CINTA PRESDIR PILIHAN

CINTA PRESDIR PILIHAN

Hari Pertama

POV Sevim.

Tidurku terusik, ketika mama mengguncang-ngguncang tubuhku. Padahal, aku baru saja beristirahat 3 jam yang lalu.

" Vim..bangun sayang, ini hari pertama kamu kerja ",

Aku menggeliat, rasanya masih ingin memejamkan mata. Namun, aku langsung beranjak dari tempat tidur ketika kuraih jam yang berada di atas nakas sudah menunjukkan pukul 6 pagi . Aku segera mandi.

Aku malu ditatap seperti ini oleh Mama. Beliau melihat penampilanku dari bawah sampai atas. Apa ada yang salah?

" Ma..ada yang kurang pas sama penampilan Sevim?"

" Sayang, kamu cantik banget. Jadi Feminim gini",

Memang aku lebih suka berpenampilan tomboy. Sering memakai celana dibandingkan rok atau dress. Aku menyukai sesuatu yang simple. Namun, bukan berarti aku tidak bisa untuk mengenakan setelan rok pendek ala-ala orang kantoran seperti ini.

" Mama, Sevim malu..",ucapku lalu duduk bergabung bersama mama dan papa di meja makan"

" Nanti kamu langsung aja bilang ke resepsionist kalau kamu ini sekretaris baru ya, putri papa", ucap papa ketika kami menikmati makan pagi.

" Iya pa..",

" Kerja yang bener, jangan sampai mengecewakan. Kamu kerja tanpa melamar, tanpa psikotes, tanpa wawancara. Jadi jangan sia-siakan kesempatan emas ini ",ucap papa lagi.

" Iya pa..",

" Kamu mau bareng sama papa, atau bawa mobil sendiri Vim?" papa menawarkan untuk kami pergi bersama, karena tempat kerjanya juga searah denganku.

" Sevim bawa mobil sendiri saja pa..",

" Ya udah, papa pergi dulu. Kamu jangan sampai telat ya Vim..",

" Iya pa..",

" Ma..papa kerja dulu", pamit papa sambil mengecup kening mama.

" Hati-hati sayang ",

Namaku Sevim Zehra Mahveen, aku anak bungsu dari pasangan Affandy Ramadhan dan Elisa Azkiya. Aku baru saja selesai menempuh pendidikan strata 1 disalah satu perguruan tinggi terkemuka di Jakarta. Dan, tadi pukul 1 malam aku baru saja tiba di Rumah. Kembali pulang, karena permintaan mama. Beliau merengek, memintaku untuk bekerja di salah satu perusahaan milik keluarga Sanjaya. Kata mama, aku sudah diterima bekerja. Kok bisa? sebelumnya orang tuaku sudah mengirimkan CV -ku, tentu saja tanpa sepengetahuanku. Kenapa aku tidak menolak? Aku tidak berani, Papa juga pasti akan menggunakan segala cara agar aku menyetujuinya. Daripada harus berdebat, lebih baik aku mengalah.

Sebenarnya , aku enggan untuk bekerja di perusahaan tersebut. Tapi Papa dan Mama memaksaku. Terpaksa, aku harus mengubur impianku untuk bisa mewujudkan cita-citaku sebagai seorang Desainer. Hanya sementara, ya aku harus menguburnya sementara sampai menemukan cara untuk mewujudkannya. Meskipun aku mempunyai cita-cita sebagai seorang Desainer, tapi aku mengambil kuliah jurusan ekonomi bisnis. Kenapa? Lagi-lagi karena permintaan mama dan papa. Sepertinya kedua orang tuaku sudah mempersiapkan semuanya, agar aku bisa masuk dalam perusahaan Sanjaya grup.

Jika sudah terjun masuk ke dalam perusahaan Sanjaya grup, maka akan susah untuk keluar. Mengapa? Mereka akan selalu menjerat pegawainya agar terikat , seperti mengimingi-imingi segala macam kemewahan, bukan hanya sekedar memberikan mobil mewah. Pendidikan anak, rumah mewah, segala kebutuhan akan dipenuhi, bahkan jika mau akan diberikan bodyguard untuk mengikuti aktivitas kita. Pegawainya hanya cukup membayar dengan kesetiaan dan keloyalitasan seumur hidup. Itu berlaku bagi semua karyawan, tentunya jika jabatannya sudah tinggi. Seperti papaku, beliau adalah general manager disalah satu kantor cabang milik Sanjaya grup. Gaji , mobil mewah, rumah besar, pendidikan anak-anaknya semua dibiayai oleh perusahaan, termasuk biaya pendidikanku. Lalu, apa masalahnya denganku? Aku tidak suka, jika papa seperti " abdi keraton " yang akan mengikuti perintah atasannya meskipun, itu menyangkut masalah pribadi. Aneh bukan? Ya, pimpinan Sanjaya grup adalah seorang diktator. Dan kakakku satu-satunya, yang sudah membuktikannya, dia korban atas kediktatoran keluarga Sanjaya juga tumbal atas keloyalitasan Papa.

