Floral and Feelings

Pagi itu, di jalanan kota Seoul yang mulai sibuk, udara terasa masih segar dengan hembusan angin dingin. Jae Hyun sudah tiba di depan gedung apartemen Riin tepat pukul 7 pagi, sesuai jadwal yang ia buat. Ia memilih menunggu di luar, bersandar santai di sisi mobil hitamnya yang berkilau di bawah sinar matahari.

Pria itu melirik jam tangan sambil menghela napas. 'Lebih baik menunggu di sini daripada harus menghadapi Ah Ri di lantai atas' pikirnya. Gadis itu terlalu suka mencampuri urusan pribadinya dengan Riin, sering kali dengan komentar tajam namun penuh tawa yang membuat Jae Hyun malas berdebat.

Beberapa menit kemudian, suara langkah ringan terdengar mendekat. Jae Hyun mendongak dan langsung terpaku. Riin muncul dari pintu depan, mengenakan gaun biru muda selutut yang melambai lembut di setiap langkahnya. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai, memantulkan kilau keemasan di bawah sinar matahari pagi. Wajahnya dipulas dengan riasan sederhana_hanya sedikit blush on dan lipstik warna lembut_cukup untuk mempertegas kecantikannya tanpa terlihat berlebihan.

Sejenak, Jae Hyun seperti lupa cara berkedip. Entah kenapa, pemandangan ini membuat pikirannya kosong. Ada sesuatu yang begitu alami dan menenangkan tentang penampilan Riin pagi ini, seperti ia adalah bagian dari keindahan pagi yang tidak tergantikan.

Riin melambai di depan wajahnya, memecah lamunannya. “Sajangnim! Kau baik-baik saja?” tanyanya dengan alis terangkat. Ada nada bercanda dalam suaranya, tapi juga sedikit kekhawatiran.

“Oh, iya.” Jae Hyun segera mengalihkan pandangannya, mencoba menormalkan ekspresinya. “Ayo cepat naik.” Suaranya terdengar sedikit canggung, sesuatu yang jarang terjadi.

Riin mendekat sambil tersenyum kecil. “Nanti bisa tolong berhenti sebentar di toko bunga?” tanyanya saat membuka pintu mobil.

Jae Hyun memutar tubuhnya menghadapnya. “Untuk apa?” tanyanya, matanya menyipit, mencoba menebak alasan gadis itu.

“Aku ingin membeli bunga untuk ibumu,” jawab Riin dengan tenang.

Jae Hyun menghela napas. “Bukankah sudah kubilang aku sudah menyiapkan hadiah? Kau tak perlu repot lagi.”

“Aku tahu,” balas Riin sambil menatapnya dengan mata yang jernih. “Tapi rasanya tetap saja kurang sopan jika aku datang tanpa membawa apapun. Apalagi...” suaranya merendah di akhir kalimatnya. “...ini pertama kalinya aku menemui seseorang yang akan kusebut sebagai ibu mertua. Meskipun hanya sebatas kontrak.”

Jae Hyun terdiam sejenak, menatap gadis itu dalam diam. Ada sesuatu di nada suaranya yang membuatnya merasa aneh, sebuah kejujuran yang sederhana namun menyentuh. Ia menghela napas pelan sebelum berkata, “Sepertinya aku mulai merasa khawatir. Dilihat dari sifatmu, aku rasa ibuku akan sangat menyukaimu.”

Riin mengerutkan kening, bingung dengan maksud ucapannya. “Apakah itu hal yang baik atau buruk?” tanyanya hati-hati.

“Entahlah.” Jae Hyun mengangkat bahu, kemudian tersenyum samar. “Kita pikirkan nanti saja. Aku akan mengantarmu ke toko bunga.”

Riin mengangguk, lalu masuk ke dalam mobil. Namun, saat hendak memasang seatbelt, ia terlihat kesulitan menarik sabuk itu. Setelah beberapa kali mencoba, ia menyerah dan mendesah pelan.

Jae Hyun, yang memperhatikan dari sudut matanya, menghela napas kecil sebelum membungkuk untuk membantunya. Tangannya meraih sabuk pengaman, membuat jarak mereka semakin dekat. Riin menahan napas, merasa sedikit canggung dengan kedekatan ini. Namun, setelah Jae Hyun selesai memasang seatbelt, ia tidak segera menjauh. Sebaliknya, pria itu menatapnya dengan intens, matanya penuh arti yang sulit ditebak.

“Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Riin dengan nada gugup, matanya berusaha menghindar.

