Bab 8: Kegelapan yang Menunggu

Quenn dan timnya melaju kencang melalui jalan-jalan kota yang gelap. Kendaraan mereka melesat dengan cepat, meninggalkan jejak asap dan debu di belakang. Quenn duduk di kursi depan, matanya tajam memandang ke depan, sementara Erik mengemudi dengan penuh konsentrasi. Hanya suara mesin yang memecah keheningan yang semakin mencekam. Keberhasilan mereka melarikan diri tadi hanyalah awal. Mereka masih berada dalam bahaya yang lebih besar, dan Quenn tahu itu.

“Tempat aman?” tanya Quenn tanpa menoleh.

Erik mengangguk, tangan tetap pada setir. “Ada sebuah tempat yang sudah disiapkan. Sudah lama, sejak kita mulai bergerak. Tempat ini aman untuk sementara waktu.”

Quenn menghela napas pelan. Meski kata-kata Erik terdengar menenangkan, Quenn merasa tidak ada tempat yang benar-benar aman lagi. Jaringan ini lebih kuat dari yang mereka kira, dan setiap gerakan mereka pasti sudah dipantau.

“Berapa lama kita bisa bertahan?” tanya Quenn.

Erik menatapnya sejenak, lalu kembali fokus pada jalan. “Tidak lama, kalau mereka sudah mengendus jejak kita. Ini adalah langkah pertama, Quenn. Kita butuh waktu untuk merencanakan langkah selanjutnya.”

Sementara itu, Rina yang duduk di kursi belakang, menatap layar ponselnya. Sejumlah pesan masuk, tetapi tak satu pun yang memberi kabar baik. “Kita harus segera menghubungi orang-orang kita. Jika kita terlambat, mereka akan berada di belakang kita dalam waktu singkat.”

“Siapa yang kita hubungi?” tanya Quenn. "Marco pasti sudah melaporkan kita ke mereka."

Rina menatap Quenn dengan ekspresi serius. “Aku tahu siapa yang bisa kita andalkan. Tapi kita harus hati-hati. Jika kita salah langkah, mereka akan menganggap kita sebagai ancaman, bukan sekutu.”

Quenn menundukkan kepalanya, berpikir keras. Jika mereka salah pilih pihak, semuanya bisa berakhir lebih buruk. Tapi jika mereka berhasil menjalin aliansi dengan orang yang tepat, mungkin saja mereka bisa mendapatkan informasi lebih dalam tentang jaringan yang mengendalikan dunia ini. Jaringan yang bahkan Marco tak sepenuhnya pahami.

"Kita butuh informasi lebih banyak," kata Quenn akhirnya. "Tempat aman yang Erik sebutkan itu hanya sementara. Jika kita terus bersembunyi, mereka akan semakin dekat."

Rina melirik ke luar jendela, menilai situasi. "Kau benar. Kita harus bertindak cepat. Waktu kita semakin sedikit."

Begitu mereka memasuki kawasan yang lebih sepi, Erik menghentikan mobil di sebuah rumah tua yang terletak di ujung jalan yang gelap. “Ini tempatnya,” katanya dengan suara tegas.

Quenn mengangguk dan segera keluar dari mobil, mata waspada terhadap lingkungan sekitar. Tempat ini tampaknya sudah lama tidak dihuni, dengan gerbang besi yang berkarat dan halaman yang terlantar. Namun, bagi mereka, tempat ini adalah salah satu dari sedikit lokasi yang masih bisa dipercaya.

Mereka memasuki rumah itu melalui pintu belakang yang terbuka. Begitu langkah pertama mereka menginjakkan kaki ke dalam, ruangan yang gelap menyambut mereka. Lampu neon di sudut ruangan berfungsi, tetapi hanya memberi penerangan yang minim. Bau debu dan udara lama langsung tercium, menambah kesan sepi yang menyelimuti tempat itu.

“Ini tempat yang tepat, kan?” tanya Quenn, tak bisa menahan keraguan dalam suaranya.

Erik mengangguk dan menutup pintu dengan hati-hati. “Iya. Kita akan menghubungi orang yang bisa membantu kita. Tapi kita harus hati-hati. Ini bukan tempat yang bisa dianggap aman selamanya.”

Rina sudah mulai memeriksa ponselnya lagi, seolah mencari nomor yang harus dihubungi. “Aku akan menghubungi salah satu orang yang bisa dipercaya,” katanya, suara serius. “Kita hanya punya satu kesempatan. Jika kita gagal, mereka akan tahu posisi kita.”

Quenn duduk di meja, menatap peta besar yang ada di dinding ruangan itu. Dia merasa dunia yang dilaluinya semakin gelap. Jaringan yang Marco bicarakan bukanlah ancaman biasa. Ini adalah sesuatu yang telah menyusup jauh ke dalam sistem, jauh di luar kemampuan mereka untuk melawan dengan cara biasa. Mereka perlu sesuatu yang lebih—sesuatu yang bisa meruntuhkan jaringan itu dari dalam.