Saat ini aku sudah sampai dikantor pusat Sanjaya Grup. Papa hanya mengatakan, jika aku diterima bekerja sebagai sekretaris. Lalu, bekerja pada siapa? Papa tidak mengatakannya, beliau hanya memintaku memperkenalkan diri sebagai Sevim, putri dari Affandy Ramadhan, kepada resepsionist. Power Papa sebesar itu? Mungkin .

" Pagi mbak..", sapaku kepada resepsionist .

" Pagi, ada yang bisa saya bantu mbak?"

" Saya Sevim mbak, putri Affandy Ramadhan. Maaf, Papa saya berpesan jika saya hanya perlu mengatakan itu..tapi..",ucapanku terhenti karena Resepsionist langsung menyambarnya.

" Oh..ya saya mengerti, mari ikut saya mbak "

Aku hanya mengikuti langkahnya resepsionist yang melangkah menuju lift. Saat hendak masuk ke dalam lift, seseorang menabrakku hingga aku kehilangan keseimbangan, dan terjatuh.

" Aduh...", keluhku, karena kurasa pergelangan kakiku sakit, mungkin terkilir. Aku lantas menutupi rok pendekku dengan tas yang aku bawa karena tidak ingin orang-orang yang berada disana melihat paha mulus nan putihku. Ya, aku sekarang menjadi pusat perhatian. Lalu orang yang menabrakku, dia malah mengomel.

" Kalau jalan pakai mata , jangan pakai dengkul ", aku yang memang masih memijat pergelangan kakiku, hanya diam. Dia yang menabrakku, bukan aku yang menabraknya. Bukan meminta maaf, malah dia yang marah.

" Diajak ngomong malah diam. Kamu budeg ya " , aku tersentil mendengar ucapannya barusan. Bukan minta maaf malah sekarang dia mengataiku tuli? Aku mendonggakkan kepalaku, ingin melihat tampang orang yang menabrakku . Pria berjas hitam, tinggi, tampan, dan masih muda. Sepertinya dia bukan orang biasa disini, dari penampilannya saja terlihat parlente. Tapi, aku tak peduli, dia yang salah bukan aku. Aku berdiri dengan dibantu mbak-mbak Resepsionist yang tadi.

" Maaf, tapi anda yang menabrak saya. Bukannya minta maaf, malah dengan seenaknya bilang saya budeg, anda nggak lihat saya punya telinga? Jangan seenaknya kalau bicara, itu mulut apa cabe? pedes bener ngomongnya ",ucapku dengan lantang. Terlihat jelas dia sangat terkejut, mungkin tidak menyangka jika aku berani berbicara. Dan, aku kembali tersadar akan satu hal, dia pasti bukan orang sembarangan disini. Karena orang-orang di sekitarku langsung berbisik dengan lawan bicaranya.

" Beraninya gadis itu, dia tidak tau sedang berbicara dengan siapa",

" Sepertinya dia pegawai baru disini ",

" Bisa-bisa dia langsung dipecat ",

Aku tak peduli, malah berdoa jika itu benar terjadi. Memang aku sudah setengah hati mau bekerja di kerajaan Sanjaya ini. Ya, perusahaan tapi mirip kerajaan. Siapapun yang bekerja disini, harus menghormati semua keluarga Sanjaya. Baik di dalam maupun di luar perusahaan, jadi sudah dipastikan pegawai disini sudah hafal silsilah keturunan keluarga Sanjaya. Menghafal nama dan visualnya. Dan, sebentar lagi aku juga harus menghafalnya. Malas. Sebentar lagi aku juga pasti akan dimasukkan ke dalam grup Whatsapp pegawai . Aku mengetahui semuanya bukan? Tentu saja, aku mengetahui semuanya dari mamaku. Beliau sudah hafal semua kebiasaan dan peraturan yang berlaku, karena sudah mendampingi Papa yang hampir 30 tahun ini bekerja di perusahaan Sanjaya grup.