Jae Hyun menyeringai kecil. “Apa kau sengaja melakukan ini untuk menggodaku? Bukankah memakai seatbelt itu cukup mudah?”

Riin membelalakkan matanya, tidak percaya dengan tuduhan itu. “Jangan terlalu percaya diri! Kau tidak semenarik itu!” omelnya sambil mendorong pelan kening Jae Hyun dengan telunjuknya.

Jae Hyun tertawa kecil, tapi saat ia hendak menjauhkan tubuhnya, Riin tiba-tiba menghentikannya. “Tunggu dulu!” serunya.

Jae Hyun mengangkat alis. “Kenapa? Apa sekarang kau berubah pikiran dan benar-benar ingin menggodaku?” godanya.

“Bukan itu!” balas Riin dengan kesal. “Apa kau sedang demam?” tanyanya tiba-tiba, mengingat perbedaan suhu yang ia rasakan di ujung jarinya saat menyentuh dahi pria itu tadi.

“Tidak,” elak Jae Hyun cepat, meskipun keringat tipis di dahinya mengkhianati jawabannya.

Namun Riin tidak menyerah. Kali ini, ia menempelkan telapak tangannya langsung ke kening Jae Hyun, membuat pria itu membeku sejenak. “Kau benar-benar demam,” katanya yakin, tatapannya penuh kekhawatiran.

“Aku hanya kurang istirahat,” jawab Jae Hyun sambil menghela napas. Ia menyalakan mesin mobil, berusaha mengalihkan perhatian. “Sudahlah, itu tidak penting. Ayo berangkat.”

“Tunggu,” potong Riin, kali ini suaranya lebih tegas. “Pasti ini karena kau meminjamkan jaketmu padaku, kan? Ah Ri bilang kau terkena flu sehari setelahnya.”

Jae Hyun hanya mengangkat bahu. “Hanya flu biasa. Tidak akan membuatku mati.”

Riin melipat tangan di depan dada, menatapnya tajam. “Sekarang kau bicara seperti itu, padahal sebelumnya kau bilang kau tidak mudah sakit,” ejeknya.

Jae Hyun meliriknya sebentar, lalu menggeleng kecil. Gadis ini benar-benar tidak mudah menyerah, pikirnya sambil menahan senyum. Namun, dalam hati, ia merasa senang karena ada yang benar-benar peduli padanya, meskipun ia terlalu keras kepala untuk mengakuinya.

***

Mobil hitam Jae Hyun berhenti di depan sebuah toko bunga kecil yang berlokasi di sudut jalan yang tenang. Toko itu dihiasi etalase kaca yang dipenuhi bunga berwarna-warni_mawar merah, anyelir putih, lili kuning, hingga anggrek ungu. Sebuah papan kayu sederhana menggantung di atas pintu bertuliskan “Floral Harmony”. Riin turun dari mobil dengan langkah ringan, tampak bersemangat meski Jae Hyun masih menunjukkan raut wajah datar khasnya.

“Aku tidak lama, kau tunggu saja di sini,” ucap Riin sambil menutup pintu mobil dengan hati-hati.

Jae Hyun hanya mengangguk pelan tanpa kata. Begitu pintu mobil tertutup, ia menyandarkan kepala ke kursi dan memejamkan mata. Sakit kepala yang ia rasakan sejak pagi semakin terasa berdenyut. Udara hangat di dalam mobil seakan menambah rasa lesu yang menyerang tubuhnya. Tangannya mengusap pelipis perlahan, mencoba meredakan denyut itu. Namun, Jae Hyun tahu, ini bukan hanya karena kurang tidur atau flu biasa_tekanan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga juga ikut memainkan peran besar.

Di dalam keheningan, pikirannya melayang pada pertemuan nanti. Ia sudah bisa membayangkan bagaimana ibunya akan memandangi Riin dengan tatapan penuh selidik. Jae Hyun menghela napas panjang. Ibunya, meski dikenal ramah, memiliki naluri tajam untuk menilai orang. Akan seperti apa Riin menghadapi keluarganya nanti?

Ketukan di kaca jendela membuyarkan lamunannya. Jae Hyun membuka mata dan menoleh. Riin berdiri di luar dengan senyum kecil, membawa dua buket bunga yang masing-masing dibungkus kertas cokelat polos yang dihiasi pita sederhana. Tanpa menunggu, Jae Hyun keluar dari mobil dan menghampirinya.

“Kau membawa dua buket?” tanyanya sambil membantu Riin menyimpan bunga-bunga itu di kursi penumpang belakang.

