Bab 14: Tersudutkan

Keputusan sudah dibuat, dan Quenn merasakan ketegangan yang menyelubungi setiap langkah mereka. Mereka kini memiliki data yang bisa menghancurkan Marco, tetapi hal itu juga menambah tekanan yang semakin besar. Setiap detik yang berlalu, mereka semakin dekat dengan titik tak bisa mundur. Marco pasti sudah mengetahui bahwa mereka sedang bergerak—bahkan tanpa mereka mengetahui seberapa dalam cengkeramannya.

Mobil melaju kencang malam itu, membawa mereka kembali menuju markas Thor. Di dalam mobil, suasana sunyi. Rina menatap jendela, wajahnya terbayang kelelahan, namun ada juga kegelisahan yang tersirat di matanya. Vincent duduk di kursi depan dengan wajah penuh perhitungan, matanya tak lepas dari layar ponsel yang menampilkan peta dan data yang baru saja mereka peroleh. Quenn duduk di kursi belakang, memegang flash drive yang baru saja mereka ambil dari Luca. Di satu sisi, mereka memiliki keunggulan. Di sisi lain, mereka masih harus menghitung setiap gerakan dengan hati-hati, karena risiko yang ada begitu besar.

“Kalau Marco sudah tahu kita bergerak, dia pasti sudah mempersiapkan sesuatu,” kata Vincent, akhirnya memecah keheningan. Suaranya rendah, namun penuh ketegangan.

"Dan dia tidak akan membiarkan kita menyerangnya begitu saja," lanjut Quenn, menatap Vincent di kursi depan. “Kita harus hati-hati, jangan sampai terperangkap dalam jebakannya.”

Vincent menoleh ke belakang dan menatap Quenn dengan tatapan tajam. “Kita tidak punya banyak waktu. Kalau kita tidak bergerak cepat, Marco akan lebih dulu mengepung kita. Itu artinya, kita akan terpojok.”

Rina mengerutkan kening, tampaknya mulai merasa khawatir. “Tapi bagaimana caranya kita menyerang tanpa memberi tahu dia sebelumnya? Kita sudah terlalu sering terperangkap dalam permainannya.”

“Maksudmu... kita harus menemukan cara untuk mengejutkan dia?” tanya Erik, yang sebelumnya hanya diam.

Vincent mengangguk, terlihat semakin serius. “Kita perlu rencana yang sempurna. Kita harus mengalahkan Marco dengan cara yang dia tidak duga.”

Namun, Quenn merasa ada sesuatu yang lebih besar yang sedang mengancam mereka. Tidak hanya Marco yang mereka hadapi—ada bayang-bayang lebih gelap, lebih licik yang mengintai di balik setiap langkah mereka.

---

Beberapa jam kemudian, mereka tiba kembali di markas Thor. Thor dan anggota kelompok lainnya sedang berkumpul di ruang utama, menunggu kedatangan mereka. Begitu mereka masuk, suasana terasa tegang. Semua orang tahu bahwa mereka sudah berada di ambang pertempuran besar. Setiap orang di ruangan itu merasakan kegelisahan yang sama, mengetahui bahwa rencana ini bisa berakhir dengan tragis.

Vincent segera mendekati Thor, lalu meletakkan flash drive di meja besar yang ada di tengah ruangan. "Ini dia. Semua data yang kita butuhkan untuk menghancurkan Marco."

Thor memeriksa flash drive itu sejenak, lalu memasukkannya ke dalam laptop. Layar di depannya menyala, menampilkan berbagai informasi yang begitu rumit. Setelah beberapa saat, Thor mengangkat wajahnya dan menatap mereka dengan mata yang lebih serius dari sebelumnya.

“Informasi ini berisi rencana Marco. Dia sudah mulai menggerakkan pasukan terbesarnya. Mereka akan menyerang dalam beberapa hari ke depan. Ini waktunya untuk kita bergerak.”

Quenn merasakan perutnya mengencang. Meskipun mereka sudah mendapatkan informasi penting, kenyataan bahwa Marco memiliki begitu banyak sumber daya dan kekuatan membuat pertempuran ini semakin berbahaya.

“Lalu, apa langkah pertama kita?” tanya Rina, suaranya penuh dengan kekhawatiran.

“Kita harus menghancurkan jaringan distribusi utama mereka,” jawab Thor dengan tegas. “Ini adalah pusat operasi terbesar mereka, dan di sinilah semua keputusan penting dibuat. Kalau kita bisa menyerang pusat ini dan mengacaukan rencananya, kita punya kesempatan untuk menghentikan Marco.”

Vincent mengangguk, lalu beralih menatap layar. “Kita akan mengirimkan tim kecil untuk menyerang. Fokus pada hancurkan data dan segala informasi yang bisa membantu Marco bergerak lebih jauh.”

