Bab 6: Jejak Pengkhianat

Ketika malam beranjak semakin larut, Ariella duduk di ruang kerjanya yang temaram. Beberapa layar monitor di dinding memperlihatkan rekaman aktivitas jaringan operasionalnya. Fokusnya terpaku pada salah satu layar yang menampilkan nama dan lokasi anggota timnya. Di tangannya ada dokumen hasil penyelidikan Rael, berisi nama-nama yang mencurigakan.

Marcus, salah satu anggota kepercayaannya, muncul sebagai kandidat utama.

“Marcus,” gumam Ariella dengan suara datar. Nama itu terasa berat di lidahnya, penuh pengkhianatan.

Rael masuk tanpa mengetuk, membawa lebih banyak dokumen. "Kami menemukan pola dalam komunikasi Marcus," katanya, meletakkan berkas itu di meja Ariella. "Dia menggunakan kode yang hanya dipahami oleh jaringan The Raven Syndicate. Informasinya cocok dengan semua kebocoran besar yang kita alami."

Ariella membuka berkas tambahan itu. Matanya menyisir setiap detail dengan cepat, mencari celah yang mungkin bisa menjadi pembelaan Marcus. Tapi tidak ada. Semua bukti mengarah ke satu kesimpulan: Marcus telah menjual rahasia mereka.

“Tidak ada lagi ruang untuk keraguan,” kata Rael, menatap ekspresi dingin Ariella.

Ariella menutup berkas itu perlahan, lalu berdiri dan berjalan menuju jendela besar ruangannya. Pandangannya menyapu kota yang berkilauan di bawah. Kota ini adalah medan perang, dan setiap keputusan yang ia buat menentukan hidup dan mati banyak orang.

"Bawa dia ke sini. Segera. Jangan beri dia waktu untuk berpikir atau melarikan diri," perintah Ariella.

Rael mengangguk tegas dan segera keluar untuk melaksanakan perintahnya.

---

Di ruang bawah tanah gedung utama Ariella, Marcus duduk di kursi logam yang dingin. Tangannya terikat di belakang, wajahnya basah oleh keringat meskipun ruangan itu dingin. Lampu sorot menyilaukan menyorot langsung ke wajahnya, membuatnya semakin gelisah.

Ariella masuk dengan langkah tenang, diikuti oleh Rael yang berdiri di dekat pintu seperti bayangan gelap. Ia mengenakan setelan hitam yang membuatnya tampak seperti sosok bayangan itu sendiri.

Marcus mencoba berbicara, tetapi Ariella mengangkat tangannya untuk menghentikannya. "Jangan mulai dengan kebohongan," katanya dingin. "Aku ingin kebenaran. Siapa yang memerintahmu?"

Marcus menelan ludah, bibirnya gemetar. "Aku... aku tidak punya pilihan, Ariella," katanya akhirnya. "Mereka mengancam keluargaku. Mereka bilang mereka akan membunuh istri dan anak-anakku jika aku tidak membantu mereka."

Ariella mendekatinya, matanya memancarkan ketegasan. "Dan kau pikir dengan mengkhianatiku, keluargamu akan aman? Kau tahu siapa aku, Marcus. Jika kau datang padaku lebih awal, aku bisa melindungi keluargamu. Tapi sekarang? Kau telah mempermainkanku."

Marcus terisak, tubuhnya bergetar di kursi. "Aku takut. Aku tidak tahu harus bagaimana. Mereka terlalu kuat."

Ariella memandangnya dengan penuh kebencian yang terpendam. Namun, ia menarik napas dalam-dalam dan berusaha menahan emosinya. Dia tahu bahwa keputusan yang akan diambilnya tidak hanya berpengaruh pada Marcus, tetapi juga pada pesan yang ia kirimkan kepada musuh-musuhnya.

"Di mana keluargamu sekarang?" tanya Ariella.

Marcus mengangkat wajahnya sedikit. "Aku menyembunyikan mereka di sebuah tempat di luar kota. Tempat yang aman."

"Dan siapa yang kau hubungi dalam The Raven Syndicate?"

"Victor," jawab Marcus dengan cepat. "Dia yang selalu menghubungiku. Semua perintah datang darinya. Aku tidak pernah bertemu langsung dengannya, hanya melalui pesan terenkripsi."

Ariella terdiam sejenak. Nama itu, Victor, adalah salah satu yang sering muncul dalam laporan-laporan intelijen mereka. Victor dikenal sebagai salah satu otak utama The Raven Syndicate, seorang pria yang licik dan tidak mudah dijebak.

“Kau tahu apa yang terjadi pada pengkhianat, Marcus,” ujar Ariella, mendekat. “Namun, aku tidak akan membunuhmu sekarang. Bukan karena aku memaafkanmu, tetapi karena aku membutuhkanmu. Kau akan membantu kami menangkap Victor.”

Marcus menatapnya dengan tatapan bercampur rasa takut dan harapan. "Aku akan melakukan apa saja, Ariella. Tolong, beri aku kesempatan."

Ariella berdiri tegak, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kita lihat seberapa besar kesetiaanmu sekarang."

---

Beberapa jam kemudian, Ariella dan Rael duduk di ruang perencanaan, membahas langkah berikutnya.

"Victor adalah target sulit," kata Rael. "Dia tidak pernah muncul langsung di lapangan. Dia menggunakan kaki tangan dan perantara untuk menjaga jaraknya."

"Itulah sebabnya kita perlu memancingnya keluar," jawab Ariella. "Marcus akan menjadi umpan kita. Kita buat Victor percaya bahwa Marcus masih berada di pihaknya. Kita berikan informasi palsu yang cukup besar untuk menarik perhatiannya."

Rael mengangguk. "Informasi seperti apa?"

"Sebuah transaksi palsu," ujar Ariella. "Senjata ilegal yang tampaknya cukup besar untuk membuat Victor mengambil risiko datang sendiri. Kita pilih lokasi terpencil dan mempersiapkan semuanya untuk menjebaknya."

“Dan setelah dia datang?” tanya Rael.

Ariella menatapnya dengan dingin. "Kita buat dia tidak pernah kembali ke markasnya. Tanpa Victor, The Raven Syndicate akan kehilangan arah."

---

Di malam yang sunyi, Marcus duduk sendirian di sebuah ruangan kecil. Tangannya tidak lagi terikat, tetapi ia tetap merasa seperti tawanan. Sebuah telepon diletakkan di meja di depannya, dengan pesan yang harus ia kirimkan kepada Victor.

Rael berdiri di sudut ruangan, memperhatikan setiap gerakan Marcus dengan tajam. "Kau tahu apa yang harus kau katakan," kata Rael. "Jangan coba-coba bermain-main, atau ini akan menjadi malam terakhirmu."

Marcus mengangguk dengan lemah, lalu mulai mengetik pesan di telepon. Pesan itu mengabarkan tentang "pengiriman besar" yang akan dilakukan oleh kelompok Ariella, lengkap dengan lokasi dan waktu palsu.

Ketika pesan itu terkirim, Ariella yang menyaksikan dari layar monitor di ruang kendali tersenyum tipis. “Sekarang kita lihat apakah Victor cukup bodoh untuk mengambil umpannya.”

---

Malam berikutnya, lokasi yang telah ditentukan sudah disiapkan dengan sempurna. Gudang tua di pinggiran kota itu tampak kosong, tetapi sebenarnya sudah dipenuhi dengan tim Ariella yang bersenjata lengkap. Peti-peti kayu yang seolah penuh dengan senjata hanyalah umpan, kosong dan tidak berharga.

Marcus berada di dalam, diawasi ketat oleh Rael dan dua orang lainnya. Sementara itu, Ariella memantau situasi dari sebuah van yang diparkir di dekat lokasi, dikelilingi oleh layar monitor yang menampilkan rekaman langsung dari kamera tersembunyi.