“Ah Ri bilang kau memiliki seorang kakak perempuan. Kupikir, sebaiknya aku membawa sesuatu untuknya juga,” jawab Riin sambil menatap Jae Hyun penuh harap.

Jae Hyun terdiam sejenak, matanya tertuju pada bunga-bunga itu. Pikirannya berkecamuk, tapi satu hal jelas: Riin memiliki perhatian terhadap detail yang luar biasa. 'Firasatku mengatakan... seluruh keluargaku akan menyukai dan berpihak padanya' batin Jae Hyun sambil menghela napas kecil.

Riin memiringkan kepala, menatapnya curiga. “Kenapa? Apa aku terlalu lancang mengambil keputusan sepihak?” tanyanya, nada suaranya sedikit ragu.

“Tidak,” jawab Jae Hyun akhirnya. “Mereka pasti menyukainya. Terima kasih.” Suaranya terdengar lebih tulus dari yang ia harapkan.

Riin tersenyum kecil, tampak lega. “Ternyata pria menyebalkan sepertimu juga bisa mengucapkan terima kasih,” godanya dengan senyum lebar yang sulit ditahan.

Jae Hyun menatapnya dengan tatapan datar, tapi ujung bibirnya sedikit terangkat, nyaris seperti senyuman. “Tentu saja. Aku juga bisa mengatakan kalimat ‘kau dipecat’ pada karyawan yang hobi meledek bosnya,” balasnya dingin, nada suaranya setengah serius.

Riin mendengus kesal sambil melipat tangan di dada. “Ck, kau memang pandai merusak suasana. Dasar menyebalkan!” Ia menghentakkan kaki kecilnya, lalu bergegas masuk ke mobil tanpa menunggu respons Jae Hyun.

Di dalam mobil, Riin menarik sabuk pengamannya. Kali ini, setelah perjuangan kecil, ia berhasil memasangnya sendiri. Ia melirik Jae Hyun sekilas ketika pria itu masuk ke kursi pengemudi. Wajahnya terlihat semakin pucat, bahkan bibirnya sedikit memucat. Namun, Riin memilih untuk diam. Sikap menyebalkan Jae Hyun sebelumnya membuatnya enggan menunjukkan perhatian lebih.

Jae Hyun, di sisi lain, hanya menatap lurus ke depan, fokus pada jalan. Tangannya menggenggam setir dengan erat, tapi tekanan di kepalanya membuat fokusnya terasa goyah. Ia tahu tubuhnya sedang memprotes keras karena kurangnya istirahat. Namun, seperti biasanya, ia memilih mengabaikan rasa sakit itu.

Perjalanan dilanjutkan dalam keheningan. Suara lembut dari radio mengalun, namun tidak cukup menghilangkan ketegangan samar yang ada di antara mereka. Riin, meski kesal, sesekali melirik Jae Hyun. Ada rasa cemas yang perlahan muncul di dalam dirinya.

“Kenapa pria ini harus sekeras kepala itu?” gumamnya pelan, hampir tidak terdengar.

Namun Jae Hyun mendengarnya. Ia meliriknya sekilas sebelum berkata, “Apa kau bilang sesuatu?”

“Tidak, tidak ada,” jawab Riin cepat, berpura-pura menatap ke luar jendela.

Jae Hyun tersenyum kecil. Gadis itu, meski sering mengomel, ternyata punya sisi perhatian yang tidak bisa disembunyikan. Di tengah sakit kepala yang semakin menjadi, Jae Hyun merasa sedikit lega. Mungkin saja, perjalanan ini tidak akan seburuk yang ia kira.