Quenn tahu betul bahwa ini bukanlah rencana yang mudah. Mereka akan memasuki sarang musuh dengan hanya beberapa orang. Itu artinya, risiko tinggi. Mereka harus bertaruh pada setiap langkah mereka.

“Siapa yang akan memimpin tim ini?” tanya Erik dengan tegas. “Siapa yang akan memimpin serangan?”

Vincent menatapnya, kemudian mengalihkan pandangannya ke Quenn. “Quenn, kamu yang akan memimpin. Kamu sudah cukup mengerti situasi dan cara bertindak di medan perang.”

Mata Quenn membulat seketika. “Apa? Kenapa aku?”

Thor menjawab dengan tegas, “Kamu punya intuisi yang lebih tajam daripada yang kamu kira, Quenn. Kamu tahu apa yang harus dilakukan, dan kita mempercayakan rencana ini padamu.”

Quenn merasa terpojok, namun tidak bisa menyangkal kenyataan bahwa dia adalah orang yang tepat untuk memimpin. Meskipun keraguan masih menggelayuti hatinya, Quenn tahu bahwa inilah waktunya. Waktu untuk bertindak.

“Baiklah,” katanya akhirnya, menyatukan tekad. “Kita akan menghancurkan mereka.”

---

Persiapan untuk misi itu dimulai segera. Mereka merencanakan segalanya dengan cermat, memastikan setiap langkah diperhitungkan dengan teliti. Tim yang dipilih hanya terdiri dari beberapa orang terpercaya—Vincent, Quenn, Rina, Erik, dan beberapa anggota terlatih dari kelompok Thor yang akan menyusup ke dalam markas Marco.

Quenn memeriksa perlengkapan yang mereka bawa—senjata, alat pemecah kode, dan berbagai perangkat teknologi yang akan membantu mereka melewati penghalang dan sistem keamanan yang ketat. Tapi meskipun segala sesuatunya sudah dipersiapkan, Quenn merasakan ketegangan yang semakin mencekam. Dia tahu bahwa ini adalah pertaruhan hidup mati, dan setiap kesalahan kecil bisa berujung pada kehancuran.

Malam tiba, dan mereka mulai bergerak. Markas Marco terletak di area yang dilindungi ketat, dengan pasukan keamanan yang siap menghadapi setiap ancaman. Mereka harus bergerak cepat dan diam-diam, masuk tanpa diketahui, dan keluar tanpa meninggalkan jejak.

Setelah beberapa jam perjalanan, mereka tiba di sekitar area markas Marco. Mereka melangkah dengan hati-hati, setiap langkah penuh kewaspadaan. Angin malam berhembus dingin, menambah ketegangan yang terasa di udara. Quenn memimpin di depan, langkahnya mantap meski detak jantungnya berdetak semakin kencang.

Mereka berhasil melewati beberapa titik pengamanan pertama dengan mudah, namun saat mereka mendekati pintu utama markas, suasana mulai berubah. Tiba-tiba, alarm berbunyi, memecah keheningan malam. Terlambat. Marco sudah tahu mereka datang.

"Ini jebakan!" teriak Vincent, suaranya penuh amarah.

Serangan datang dari segala arah. Quenn menatap dengan tajam ke segala arah, menyadari bahwa pertempuran yang tidak bisa dihindari sudah dimulai.

