Bab 2: Pembalasan yang Terencana

Ariella memandang keluar jendela dari kamar pribadinya di lantai atas, mengamati gemerlap kota yang terhampar luas di bawahnya. Suara hiruk-pikuk malam mulai mereda, namun di dalam dirinya, segala sesuatu terasa jauh dari tenang. Kini, setelah kematian Victor, dunia yang ia kenal telah berubah. Seluruh kehidupannya yang dulu dipenuhi dengan pelatihan dan strategi kini harus dimulai dari sebuah titik nol yang penuh ketegangan.

Pikiran Ariella berputar cepat. Ia tahu bahwa kekuasaan yang baru ia raih sangat rapuh, hanya sebuah ilusi yang bisa hancur dalam sekejap. Setiap keputusan yang diambil ke depan harus dihitung dengan matang, setiap langkah harus terencana dengan sempurna. Jika tidak, kekuasaan yang selama ini dijaga dengan darah dan air mata itu bisa lepas begitu saja.

"Ariella," suara lembut Rael menyentak dari lamunannya. Dia berdiri di pintu kamar, mengenakan pakaian gelap yang biasa ia kenakan. Ekspresinya serius, seolah tahu betul apa yang menggelayuti pikirannya.

Ariella berpaling, mencoba menyembunyikan ketegangan di wajahnya. "Apa yang terjadi?"

Rael berjalan mendekat, tangannya terlipat di depan dada. "Ada kabar dari luar. Beberapa organisasi kecil mulai bergerak. Mereka tahu bahwa Victor telah mati. Mereka berencana untuk mengambil alih beberapa wilayah yang sebelumnya berada di bawah kendali kita."

Ariella mengangguk, meresapi informasi itu dengan tenang. "Berapa banyak?" tanyanya datar.

"Tiga, mungkin empat. Organisasi-organisasi yang dulu hanya bergerak di bawah bayang-bayang. Sekarang mereka mulai menunjukkan diri mereka. Mereka tahu bahwa kita sedang lemah." Rael mengamati reaksi Ariella dengan cermat.

"Jadi kita harus membuktikan bahwa kita tidak lemah," kata Ariella, suara itu penuh dengan tekad. "Kita tidak bisa memberi ruang bagi mereka untuk berpikir kita akan jatuh begitu saja. Mereka ingin menguji kita? Biarkan mereka."

Rael menatap Ariella dalam diam, kemudian berkata, "Kita bisa mengirim pasukan untuk menghancurkan mereka. Cepat dan tanpa kompromi."

Ariella menoleh, matanya menyala dengan api yang tersembunyi. "Tidak. Kita akan lebih cerdik dari itu. Jika kita bergerak secara terbuka, kita hanya akan menunjukkan bahwa kita takut. Ini bukan tentang kekuatan fisik semata, Rael. Ini tentang bagaimana kita memainkan pikiran mereka."

Rael mengerutkan kening. "Apa yang kau maksud?"

"Aliansi," jawab Ariella. "Kita akan bersekutu dengan salah satu dari mereka. Membuat mereka merasa bahwa mereka lebih kuat jika mereka bersatu dengan kita. Setelah itu, kita ambil alih secara diam-diam."

Rael terdiam sejenak, merenungkan rencana Ariella. "Sungguh berisiko. Mereka tidak akan menerima begitu saja. Mereka pasti akan menguji kita lebih dulu."

Ariella tersenyum tipis. "Itulah yang mereka inginkan. Mereka ingin melihat apakah kita bisa dipermalukan. Tapi kita akan menunjukkan pada mereka bahwa kita tidak hanya kuat—kita lebih pintar. Mereka tidak akan tahu apa yang menghantam mereka sampai sudah terlambat."

Rael mengangguk perlahan, tetapi dia tetap terlihat cemas. "Kau yakin ini akan berhasil? Mereka semua berbahaya, Ariella."

"Aku tidak peduli seberapa berbahaya mereka. Mereka semua memiliki kelemahan," jawab Ariella dengan suara yang penuh ketegasan. "Dan kita akan menemukan kelemahan itu."

Ariella berjalan menuju meja besar yang terletak di tengah ruangan. Di atas meja itu terhampar beberapa peta dan dokumen yang menunjukkan jaringan pengaruh yang dimiliki organisasi-organisasi kecil yang kini mulai bergerak untuk merebut kekuasaan. Di sudut-sudut kota, nama-nama mereka tertera dengan jelas: The Raven Syndicate, Black Fang, dan Red Claw. Ketiga organisasi ini, meskipun kecil dibandingkan dengan kekuatan yang pernah dimiliki oleh Victor, kini mulai berkembang dengan cepat, memanfaatkan kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan.