***

Episodes
1 Our First Met (1)
2 Our First Met (2)
3 Warm and Cold
4 A Game of Power and Pride (1)
5 A Game Of Power And Pride (2)
6 Unwanted Choises
7 CEO's Little Secret
8 The Accident (1)
9 The Accident (2)
10 Should I Accept It? (1)
11 Should I Accept It? (2)
12 The Contract
13 First Date (1)
14 First Date (2)
15 First Date (3)
16 After The Date
17 Floral and Feelings
18 A Lovely Daughter in Law (1)
19 A Lovely Daughter in Law (2)
20 A Sign of Affection (1)
21 A Sign of Affection (2)
22 A Sign of Affection (3)
23 The Wedding Dress
24 Between Lies and Kindness
25 A Strangers' Familiarity
26 Breaking The Agreement
27 Shattered Mornings
28 The Call That Broke the Silence
29 Unusual Response
30 The Wedding Day
31 A Wedding Draped in Secrets
32 Burning Jealousy
33 The Shadow of a Rival
34 Am I Pregnant?
35 A Father's Promise
36 When Hope Meets Reality
37 Hidden Jealousy
38 Unexpected Responsibility
39 Jealousy Incarnate
40 Shadows of Jealousy
41 His Childish Side
42 The Business Trip Begins
43 Our First Trip
44 A Shared Room, A Shared Heart?
45 The Warmth of His Arms
46 A Husband's Care
47 Among the Pages of Jinbocho
48 Ice Cream Story
49 A Sweet Misstep
50 Pregnancy Test
51 A Kiss Before the Day Unfolds
52 The Ring on His Finger
53 Bittersweet Day
54 The Weight of Secret
55 A Drunken Confession
56 When Words Fail
57 Hidden Truth
58 Mom Knows Everything
59 Echoes of Pain
60 Anxiety Among The Ruins
61 The Secret Revealed
62 A Miracle in The Waiting Room
63 In A Warm Embrace
64 A Night Of Clarity
65 Love Marks That Are Too Obvious
66 The Secret Between Us
67 Duty, Love, and Dreams
68 Whispers in the Editorial Room
69 Fighting With Courage
70 The Sudden Meeting
71 Jealousy Behind The Secret
72 Unspoken Jealousy
73 Uncontrollable Desire
74 The Song That Spoke His Heart
75 Under the Starlit Sky
76 A Wish Under the Falling Star
77 When Secrets Unravel
78 When the CEO Becomes a Big Baby
79 The Unspoken Duel
80 More Than Just a Game
81 Waves Of Jealousy
82 Unspoken Distance
83 A Promise in the Midst of Pain
84 I Can’t Lose You
85 A Cold Celebration
86 A Romantic Surprise
87 Epilog
88 Pemberitahuan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Our First Met (1)
2
Our First Met (2)
3
Warm and Cold
4
A Game of Power and Pride (1)
5
A Game Of Power And Pride (2)
6
Unwanted Choises
7
CEO's Little Secret
8
The Accident (1)
9
The Accident (2)
10
Should I Accept It? (1)
11
Should I Accept It? (2)
12
The Contract
13
First Date (1)
14
First Date (2)
15
First Date (3)
16
After The Date
17
Floral and Feelings
18
A Lovely Daughter in Law (1)
19
A Lovely Daughter in Law (2)
20
A Sign of Affection (1)
21
A Sign of Affection (2)
22
A Sign of Affection (3)
23
The Wedding Dress
24
Between Lies and Kindness
25
A Strangers' Familiarity
26
Breaking The Agreement
27
Shattered Mornings
28
The Call That Broke the Silence
29
Unusual Response
30
The Wedding Day
31
A Wedding Draped in Secrets
32
Burning Jealousy
33
The Shadow of a Rival
34
Am I Pregnant?
35
A Father's Promise
36
When Hope Meets Reality
37
Hidden Jealousy
38
Unexpected Responsibility
39
Jealousy Incarnate
40
Shadows of Jealousy
41
His Childish Side
42
The Business Trip Begins
43
Our First Trip
44
A Shared Room, A Shared Heart?
45
The Warmth of His Arms
46
A Husband's Care
47
Among the Pages of Jinbocho
48
Ice Cream Story
49
A Sweet Misstep
50
Pregnancy Test
51
A Kiss Before the Day Unfolds
52
The Ring on His Finger
53
Bittersweet Day
54
The Weight of Secret
55
A Drunken Confession
56
When Words Fail
57
Hidden Truth
58
Mom Knows Everything
59
Echoes of Pain
60
Anxiety Among The Ruins
61
The Secret Revealed
62
A Miracle in The Waiting Room
63
In A Warm Embrace
64
A Night Of Clarity
65
Love Marks That Are Too Obvious
66
The Secret Between Us
67
Duty, Love, and Dreams
68
Whispers in the Editorial Room
69
Fighting With Courage
70
The Sudden Meeting
71
Jealousy Behind The Secret
72
Unspoken Jealousy
73
Uncontrollable Desire
74
The Song That Spoke His Heart
75
Under the Starlit Sky
76
A Wish Under the Falling Star
77
When Secrets Unravel
78
When the CEO Becomes a Big Baby
79
The Unspoken Duel
80
More Than Just a Game
81
Waves Of Jealousy
82
Unspoken Distance
83
A Promise in the Midst of Pain
84
I Can’t Lose You
85
A Cold Celebration
86
A Romantic Surprise
87
Epilog
88
Pemberitahuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!