Tidak lama kemudian, kendaraan-kendaraan gelap mulai mendekati gudang. Dari salah satu kendaraan itu, seorang pria turun—Victor, dengan rambut rapi dan jas mahalnya, tampak seperti seseorang yang tidak seharusnya berada di tempat seperti ini.

Ariella tersenyum tipis. "Dia datang."

Victor melangkah masuk ke gudang, diikuti oleh beberapa anak buahnya. Matanya mengamati sekeliling dengan tajam, tetapi ia tampaknya tidak menyadari jebakan yang telah disiapkan untuknya.

"Pastikan tidak ada yang melarikan diri," perintah Ariella melalui radio.

Ketika Victor mencapai tengah gudang, lampu besar menyala, menerangi seluruh area. Tim Ariella muncul dari berbagai sudut, senjata mereka mengarah ke Victor dan anak buahnya.

Victor tampak tenang, meskipun jelas ia tahu bahwa dirinya telah masuk ke dalam perangkap. "Ariella," katanya dengan senyum kecil. "Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu malam ini."

Ariella muncul dari kegelapan, berjalan mendekati Victor dengan langkah penuh percaya diri. "Kau terlalu berani, Victor. Dan keberanian seperti itu tidak akan membawamu jauh di kotaku."

Victor tertawa kecil. "Kita lihat saja. Kau mungkin menang malam ini, tapi perang ini masih jauh dari selesai."

Ariella menatapnya dengan tajam. "Mungkin. Tapi kau tidak akan menjadi bagian dari perang itu lagi."

Dengan isyarat kecil dari tangannya, tim Ariella mulai bergerak, menangkap Victor dan anak buahnya. Malam itu, Ariella berhasil menegaskan dominasinya, tetapi ia tahu bahwa The Raven Syndicate tidak akan tinggal diam.

Perang baru saja dimulai, dan Ariella harus siap menghadapi apa pun yang akan datang selanjutnya.

Episodes
1 Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2 Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3 Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4 Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5 Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6 Bab 6: Jejak Pengkhianat
7 Bab 7: Bayangan Perlawanan
8 Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9 Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10 Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11 Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12 Bab 12: Jejak di Kegelapan
13 Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14 Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15 Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16 Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17 Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18 Bab 18: Api Dalam Sekam
19 Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20 Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21 Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22 Bab 22: Perhitungan Terakhir
23 Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24 Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25 Bab 25: Pertempuran Terakhir
26 Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27 Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28 Bab 28: Jalan yang Terpecah
29 Bab 29: Pengepungan Berdarah
30 Bab 30: Jalan Terakhir
31 Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32 Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33 Bab 33: Bayangan Baru
34 Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35 Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36 Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37 Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38 Bab 37: Api dalam Kegelapan
39 Bab 38: Tarian Kematian
40 Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41 Bab 41: Nyanyian Maut
42 Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43 Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44 Bab 44 Sang Pemburu
45 Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46 Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47 Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48 Bab 48: Arena Kehancuran
49 Bab 49: Bayangan Terakhir
50 Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51 Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52 Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53 Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54 Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2
Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3
Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4
Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5
Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6
Bab 6: Jejak Pengkhianat
7
Bab 7: Bayangan Perlawanan
8
Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9
Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10
Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11
Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12
Bab 12: Jejak di Kegelapan
13
Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14
Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15
Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16
Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17
Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18
Bab 18: Api Dalam Sekam
19
Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20
Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21
Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22
Bab 22: Perhitungan Terakhir
23
Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24
Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25
Bab 25: Pertempuran Terakhir
26
Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27
Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28
Bab 28: Jalan yang Terpecah
29
Bab 29: Pengepungan Berdarah
30
Bab 30: Jalan Terakhir
31
Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32
Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33
Bab 33: Bayangan Baru
34
Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35
Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36
Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37
Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38
Bab 37: Api dalam Kegelapan
39
Bab 38: Tarian Kematian
40
Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41
Bab 41: Nyanyian Maut
42
Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43
Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44
Bab 44 Sang Pemburu
45
Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46
Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47
Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48
Bab 48: Arena Kehancuran
49
Bab 49: Bayangan Terakhir
50
Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51
Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52
Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53
Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54
Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!