Bab 11: Perang yang Tak Terelakkan

Suara ledakan yang mengguncang ruangan semakin keras, dan di luar, teriakan dan suara tembakan mulai terdengar. Quenn merasakan udara di sekitarnya berubah. Mereka sudah tidak berada di ruang yang aman lagi. Ada bahaya yang mengintai di setiap sudut, dan musuh mereka—baik yang terlihat maupun yang tersembunyi—semakin mendekat.

Vincent memandang mereka dengan ekspresi yang tetap tenang, seolah apa yang baru saja terjadi adalah hal biasa. “Kalian tidak punya waktu untuk bingung,” katanya dengan nada dingin. “Pintu keluar sudah tertutup. Kalian harus bertarung.”

Quenn menatapnya, matanya penuh waspada. “Kenapa kita harus mempercayaimu?” tanyanya. Namun dalam hati, ia tahu bahwa sekarang bukanlah waktu untuk ragu. Mereka sudah berada di pusat peperangan, dan setiap pilihan akan menentukan hidup dan mati.

Vincent berjalan menuju meja besar di sudut ruangan, di mana layar besar menampilkan peta dan banyak informasi yang bergerak cepat. “Karena hanya ada dua pilihan,” jawabnya tanpa menoleh. “Kalian bertarung atau kalian mati. Itulah hukum di sini. Dan kalian sudah terlalu jauh untuk mundur.”

Rina meneguk ludah, menggenggam senjata dengan lebih erat. “Lalu apa yang harus kita lakukan?” tanyanya, suara hampir tak terdengar. Keadaan semakin genting, dan mereka hanya punya sedikit waktu untuk membuat keputusan.

Vincent akhirnya menatap mereka, senyum tipis terukir di wajahnya. “Ikuti aku. Aku akan menunjukkan jalan kalian. Tapi ingat, apa pun yang terjadi, kalian tidak boleh berhenti.”

Quenn merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Setiap langkah yang mereka ambil sekarang akan membawa mereka semakin dalam ke dalam lingkaran kekerasan yang tak terhindarkan. Mereka akan bertarung dengan musuh yang tak terhitung jumlahnya, melawan kekuatan yang lebih besar daripada yang pernah mereka bayangkan.

Pria misterius itu melangkah menuju pintu besi yang terkunci rapat, memberi isyarat agar mereka mengikuti. Di luar, suara tembakan semakin keras, menciptakan ritme yang semakin menegangkan.

“Siapkan senjata kalian!” seru Quenn, memandang Erik dan Rina. “Kita harus keluar dan melawan.”

Mereka bertiga keluar dari ruangan, dan saat pintu itu terbuka, pemandangan yang mengerikan langsung menyambut mereka. Puluhan orang dengan senjata berat berkumpul di luar, beberapa mengenakan pelindung tubuh, yang lain tampak siap dengan senjata api. Semua mata tertuju pada mereka, mata yang penuh dengan ancaman dan kebencian.

Vincent tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. “Ikuti aku,” katanya lagi, kali ini dengan lebih tegas.

Mereka berlari, melewati lorong sempit yang terasa seperti terowongan gelap menuju maut. Suara tembakan terdengar lebih dekat, lebih keras, seolah ingin menghabisi mereka. Rina memimpin, diikuti oleh Erik dan Quenn, dengan Vincent yang bergerak dengan kecepatan luar biasa di depan mereka. Quenn merasakan adrenalin yang mengalir dalam tubuhnya. Masing-masing detik yang berlalu membawa mereka lebih dekat pada kemungkinan kematian.

Tiba-tiba, dari balik sudut, dua orang bersenjata muncul, melepaskan tembakan langsung ke arah mereka. Rina, dengan reflek yang tajam, bergerak cepat, menembak salah satu dari mereka. Namun, lawan mereka tak tinggal diam. Mereka bergerak dengan terkoordinasi, terus mengejar, terus menyerang.

“Jangan berhenti!” teriak Vincent, suaranya penuh dengan perintah yang harus diikuti.

Quenn menggenggam senjatanya dengan erat, menembak seorang pengawal yang menghalangi jalan mereka. Tembakan itu tepat sasaran, dan pengawal itu jatuh ke lantai dengan darah yang mengalir deras. Namun, untuk setiap orang yang mereka jatuhkan, masih ada yang lainnya yang muncul, semakin banyak, semakin ganas.

“Ke sini!” teriak Vincent, mengarah ke pintu besi besar yang terbuka. Di sana, mereka dapat melihat kendaraan-kendaraan bersenjata yang sudah menunggu, siap untuk membawa mereka keluar dari tempat ini.