Pria itu memilih tidak menggubris perkataanku. Dia berlalu pergi, diiringi dengan bodyguard yang mengawalnya. Cih, di dalam perusahaan saja masih menggunakan pengawalan, apa security saja tidak cukup. Memang siapa yang mau menculiknya. Dia memang tampan, tapi menyebalkan.

" Mbak..jangan galak-galak. Nggak tau dia siapa? "ucap Resepsionist tadi.

" Nggak..dia yang salah bukan aku. Mbak lihat sendiri kan tadi "

" Iya, tapi..dia bukan orang sembarangan mbak ",

" Iya aku tau, tuh tadi dia masuk ke lift khusus kan"

" Kenalin mbak, nama saya Rani",dia mengulurkan tangannya.

" Oh ya, sampai lupa. Aku Sevim..",ucapku sambil menerima jabatan tangannya.

" Sepertinya kita akan sering bertemu mbak , mulai hari ini aku ditempatkan di Resepsionist lantai 10, tempat ruang kerja mbak Sevim berada. ",

" Wah, bagus dong", aku sedikit senang, mendapatkan teman baru seperti Rani, dia terlihat sangat ramah dan menyenangkan.

" Yuk mbak keluar..", ucapnya ketika lift sudah berada di lantai 10.

" Mbak Rani, ini lantai khusus?"

" Iya mbak, ini lantai khusus Presdir ",

" Hah?"

" Mbak Sevim kan sekretaris pribadi Presdir mbak",

" Apa?"

" Mbak Sevim belum tau?"

Aku menggeleng. Bisa-bisanya papa tidak memberitahuku. Aku sekretaris Presdir? Berarti aku sekretaris pak Adiguna Sanjaya? Hah, yang benar saja.

" Mari mbak, saya antar ke ruangan beliau",

" Mbak bisa nggak bicaranya jangan formal gitu "

" Hehe udah terbiasa mbak"

Tok tok tok

Mbak Rani mengetuk pintu, lalu masuk meskipun tidak ada suara atau persetujuan sebelumnya.

" Mbak kok langsung masuk?"tanyaku berbisik

" Nggak apa-apa", katanya.

Kami berdua masuk ke dalam ruangan yang besar. Terdapat beberapa rak buku yang tinggi menjulang, meja kerja besar serta sebuah sofa yang berukuran cukup besar pula. Disana juga sudah ada seseorang yang duduk, tapi aku tidak melihatnya karena posisiku yang membelakanginya. Fokusku kepada Pak Adiguna yang sudah duduk tegap di meja kerjanya.

" Maaf pak, ini mbak Sevim sudah datang. Sesuai perintah bapak tadi langsung saya antar kesini",

Pak Adiguna langsung berdiri dari duduknya.Beliau menghampiriku yang berdiri tepat di depan meja kerjanya, menelisik penampilanaku dari atas sampai bawah, seperti yang dilakukan mama tadi.

" Kamu Sevim, putrinya Fandy?", tanyanya.

" Iya pak..",

" Lebih Cantik aslinya daripada di foto", ucap laki-laki yang sudah berusia lanjut. Mungkin sudah berumur 65 tahunan, tapi perawakannya masih gagah.

" Terima kasih pak ",

" Kamu boleh keluar sekarang. Ran, tunjukkan meja kerja Sevim",

" Baik pak ",

Aku dan mbak Rani kembali keluar dari ruangan tersebut. Ternyata, ruanganku tepat di depan ruangan Presdir. Tidak salah, memang aku bekerja sebagai sekretaris pak Adiguna.

" Mbak Sevim, pencet tombol 0, kalau butuh saya ya. Meja saya disitu ", tunjuknya pada meja kerjanya yang hanya berjarak sekitar 10meter dariku.

" Oke.."

Huh, mudah-mudahan ini awal yang baik aku bekerja disini. Ada satu hal yang mengusik pikiranku. Pak Adiguna terlihat sangat ramah kepadaku, tidak seperti diktaktor yang selama ini aku dengar. Apa dia naksir sama aku? Hah, yang benar saja. Aku langsung mengusir pikiran negatifku. Ini hari pertamaku kerja, jadi jangan sampai ada kesan yang tidak baik yang aku tinggalkan. Aku hanya perlu menunggu, tugas apa yang akan diberikan oleh pak Adiguna. Mengingat meja kerjaku masih bersih, tidak ada satupun berkas yang berada disana. Hanya ada sebuah macbook, yang menjadi media kerjaku nanti.