“Rina,” panggil Quenn, memecah keheningan. “Aku perlu tahu lebih banyak. Apa yang kita tahu tentang jaringan ini? Siapa mereka, dan apa yang mereka inginkan?”

Rina berhenti sejenak, mengernyitkan dahi. "Mereka adalah bayangan. Tidak ada yang benar-benar tahu siapa mereka. Tapi yang kita tahu pasti, mereka mengendalikan segalanya dari belakang layar—politik, keuangan, bahkan media. Mereka punya kaki tangan di setiap sudut dunia. Orang-orang seperti Marco hanya salah satu bagian dari jaringan besar mereka.”

Quenn menggigit bibirnya, mencoba mencerna semua informasi itu. Ini lebih buruk dari yang ia kira. “Tapi bagaimana kita bisa menghentikan mereka?”

Rina meletakkan ponselnya dan melangkah lebih dekat ke meja. "Kita harus menghancurkan sumber daya mereka. Menyusup ke dalam, cari tahu siapa yang mereka percayai. Kita mungkin bisa menemukan kelemahan mereka, sesuatu yang bisa kita manfaatkan untuk meruntuhkan kekuatan mereka."

Quenn menatap peta yang ada di depannya. Di atas peta itu tertera banyak lokasi penting—pangkalan, perusahaan, bahkan tempat-tempat yang tidak diketahui banyak orang. Ini adalah informasi yang mereka butuhkan. Namun, semakin dalam mereka menggali, semakin berbahaya jalan yang harus mereka tempuh.

“Berapa lama kita bisa bertahan di sini?” tanya Quenn, matanya tetap tajam menilai setiap sudut ruangan.

Erik mengangkat bahu. “Mungkin beberapa jam, mungkin lebih. Aku sudah mengatur beberapa perlindungan di sekitar rumah ini. Tapi jika mereka sudah mengendus, kita tak akan bisa bertahan lama.”

Di saat itu, suara ponsel Rina berbunyi keras, menandakan sebuah pesan masuk. Wajahnya berubah serius begitu melihatnya. “Kita sudah dikepung. Mereka tahu kita di sini.”

Quenn merasakan jantungnya berdegup cepat. Tanpa kata, ia melangkah ke pintu depan, mengamati sekeliling dengan waspada. Tak ada tempat yang aman lagi. Mereka sudah terjebak dalam permainan yang lebih besar dari sekadar geng-geng kriminal.

“Kita harus keluar sekarang,” ujar Quenn dengan suara dingin, penuh tekad. “Tidak ada waktu untuk ragu. Jika mereka datang, kita hadapi mereka.”

Rina mengangguk, dan Erik segera bergerak menuju pintu belakang, menyiapkan rencana keluar. Saat Quenn melihat ke luar jendela, ia bisa melihat bayangan kendaraan yang mendekat. Mereka sudah terlalu dekat.

Inilah saat yang menentukan. Setiap langkah sekarang adalah pertaruhan—antara hidup dan mati, antara menang dan kalah. Dan Quenn tahu, sekali ini berakhir, tidak ada jalan kembali.