"Tunggu apa lagi? Mulailah menyusun rencana. Kita akan mengambil langkah pertama malam ini," perintah Ariella, suaranya tegas.

Rael hanya mengangguk, meninggalkan ruangan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Ariella kembali menyendiri, menatap peta yang ada di depannya. Setiap langkah yang ia ambil sekarang adalah langkah besar—dan jika salah memilih, ia bisa kehilangan segalanya.

Di luar jendela, suara kendaraan dan langkah kaki mulai terdengar semakin keras. Kota ini, seperti dunia yang ia kendalikan, tak pernah tidur. Di balik semua gemerlap itu, ada permainan yang lebih besar yang tengah terjadi, dan Ariella harus siap menghadapi segala kemungkinan.

---

Pada malam yang sama, Ariella dan Rael bertemu dengan perwakilan dari Red Claw, salah satu organisasi yang baru mulai memperlihatkan kekuatannya. Kepala dari Red Claw, seorang pria bernama Darius, dikenal sebagai seseorang yang keras kepala dan tidak mudah percaya kepada siapa pun. Namun, ia juga sangat ambisius—dan itu adalah kelemahan yang bisa dimanfaatkan.

Ariella memutuskan untuk mengadakan pertemuan di sebuah restoran mewah yang terletak di pusat kota, tempat yang tersembunyi namun penuh dengan aura elegan. Restoran ini, meskipun dikenal oleh banyak orang, memiliki ruangan-ruangan pribadi yang bisa digunakan untuk pertemuan-pertemuan rahasia.

Ariella duduk di meja, matanya menatap pintu besar yang akan segera dibuka. Tak lama kemudian, Darius masuk bersama dua orang pengawalnya yang besar dan menakutkan. Di balik penampilannya yang kasar, Ariella bisa merasakan bahwa Darius adalah pria yang cerdas, meski ia tidak pernah menunjukkan sisi itu secara terbuka.

Darius duduk tanpa bicara, menatap Ariella dengan tatapan tajam. "Apa yang kau inginkan?" tanyanya langsung, tanpa basa-basi.

Ariella tersenyum dingin. "Aku ingin menawarkan sebuah kesempatan. Sebuah aliansi."

Darius mengangkat alis, tidak terkesan. "Aliansi? Apa yang membuatmu berpikir aku butuh aliansi denganmu?"

"Karena kita berdua memiliki musuh yang sama," jawab Ariella dengan suara tenang. "Kita berdua ingin menguasai kota ini. Dan untuk itu, kita perlu bekerja sama."

Darius menatapnya lebih lama, mencoba menilai apakah Ariella benar-benar serius. "Dan apa yang bisa kau tawarkan? Kekuatanmu seberapa besar?"

Ariella tidak menjawab langsung. Sebaliknya, dia memandang Darius dengan mata yang penuh perhitungan. "Kekuatan datang dengan perencanaan. Dan kami punya banyak cara untuk membuat musuh kita mundur sebelum mereka menyadari apa yang sedang terjadi."

Suasana di ruangan itu semakin tegang. Darius tampak berpikir keras, namun Ariella tahu bahwa dia sudah menang setengahnya. Di dunia ini, kekuatan bukan hanya tentang seberapa besar pasukan yang kamu miliki, tetapi juga seberapa mampu kamu memanipulasi situasi.

Ariella memberikan senyum tipis. "Bergabunglah dengan kami, Darius. Bersama-sama, kita bisa menghancurkan mereka yang berani menentang kita. Kalian tidak hanya akan menjadi bagian dari kerajaan yang baru—kalian akan menjadi pemimpin bersama kami."

Darius menatapnya dengan tatapan penuh perhitungan. Akhirnya, setelah beberapa detik yang terasa sangat lama, ia mengangguk. "Baiklah. Tapi ingat, Ariella, aku tidak bekerja untuk siapa pun. Jika kau mengkhianatiku, aku akan menghancurkanmu."

Ariella tersenyum lebih lebar, namun ada ketegangan yang jelas di dalam tatapannya. "Aku tidak pernah mengkhianati orang yang bekerja untukku, Darius. Selama kau berkomitmen, kita akan menjadi lebih kuat dari yang kalian bayangkan."