Terpopuler

Comments

Jenk Ros

Jenk Ros

aku mampir

2024-11-08

0

Sumini Ningsih

Sumini Ningsih

mamapir dulu thor

2024-05-18

0

t@r¡t@

t@r¡t@

Aku mampir thorrr... Ninggal jejak dolo yeaaa

2022-06-06

0

lihat semua
Episodes
1 Hari Pertama
2 Kesan Pertama
3 Breaking News
4 Calon Istrinya Calon Presdir
5 Pertemuan Keluarga
6 Sudah Sejak Dulu
7 Perjanjian
8 The Power of Grandpa
9 Insiden
10 Pertemuan tak Terduga
11 First Kiss..
12 Ketagihan
13 Buka Hatimu
14 Ambyar...
15 Saingan Himsa?
16 Gara-gara Mawar
17 Jujur
18 Surat Perjanjian
19 Batal
20 Piye? Enak Jamanku tho?
21 Berubah pikiran
22 Gift for my birthday is you
23 Bukan Satu tapi Dua
24 Sevim Hapus
25 Mrs. Ahimsa Sanjaya
26 Menolak tapi mengajak?
27 Gara-gara
28 Hyana
29 Sakit
30 Kenapa?
31 Fakta
32 Terancam
33 Sengaja
34 Keributan
35 Bosan
36 Gila!!
37 Sakit
38 Pertunjukkan
39 Akhirnya..
40 Syarat Baru Presdir
41 Ketakutan Sevim
42 Akhirnya tahu
43 Penggerebekan
44 Penggerebekan 2
45 Apartement
46 Deal..
47 Makasih Bang
48 Apa Tujuan Harsa?
49 Bawa aku bertemu...
50 Keadaan
51 Baikan
52 Ngawur
53 Abang Gila
54 Boleh Nakal
55 Cari gara-gara lagi..
56 Pulang Lagi
57 Moment
58 Galau
59 Pelajaran.
60 Sayang kamu
61 Progress
62 Kado untuk Harsa
63 Cemburu
64 Skor 1-1
65 Sebentar lagi..
66 Impas
67 Ternyata
68 Itu Kamu
69 Masih...
70 Harusnya
71 Deep Talk
72 Pengantin Baru
73 Berpisah
74 LDM
75 Terngiang Sonya
76 Tuntutan Rossy
77 Pindah
78 Penasaran
79 Tersinggung
80 Sosok
81 Peringatan
82 Kembali
83 Akhirnya Tau..
84 Duka
85 Tak Terduga..
86 Syukur
87 Ujian
88 Home sick
89 Miskin
90 Rahasia Himsa
91 Rahasia Harsa
92 Kenapa?
93 Sisi Lain Harsa
94 Gengsi
95 Kapok
96 Menantu
97 Jangan sampai
98 Harapan
99 Empat Bulan
100 Blokir
101 Sakit Hati
102 Kompetitor
103 Berjuang
104 Usaha
105 Hari pertama
106 Gara-Gara Transfer
107 Ipar
108 Premature
109 Maaf Sayang..
110 Kembali..
111 Rossy takut...
112 Pulang
113 Bercanda
114 Tahu Rasa
115 Barra
116 Minta Maaf
117 Buka Puasa
118 Bertemu..
119 Bahagia dan Kecewa
120 Welcome Home Barra
121 Rajendra Barra ( Sanjaya )??
122 ( Masih ) Tentang Barra
123 Kegelisahan Mami
124 Cerita Rossy
125 Urgency
126 Demam Barra
127 Tahu Diri
128 Deep Talk
129 Barra Jilid 2?
130 Iri..??
131 Perhatian??
132 Cek Cok
133 Diam-Diam Memuji
134 Akhirnya Tumbang
135 Lawan Sepadan
136 Tantrum ( Rahasia Himsa )
137 Nggak usah bilang...
138 Dekat
139 Luluh?
140 Terbiasa
141 Salah
142 Pulang
143 Wishlist
144 Masih.....
145 Semakin dekat
146 Bahagia itu...
147 Officially
148 Mami & Abang
149 Sakitnya....
150 Move On
151 Menghindar
152 Kesempatan
153 Janji Hyana
154 Kenapa?
155 Kejutan
156 Pelakunya....
157 Curiga
158 Merasakan...
159 Ancaman Kakek
160 Bertemu
