Setelah malam panjang di pelabuhan, Ariella kembali ke penthouse-nya di pusat kota, tempat ia bisa berpikir dengan tenang. Kota ini, dengan semua hiruk-pikuknya, tampak seperti medan perang yang tak pernah tidur. Lampu-lampu gedung pencakar langit berkilauan di kejauhan, tetapi di balik kemegahannya tersembunyi rencana jahat yang siap meledak kapan saja.
Di meja kayu mahoni di ruang kerjanya, Ariella menatap sebuah dokumen yang baru saja dikirimkan oleh Rael. Informasi ini adalah hasil interogasi singkat terhadap Darius sebelum ia "dihilangkan" ke tempat yang lebih aman untuk sementara waktu.
"The Raven Syndicate tidak main-main," ujar Rael, yang berdiri di sudut ruangan. "Mereka mengincar lebih dari sekadar senjata. Mereka ingin mengambil alih keseluruhan jaringan informasi kita."
Ariella menyipitkan mata, tangannya mengetuk-ngetuk meja. "Itu artinya mereka sudah tahu terlalu banyak. Seseorang di dalam jaringan kita memberi mereka akses."
"Pengkhianat?" tanya Rael.
Ariella mengangguk pelan. "Ini bukan pertama kalinya kita menghadapi ancaman dari luar, tapi The Raven Syndicate tidak akan bisa bertindak seberani ini tanpa informasi dalam. Kita harus menemukan siapa yang membocorkan ini, dan segera."
Rael berjalan mendekat. "Aku punya tim yang sedang menyelidiki. Tapi kurasa kita tidak punya banyak waktu sebelum mereka bergerak lagi. Kalau kita tidak menghentikan mereka sekarang, mereka akan menghancurkan seluruh pondasi yang sudah kita bangun."
Ariella berdiri, memutar tubuhnya menghadap jendela besar yang menghadap ke kota. "Kita harus menyerang mereka lebih dulu. Tapi bukan dengan kekuatan penuh."
Rael mengerutkan dahi. "Maksudmu?"
"Kita jebak mereka," jawab Ariella dingin. "Buat mereka merasa yakin bahwa mereka bisa mengalahkan kita. Kita berikan informasi yang salah. Kita umpan mereka dengan sesuatu yang terlihat besar, tetapi sebenarnya hanya perangkap."
Rael mengangguk, matanya berbinar penuh pemahaman. "Aku akan memastikan rencana ini berjalan mulus."
"Bagus. Dan satu hal lagi," Ariella menambahkan. "Kita perlu memastikan siapa di antara kita yang bermain di dua sisi. Aku tidak akan membiarkan ada pengkhianat bertahan di lingkaran dalamku."
---
Malam itu, Ariella memulai langkah awal dari rencananya. Melalui kontaknya di jaringan komunikasi bawah tanah, ia menyebarkan kabar palsu tentang sebuah transaksi besar yang akan terjadi di gudang tersembunyi di pinggiran kota. Informasi ini dirancang dengan sangat hati-hati, lengkap dengan detail palsu yang cukup meyakinkan.
Sementara itu, Rael dan timnya mulai memantau setiap orang dalam jaringan mereka. Semua komunikasi diperiksa, setiap pergerakan diawasi. Tidak ada yang lolos dari mata mereka, bahkan orang-orang yang sudah bertahun-tahun bekerja di bawah Ariella.
Di sisi lain kota, The Raven Syndicate mulai menerima informasi ini. Seorang pria berjas hitam dengan tato gagak di lehernya membaca pesan yang dikirim melalui jalur terenkripsi. Dia tersenyum tipis, lalu menyalakan rokoknya.
"Kita dapat informasi emas," katanya kepada seorang wanita yang duduk di depannya. Wanita itu, dengan rambut pirang yang ditata rapi, menatapnya tanpa ekspresi. "Mereka akan melakukan transaksi besar besok malam. Senjata, data, semuanya ada di sana."
Wanita itu menatapnya tajam. "Apakah kau yakin informasi ini bisa dipercaya? Jika ini jebakan, kita akan kehilangan lebih dari yang bisa kita tanggung."
Pria itu menghembuskan asap rokoknya. "Sumber kita mengatakan ini asli. Dan kalaupun jebakan, kita harus mengambil risiko. Kalau kita tidak menyerang sekarang, mereka yang akan menghancurkan kita."
---
Keesokan malamnya, di sebuah gudang kosong yang tampak terlantar, Rael dan tim kecilnya sudah bersiap. Gudang itu dipenuhi dengan peti-peti kayu yang tampaknya penuh dengan senjata, tetapi sebenarnya kosong. Di atas salah satu peti, Ariella duduk dengan tenang, mengenakan pakaian serba hitam yang membuatnya nyaris tidak terlihat di kegelapan.
“Kau yakin mereka akan datang?” tanya Rael sambil memeriksa senjatanya.
“Mereka tidak punya pilihan,” jawab Ariella. “Mereka terlalu serakah untuk melewatkan ini.”
Dan seperti yang Ariella duga, tidak lama kemudian, suara langkah kaki mulai terdengar dari luar. Tim kecil The Raven Syndicate masuk dengan senyap, mengamati sekeliling dengan hati-hati.
Ariella memberi isyarat kepada Rael untuk menunggu. Dia ingin memastikan semua orang di dalam sebelum mereka bergerak.
Ketika semua anggota tim itu masuk, Ariella berdiri dan menyalakan lampu besar yang menerangi seluruh ruangan. Orang-orang The Raven Syndicate langsung mengangkat senjata mereka, tetapi mereka segera menyadari bahwa mereka sudah terkepung.
Rael dan timnya muncul dari berbagai sudut, senjata mereka mengarah tepat ke kepala musuh.
“Selamat datang,” ujar Ariella dengan senyum dingin. “Apa kalian menikmati perjalanan kalian ke sini?”
Seorang pria dengan tato gagak di lehernya maju selangkah. “Kau pikir ini akan membuat kami takut, Ariella?”
Ariella menatapnya dengan tenang. “Takut? Tidak. Aku tidak ingin kalian takut. Aku ingin kalian tahu siapa yang sebenarnya kalian hadapi.”
Pria itu mencoba melawan, tetapi sebelum dia bisa bergerak lebih jauh, salah satu tim Ariella menembakkan peluru ke lututnya, membuatnya jatuh dengan jeritan kesakitan.
“Jangan pernah meremehkan aku,” kata Ariella sambil berjalan mendekatinya. “Dan pastikan untuk menyampaikan pesan ini kepada The Raven Syndicate: jika mereka mencoba menginjak wilayahku lagi, aku tidak akan memberikan mereka kesempatan kedua.”
Pria itu menggertakkan giginya, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Ariella memberi isyarat kepada Rael, yang kemudian memerintahkan timnya untuk membiarkan beberapa dari mereka pergi—dengan catatan bahwa mereka akan membawa pesan Ariella kepada atasan mereka.
Malam itu, Ariella tidak hanya berhasil menjebak musuhnya, tetapi juga mengirimkan pesan yang jelas: dia bukan seseorang yang bisa dipermainkan.
Namun, di balik kemenangan ini, Ariella tahu bahwa pertempuran yang sebenarnya baru saja dimulai. Dengan pengkhianat yang masih ada di dalam lingkarannya dan The Raven Syndicate yang pasti akan membalas, ia harus selalu selangkah lebih maju.
Dan di dunia penuh bayangan ini, setiap langkah bisa menjadi langkah terakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments