ariella masuk ke dalam gudang, memeriksa setiap sudut. Matanya tertuju pada komputer-komputer yang masih menyala.

"Liana," panggilnya melalui radio. "Aku butuh kau di sini. Kita perlu semua data dari komputer-komputer ini."

Beberapa menit kemudian, Liana tiba dengan peralatan portabelnya. Ia mulai menyalin data dengan cepat, sementara Ariella berdiri di sampingnya, memikirkan langkah berikutnya.

"Dari data ini, kita bisa menemukan markas utama mereka," kata Liana dengan nada yakin.

Ariella tersenyum tipis. "Bagus. Karena aku sudah lelah bermain-main dengan mereka."

Malam itu, meskipun mereka berhasil menguasai gudang, Ariella tahu bahwa langkah ini akan memicu respons dari sindikat. Perang sedang memuncak, dan setiap langkah selanjutnya akan menentukan siapa yang akan bertahan.

Episodes
1 Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2 Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3 Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4 Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5 Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6 Bab 6: Jejak Pengkhianat
7 Bab 7: Bayangan Perlawanan
8 Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9 Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10 Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11 Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12 Bab 12: Jejak di Kegelapan
13 Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14 Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15 Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16 Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17 Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18 Bab 18: Api Dalam Sekam
19 Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20 Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21 Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22 Bab 22: Perhitungan Terakhir
23 Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24 Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25 Bab 25: Pertempuran Terakhir
26 Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27 Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28 Bab 28: Jalan yang Terpecah
29 Bab 29: Pengepungan Berdarah
30 Bab 30: Jalan Terakhir
31 Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32 Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33 Bab 33: Bayangan Baru
34 Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35 Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36 Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37 Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38 Bab 37: Api dalam Kegelapan
39 Bab 38: Tarian Kematian
40 Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41 Bab 41: Nyanyian Maut
42 Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43 Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44 Bab 44 Sang Pemburu
45 Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46 Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47 Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48 Bab 48: Arena Kehancuran
49 Bab 49: Bayangan Terakhir
50 Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51 Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52 Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53 Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54 Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2
Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3
Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4
Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5
Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6
Bab 6: Jejak Pengkhianat
7
Bab 7: Bayangan Perlawanan
8
Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9
Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10
Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11
Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12
Bab 12: Jejak di Kegelapan
13
Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14
Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15
Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16
Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17
Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18
Bab 18: Api Dalam Sekam
19
Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20
Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21
Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22
Bab 22: Perhitungan Terakhir
23
Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24
Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25
Bab 25: Pertempuran Terakhir
26
Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27
Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28
Bab 28: Jalan yang Terpecah
29
Bab 29: Pengepungan Berdarah
30
Bab 30: Jalan Terakhir
31
Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32
Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33
Bab 33: Bayangan Baru
34
Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35
Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36
Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37
Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38
Bab 37: Api dalam Kegelapan
39
Bab 38: Tarian Kematian
40
Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41
Bab 41: Nyanyian Maut
42
Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43
Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44
Bab 44 Sang Pemburu
45
Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46
Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47
Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48
Bab 48: Arena Kehancuran
49
Bab 49: Bayangan Terakhir
50
Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51
Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52
Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53
Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54
Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!