161 Diculik
162 Please Don't Go
163 Ngidam
164 Miss komunikasi
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Hari Pertama
2
Kesan Pertama
3
Breaking News
4
Calon Istrinya Calon Presdir
5
Pertemuan Keluarga
6
Sudah Sejak Dulu
7
Perjanjian
8
The Power of Grandpa
9
Insiden
10
Pertemuan tak Terduga
11
First Kiss..
12
Ketagihan
13
Buka Hatimu
14
Ambyar...
15
Saingan Himsa?
16
Gara-gara Mawar
17
Jujur
18
Surat Perjanjian
19
Batal
20
Piye? Enak Jamanku tho?
21
Berubah pikiran
22
Gift for my birthday is you
23
Bukan Satu tapi Dua
24
Sevim Hapus
25
Mrs. Ahimsa Sanjaya
26
Menolak tapi mengajak?
27
Gara-gara
28
Hyana
29
Sakit
30
Kenapa?
31
Fakta
32
Terancam
33
Sengaja
34
Keributan
35
Bosan
36
Gila!!
37
Sakit
38
Pertunjukkan
39
Akhirnya..
40
Syarat Baru Presdir
41
Ketakutan Sevim
42
Akhirnya tahu
43
Penggerebekan
44
Penggerebekan 2
45
Apartement
46
Deal..
47
Makasih Bang
48
Apa Tujuan Harsa?
49
Bawa aku bertemu...
50
Keadaan
51
Baikan
52
Ngawur
53
Abang Gila
54
Boleh Nakal
55
Cari gara-gara lagi..
56
Pulang Lagi
57
Moment
58
Galau
59
Pelajaran.
60
Sayang kamu
61
Progress
62
Kado untuk Harsa
63
Cemburu
64
Skor 1-1
65
Sebentar lagi..
66
Impas
67
Ternyata
68
Itu Kamu
69
Masih...
70
Harusnya
71
Deep Talk
72
Pengantin Baru
73
Berpisah
74
LDM
75
Terngiang Sonya
76
Tuntutan Rossy
77
Pindah
78
Penasaran
79
Tersinggung
80
Sosok
81
Peringatan
82
Kembali
83
Akhirnya Tau..
84
Duka
85
Tak Terduga..
86
Syukur
87
Ujian
88
Home sick
89
Miskin
90
Rahasia Himsa
91
Rahasia Harsa
92
Kenapa?
93
Sisi Lain Harsa
94
Gengsi
95
Kapok
96
Menantu
97
Jangan sampai
98
Harapan
99
Empat Bulan
100
Blokir
101
Sakit Hati
102
Kompetitor
103
Berjuang
104
Usaha
105
Hari pertama
106
Gara-Gara Transfer
107
Ipar
108
Premature
109
Maaf Sayang..
110
Kembali..
111
Rossy takut...
112
Pulang
113
Bercanda
114
Tahu Rasa
115
Barra
116
Minta Maaf
117
Buka Puasa
118
Bertemu..
119
Bahagia dan Kecewa
120
Welcome Home Barra
121
Rajendra Barra ( Sanjaya )??
122
( Masih ) Tentang Barra
123
Kegelisahan Mami
124
Cerita Rossy
125
Urgency
126
Demam Barra
127
Tahu Diri
128
Deep Talk
129
Barra Jilid 2?
130
Iri..??
131
Perhatian??
132
Cek Cok
133
Diam-Diam Memuji
134
Akhirnya Tumbang
135
Lawan Sepadan
136
Tantrum ( Rahasia Himsa )
137
Nggak usah bilang...
138
Dekat
139
Luluh?
140
Terbiasa
141
Salah
142
Pulang
143
Wishlist
144
Masih.....
145
Semakin dekat
146
Bahagia itu...
147
Officially
148
Mami & Abang
149
Sakitnya....
150
Move On
151
Menghindar
152
Kesempatan
153
Janji Hyana
154
Kenapa?
155
Kejutan
156
Pelakunya....
157
Curiga
158
Merasakan...
159
Ancaman Kakek
160
Bertemu
161
Diculik
162
Please Don't Go
163
Ngidam
164
Miss komunikasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!