Episodes
1 Bab 1: Pengkhianatan yang Membekas
2 Bab 2: Perang Dimulai
3 Bab 3: Labirin Pengkhianatan
4 Bab 4: Dalam Cengkeraman Musuh
5 Bab 5: Kebenaran yang Tersembunyi
6 Bab 6: Labirin Kegelapan
7 Bab 7: Jaringan Rahasia
8 Bab 8: Kegelapan yang Menunggu
9 9: Ujian Terakhir
10 Bab 10: Masuk ke Perang
11 Bab 11: Perang yang Tak Terelakkan
12 Bab 12: Kejaran Tak Terhindarkan
13 Bab 13: Pencarian yang Mematikan
14 Bab 14: Tersudutkan
15 Bab 15: Pertempuran Terakhir
16 Bab 16: Pelarian Terakhir
17 Bab 17: Keputusan di Ambang Kematian
18 Bab 18: Titik Balik
19 Bab 19: Perangkap Terakhir
20 Bab 20: Permainan yang Lebih Besar
21 Bab 21: Langkah Terakhir
22 Bab 22: Jalan Tanpa Kembali
23 Bab 23: Jebakan Tak Terduga
24 Bab 24: Titik Balik
25 Bab 25: Perang Terakhir
26 Bab 26: Waktu yang Terbatas
27 Bab 27: Lari dari Kematian
28 Bab 28: Kejaran di Malam yang Mencekam
29 Bab 29: Perang Dimulai
30 Bab 30: Perang Baru Dimulai
31 Bab 31: Duel di Tengah Kegelapan
32 Bab 32: Strategi Darah dan Dendam
33 Bab 33: Api yang Tak Terpadamkan
34 Bab 34: Kemenangan yang Terlalu Mahal
35 Bab 35: Pelarian dalam Kegelapan
36 Bab 36: Titik Balik
37 Bab 37: Api yang Menyala Kembali
38 Bab 38: Bayangan Baru
39 Bab 39: Jejak di Pegunungan
40 Bab 40: Serangan Ke Gudang Senjata
41 Bab 41: “Nggak Ada Kata Menyerah!”
42 Bab 42: "Permainan Baru Dimulai"
43 Bab 43: "Badai Belum Reda"
44 Bab 44: "Perang Tanpa Ampun"
45 Bab 45: "Perang Tipuan"
46 Bab 46: "Bayangan yang Tak Pernah Pergi"
47 Bab 47: "Jalan Tanpa Kepastian"
48 Bab 48: "Langkah di Antara Bayangan"
49 Bab 49: "Rantai Pengkhianatan"
50 Bab 50: “Darah dan Janji”
51 Bab 51: "Bayang-Bayang Pengkhianatan"
52 Bab 52: "Perang Tanpa Akhir"
53 Bab 53: “Darah dan Api”
54 Bab 54: "Bayangan Baru"
55 Bab 55: "Jejak yang Terhapus"
56 Bab 56: "Pengepungan di Sarang Musuh"
57 Bab 57: Neraka di Langit Malam
58 Bab 58: Duel di Bawah Langit Kelam
59 Bab 59: Darah di Atas Tahta
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab 1: Pengkhianatan yang Membekas
2
Bab 2: Perang Dimulai
3
Bab 3: Labirin Pengkhianatan
4
Bab 4: Dalam Cengkeraman Musuh
5
Bab 5: Kebenaran yang Tersembunyi
6
Bab 6: Labirin Kegelapan
7
Bab 7: Jaringan Rahasia
8
Bab 8: Kegelapan yang Menunggu
9
9: Ujian Terakhir
10
Bab 10: Masuk ke Perang
11
Bab 11: Perang yang Tak Terelakkan
12
Bab 12: Kejaran Tak Terhindarkan
13
Bab 13: Pencarian yang Mematikan
14
Bab 14: Tersudutkan
15
Bab 15: Pertempuran Terakhir
16
Bab 16: Pelarian Terakhir
17
Bab 17: Keputusan di Ambang Kematian
18
Bab 18: Titik Balik
19
Bab 19: Perangkap Terakhir
20
Bab 20: Permainan yang Lebih Besar
21
Bab 21: Langkah Terakhir
22
Bab 22: Jalan Tanpa Kembali
23
Bab 23: Jebakan Tak Terduga
24
Bab 24: Titik Balik
25
Bab 25: Perang Terakhir
26
Bab 26: Waktu yang Terbatas
27
Bab 27: Lari dari Kematian
28
Bab 28: Kejaran di Malam yang Mencekam
29
Bab 29: Perang Dimulai
30
Bab 30: Perang Baru Dimulai
31
Bab 31: Duel di Tengah Kegelapan
32
Bab 32: Strategi Darah dan Dendam
33
Bab 33: Api yang Tak Terpadamkan
34
Bab 34: Kemenangan yang Terlalu Mahal
35
Bab 35: Pelarian dalam Kegelapan
36
Bab 36: Titik Balik
37
Bab 37: Api yang Menyala Kembali
38
Bab 38: Bayangan Baru
39
Bab 39: Jejak di Pegunungan
40
Bab 40: Serangan Ke Gudang Senjata
41
Bab 41: “Nggak Ada Kata Menyerah!”
42
Bab 42: "Permainan Baru Dimulai"
43
Bab 43: "Badai Belum Reda"
44
Bab 44: "Perang Tanpa Ampun"
45
Bab 45: "Perang Tipuan"
46
Bab 46: "Bayangan yang Tak Pernah Pergi"
47
Bab 47: "Jalan Tanpa Kepastian"
48
Bab 48: "Langkah di Antara Bayangan"
49
Bab 49: "Rantai Pengkhianatan"
50
Bab 50: “Darah dan Janji”
51
Bab 51: "Bayang-Bayang Pengkhianatan"
52
Bab 52: "Perang Tanpa Akhir"
53
Bab 53: “Darah dan Api”
54
Bab 54: "Bayangan Baru"
55
Bab 55: "Jejak yang Terhapus"
56
Bab 56: "Pengepungan di Sarang Musuh"
57
Bab 57: Neraka di Langit Malam
58
Bab 58: Duel di Bawah Langit Kelam
59
Bab 59: Darah di Atas Tahta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!