Namun, sebelum mereka bisa mencapai pintu tersebut, ledakan keras kembali mengguncang, dan dinding di sekitar mereka runtuh, menutup jalan keluar. Quenn terjatuh ke tanah, terhuyung-huyung akibat ledakan tersebut, namun ia segera bangkit, masih mendengar suara tembakan yang terus mengalir dari segala arah.

“Kita terjebak!” teriak Rina, matanya liar mencari jalan keluar.

Vincent menatap dinding yang runtuh, tampak berpikir cepat. “Tidak ada waktu. Kita harus menerobos.”

Erik menyeringai, meskipun wajahnya dipenuhi rasa cemas. “Tapi bagaimana? Mereka terlalu banyak!”

“Bertarung,” jawab Vincent singkat. “Kalian sudah terlibat dalam ini. Tidak ada jalan mundur.”

Dengan tekad yang semakin membara, Quenn mengangguk. Mereka harus berjuang. Tidak ada pilihan lain.

Rina memimpin, bergerak cepat menuju salah satu pengawal yang masih berdiri di depan mereka, menembaknya tepat di kepala. Quenn dan Erik mengikuti, bergerak dengan presisi. Tembakan demi tembakan terdengar. Tiap detik terasa begitu berharga. Mereka sudah hampir sampai ke kendaraan yang menunggu, namun musuh semakin mendekat, semakin banyak.

Quenn berlari dengan cepat, tubuhnya bergerak lincah meskipun rasa lelah dan ketegangan menggerogoti setiap ototnya. Namun, ia tahu bahwa jika ia berhenti, semuanya akan berakhir. Begitu mereka hampir mencapai kendaraan, suara langkah kaki yang lebih berat terdengar, dan sesosok pria besar muncul di hadapan mereka, menahan jalan mereka.

"Jangan pikir kalian bisa lolos dengan mudah," kata pria itu, matanya penuh dengan amarah. Dia mengangkat senjata berat dan menargetkan Quenn langsung.

Dalam sekejap, Quenn merasakan seluruh tubuhnya memanas. Waktu seperti berhenti. Dia hanya memiliki satu kesempatan, satu kesempatan untuk bertindak. Dengan refleks yang hampir instingtif, Quenn melompat ke samping, menghindari tembakan yang melesat ke arah dada. Tembakan kedua mengenai pinggangnya, tetapi ia berhasil menarik keluar pisau dari sabuknya, menusuk ke arah pria besar itu dengan gerakan cepat.

Pria itu terjatuh, tetapi tidak tanpa memberikan perlawanan yang mematikan. Quenn merasakan tubuhnya goyah, darah mengalir dari lukanya, namun ia tetap bertahan.

Akhirnya, mereka berhasil naik ke kendaraan yang menunggu, dan Vincent dengan cepat menginstruksikan pengemudi untuk segera bergerak. Namun, sebelum mobil itu melaju, Quenn menoleh ke belakang, melihat beberapa sosok yang mengamati mereka dari kejauhan.

Ini baru permulaan. Mereka telah melangkah lebih jauh ke dalam perang yang tak terelakkan. Dan kali ini, tidak ada lagi jalan untuk mundur.