Episodes
1 Bab 1: Pengkhianatan yang Membekas
2 Bab 2: Perang Dimulai
3 Bab 3: Labirin Pengkhianatan
4 Bab 4: Dalam Cengkeraman Musuh
5 Bab 5: Kebenaran yang Tersembunyi
6 Bab 6: Labirin Kegelapan
7 Bab 7: Jaringan Rahasia
8 Bab 8: Kegelapan yang Menunggu
9 9: Ujian Terakhir
10 Bab 10: Masuk ke Perang
11 Bab 11: Perang yang Tak Terelakkan
12 Bab 12: Kejaran Tak Terhindarkan
13 Bab 13: Pencarian yang Mematikan
14 Bab 14: Tersudutkan
15 Bab 15: Pertempuran Terakhir
16 Bab 16: Pelarian Terakhir
17 Bab 17: Keputusan di Ambang Kematian
18 Bab 18: Titik Balik
19 Bab 19: Perangkap Terakhir
20 Bab 20: Permainan yang Lebih Besar
21 Bab 21: Langkah Terakhir
22 Bab 22: Jalan Tanpa Kembali
23 Bab 23: Jebakan Tak Terduga
24 Bab 24: Titik Balik
25 Bab 25: Perang Terakhir
26 Bab 26: Waktu yang Terbatas
27 Bab 27: Lari dari Kematian
28 Bab 28: Kejaran di Malam yang Mencekam
29 Bab 29: Perang Dimulai
30 Bab 30: Perang Baru Dimulai
31 Bab 31: Duel di Tengah Kegelapan
32 Bab 32: Strategi Darah dan Dendam
33 Bab 33: Api yang Tak Terpadamkan
34 Bab 34: Kemenangan yang Terlalu Mahal
35 Bab 35: Pelarian dalam Kegelapan
36 Bab 36: Titik Balik
37 Bab 37: Api yang Menyala Kembali
38 Bab 38: Bayangan Baru
39 Bab 39: Jejak di Pegunungan
40 Bab 40: Serangan Ke Gudang Senjata
41 Bab 41: “Nggak Ada Kata Menyerah!”
42 Bab 42: "Permainan Baru Dimulai"
43 Bab 43: "Badai Belum Reda"
44 Bab 44: "Perang Tanpa Ampun"
45 Bab 45: "Perang Tipuan"
46 Bab 46: "Bayangan yang Tak Pernah Pergi"
47 Bab 47: "Jalan Tanpa Kepastian"
48 Bab 48: "Langkah di Antara Bayangan"
49 Bab 49: "Rantai Pengkhianatan"
50 Bab 50: “Darah dan Janji”
51 Bab 51: "Bayang-Bayang Pengkhianatan"
52 Bab 52: "Perang Tanpa Akhir"
53 Bab 53: “Darah dan Api”
54 Bab 54: "Bayangan Baru"
55 Bab 55: "Jejak yang Terhapus"
56 Bab 56: "Pengepungan di Sarang Musuh"
57 Bab 57: Neraka di Langit Malam
58 Bab 58: Duel di Bawah Langit Kelam
59 Bab 59: Darah di Atas Tahta
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab 1: Pengkhianatan yang Membekas
2
Bab 2: Perang Dimulai
3
Bab 3: Labirin Pengkhianatan
4
Bab 4: Dalam Cengkeraman Musuh
5
Bab 5: Kebenaran yang Tersembunyi
6
Bab 6: Labirin Kegelapan
7
Bab 7: Jaringan Rahasia
8
Bab 8: Kegelapan yang Menunggu
9
9: Ujian Terakhir
10
Bab 10: Masuk ke Perang
11
Bab 11: Perang yang Tak Terelakkan
12
Bab 12: Kejaran Tak Terhindarkan
13
Bab 13: Pencarian yang Mematikan
14
Bab 14: Tersudutkan
15
Bab 15: Pertempuran Terakhir
16
Bab 16: Pelarian Terakhir
17
Bab 17: Keputusan di Ambang Kematian
18
Bab 18: Titik Balik
19
Bab 19: Perangkap Terakhir
20
Bab 20: Permainan yang Lebih Besar
21
Bab 21: Langkah Terakhir
22
Bab 22: Jalan Tanpa Kembali
23
Bab 23: Jebakan Tak Terduga
24
Bab 24: Titik Balik
25
Bab 25: Perang Terakhir
26
Bab 26: Waktu yang Terbatas
27
Bab 27: Lari dari Kematian
28
Bab 28: Kejaran di Malam yang Mencekam
29
Bab 29: Perang Dimulai
30
Bab 30: Perang Baru Dimulai
31
Bab 31: Duel di Tengah Kegelapan
32
Bab 32: Strategi Darah dan Dendam
33
Bab 33: Api yang Tak Terpadamkan
34
Bab 34: Kemenangan yang Terlalu Mahal
35
Bab 35: Pelarian dalam Kegelapan
36
Bab 36: Titik Balik
37
Bab 37: Api yang Menyala Kembali
38
Bab 38: Bayangan Baru
39
Bab 39: Jejak di Pegunungan
40
Bab 40: Serangan Ke Gudang Senjata
41
Bab 41: “Nggak Ada Kata Menyerah!”
42
Bab 42: "Permainan Baru Dimulai"
43
Bab 43: "Badai Belum Reda"
44
Bab 44: "Perang Tanpa Ampun"
45
Bab 45: "Perang Tipuan"
46
Bab 46: "Bayangan yang Tak Pernah Pergi"
47
Bab 47: "Jalan Tanpa Kepastian"
48
Bab 48: "Langkah di Antara Bayangan"
49
Bab 49: "Rantai Pengkhianatan"
50
Bab 50: “Darah dan Janji”
51
Bab 51: "Bayang-Bayang Pengkhianatan"
52
Bab 52: "Perang Tanpa Akhir"
53
Bab 53: “Darah dan Api”
54
Bab 54: "Bayangan Baru"
55
Bab 55: "Jejak yang Terhapus"
56
Bab 56: "Pengepungan di Sarang Musuh"
57
Bab 57: Neraka di Langit Malam
58
Bab 58: Duel di Bawah Langit Kelam
59
Bab 59: Darah di Atas Tahta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!