Pertemuan itu berakhir dengan kesepakatan yang terlihat sederhana, tetapi Ariella tahu bahwa aliansi ini akan membawa mereka lebih dekat kepada tujuan mereka. Musuh-musuh mereka mungkin masih tidak tahu apa yang sedang terjadi, namun dalam permainan ini, siapa yang paling cerdik akan keluar sebagai pemenang.

Di luar sana, permainan besar sedang dimulai—dan Ariella sudah siap menghadapi setiap tantangan yang datang.

---

Episodes
1 Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2 Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3 Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4 Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5 Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6 Bab 6: Jejak Pengkhianat
7 Bab 7: Bayangan Perlawanan
8 Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9 Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10 Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11 Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12 Bab 12: Jejak di Kegelapan
13 Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14 Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15 Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16 Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17 Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18 Bab 18: Api Dalam Sekam
19 Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20 Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21 Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22 Bab 22: Perhitungan Terakhir
23 Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24 Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25 Bab 25: Pertempuran Terakhir
26 Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27 Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28 Bab 28: Jalan yang Terpecah
29 Bab 29: Pengepungan Berdarah
30 Bab 30: Jalan Terakhir
31 Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32 Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33 Bab 33: Bayangan Baru
34 Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35 Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36 Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37 Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38 Bab 37: Api dalam Kegelapan
39 Bab 38: Tarian Kematian
40 Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41 Bab 41: Nyanyian Maut
42 Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43 Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44 Bab 44 Sang Pemburu
45 Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46 Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47 Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48 Bab 48: Arena Kehancuran
49 Bab 49: Bayangan Terakhir
50 Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51 Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52 Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53 Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54 Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1: Takhta yang Terlupakan
2
Bab 2: Pembalasan yang Terencana
3
Bab 3: Benang-Benang yang Terkait
4
Bab 4: Bayangan yang Berkhianat
5
Bab 5: Jejak Darah dalam Bayangan
6
Bab 6: Jejak Pengkhianat
7
Bab 7: Bayangan Perlawanan
8
Bab 8: Pengejaran Tanpa Henti
9
Bab 9: Kejaran Tanpa Henti
10
Bab 10: Keterputusan dan Pengkhianatan
11
Bab 11: Terjepit di Antara Dua Api
12
Bab 12: Jejak di Kegelapan
13
Bab 13: Perang di Pelabuhan Timur
14
Bab 14: Evakuasi di Tengah Kepungan
15
Bab 15: Rahasia di Balik Topeng
16
Bab 16: Jebakan Sang Maestro
17
Bab 17: Bayangan Pengkhianatan
18
Bab 18: Api Dalam Sekam
19
Bab 19: Dalam Bayang-Bayang Kebenaran
20
Bab 20: Mata di Balik Kegelapan
21
Bab 21: Jebakan di Pulau Nexus
22
Bab 22: Perhitungan Terakhir
23
Bab 23: Jejak yang Tertinggal
24
Bab 24: Bayang-Bayang yang Tak Terlihat
25
Bab 25: Pertempuran Terakhir
26
Bab 26: Musuh Dalam Selimut
27
Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan
28
Bab 28: Jalan yang Terpecah
29
Bab 29: Pengepungan Berdarah
30
Bab 30: Jalan Terakhir
31
Bab 31: Pengorbanan dan Harapan
32
Bab 32: Pertempuran dalam Bayangan
33
Bab 33: Bayangan Baru
34
Bab 34: Dalam Kejaran Maut
35
Bab 35: Serangan di Markas Bayangan
36
Bab 36: Di Antara Pilihan dan Perangkap
37
Bab 37: Balas Dendam yang Tertunda
38
Bab 37: Api dalam Kegelapan
39
Bab 38: Tarian Kematian
40
Bab 40: Malam Tanpa Ampun
41
Bab 41: Nyanyian Maut
42
Bab 42: Jaring Hitam Akasha
43
Bab 43: Bayangan yang Tidak Pernah Hilang
44
Bab 44 Sang Pemburu
45
Bab 45: Perangkap di Balik Perangkap
46
Bab 46: Bayangan Masa Lalu
47
Bab 47: Neraka di Tengah Kegelapan
48
Bab 48: Arena Kehancuran
49
Bab 49: Bayangan Terakhir
50
Bab 50: Pertempuran di Tengah Gelap
51
Bab 51: Perburuan di Bawah Bayangan
52
Bab 52: Pembalasan yang Tak Terelakkan
53
Bab 53: Neraka di Bawah Tanah
54
Bab 54: Pertarungan di Ambang Kematian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!