Episodes
1 Bab 1: Pengkhianatan yang Membekas
2 Bab 2: Perang Dimulai
3 Bab 3: Labirin Pengkhianatan
4 Bab 4: Dalam Cengkeraman Musuh
5 Bab 5: Kebenaran yang Tersembunyi
6 Bab 6: Labirin Kegelapan
7 Bab 7: Jaringan Rahasia
8 Bab 8: Kegelapan yang Menunggu
9 9: Ujian Terakhir
10 Bab 10: Masuk ke Perang
11 Bab 11: Perang yang Tak Terelakkan
12 Bab 12: Kejaran Tak Terhindarkan
13 Bab 13: Pencarian yang Mematikan
14 Bab 14: Tersudutkan
15 Bab 15: Pertempuran Terakhir
16 Bab 16: Pelarian Terakhir
17 Bab 17: Keputusan di Ambang Kematian
18 Bab 18: Titik Balik
19 Bab 19: Perangkap Terakhir
20 Bab 20: Permainan yang Lebih Besar
21 Bab 21: Langkah Terakhir
22 Bab 22: Jalan Tanpa Kembali
23 Bab 23: Jebakan Tak Terduga
24 Bab 24: Titik Balik
25 Bab 25: Perang Terakhir
26 Bab 26: Waktu yang Terbatas
27 Bab 27: Lari dari Kematian
28 Bab 28: Kejaran di Malam yang Mencekam
29 Bab 29: Perang Dimulai
30 Bab 30: Perang Baru Dimulai
31 Bab 31: Duel di Tengah Kegelapan
32 Bab 32: Strategi Darah dan Dendam
33 Bab 33: Api yang Tak Terpadamkan
34 Bab 34: Kemenangan yang Terlalu Mahal
35 Bab 35: Pelarian dalam Kegelapan
36 Bab 36: Titik Balik
37 Bab 37: Api yang Menyala Kembali
38 Bab 38: Bayangan Baru
39 Bab 39: Jejak di Pegunungan
40 Bab 40: Serangan Ke Gudang Senjata
41 Bab 41: “Nggak Ada Kata Menyerah!”
42 Bab 42: "Permainan Baru Dimulai"
43 Bab 43: "Badai Belum Reda"
44 Bab 44: "Perang Tanpa Ampun"
45 Bab 45: "Perang Tipuan"
46 Bab 46: "Bayangan yang Tak Pernah Pergi"
47 Bab 47: "Jalan Tanpa Kepastian"
48 Bab 48: "Langkah di Antara Bayangan"
49 Bab 49: "Rantai Pengkhianatan"
50 Bab 50: “Darah dan Janji”
51 Bab 51: "Bayang-Bayang Pengkhianatan"
52 Bab 52: "Perang Tanpa Akhir"
53 Bab 53: “Darah dan Api”
54 Bab 54: "Bayangan Baru"
55 Bab 55: "Jejak yang Terhapus"
56 Bab 56: "Pengepungan di Sarang Musuh"
57 Bab 57: Neraka di Langit Malam
58 Bab 58: Duel di Bawah Langit Kelam
59 Bab 59: Darah di Atas Tahta
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab 1: Pengkhianatan yang Membekas
2
Bab 2: Perang Dimulai
3
Bab 3: Labirin Pengkhianatan
4
Bab 4: Dalam Cengkeraman Musuh
5
Bab 5: Kebenaran yang Tersembunyi
6
Bab 6: Labirin Kegelapan
7
Bab 7: Jaringan Rahasia
8
Bab 8: Kegelapan yang Menunggu
9
9: Ujian Terakhir
10
Bab 10: Masuk ke Perang
11
Bab 11: Perang yang Tak Terelakkan
12
Bab 12: Kejaran Tak Terhindarkan
13
Bab 13: Pencarian yang Mematikan
14
Bab 14: Tersudutkan
15
Bab 15: Pertempuran Terakhir
16
Bab 16: Pelarian Terakhir
17
Bab 17: Keputusan di Ambang Kematian
18
Bab 18: Titik Balik
19
Bab 19: Perangkap Terakhir
20
Bab 20: Permainan yang Lebih Besar
21
Bab 21: Langkah Terakhir
22
Bab 22: Jalan Tanpa Kembali
23
Bab 23: Jebakan Tak Terduga
24
Bab 24: Titik Balik
25
Bab 25: Perang Terakhir
26
Bab 26: Waktu yang Terbatas
27
Bab 27: Lari dari Kematian
28
Bab 28: Kejaran di Malam yang Mencekam
29
Bab 29: Perang Dimulai
30
Bab 30: Perang Baru Dimulai
31
Bab 31: Duel di Tengah Kegelapan
32
Bab 32: Strategi Darah dan Dendam
33
Bab 33: Api yang Tak Terpadamkan
34
Bab 34: Kemenangan yang Terlalu Mahal
35
Bab 35: Pelarian dalam Kegelapan
36
Bab 36: Titik Balik
37
Bab 37: Api yang Menyala Kembali
38
Bab 38: Bayangan Baru
39
Bab 39: Jejak di Pegunungan
40
Bab 40: Serangan Ke Gudang Senjata
41
Bab 41: “Nggak Ada Kata Menyerah!”
42
Bab 42: "Permainan Baru Dimulai"
43
Bab 43: "Badai Belum Reda"
44
Bab 44: "Perang Tanpa Ampun"
45
Bab 45: "Perang Tipuan"
46
Bab 46: "Bayangan yang Tak Pernah Pergi"
47
Bab 47: "Jalan Tanpa Kepastian"
48
Bab 48: "Langkah di Antara Bayangan"
49
Bab 49: "Rantai Pengkhianatan"
50
Bab 50: “Darah dan Janji”
51
Bab 51: "Bayang-Bayang Pengkhianatan"
52
Bab 52: "Perang Tanpa Akhir"
53
Bab 53: “Darah dan Api”
54
Bab 54: "Bayangan Baru"
55
Bab 55: "Jejak yang Terhapus"
56
Bab 56: "Pengepungan di Sarang Musuh"
57
Bab 57: Neraka di Langit Malam
58
Bab 58: Duel di Bawah Langit Kelam
59
Bab 59: Darah di Atas Tahta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!