The Contract

Riin menggenggam gagang pintu kayu ruang kerja Jae Hyun dengan sedikit gemetar. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debaran jantungnya yang tak terkendali. Setelah dua hari merenung, keputusan besar telah diambil, dan kini tiba waktunya untuk menyampaikan itu kepada Jae Hyun. Dengan ragu ia mengetuk pintu perlahan. Dari dalam terdengar suara pria itu, datar namun jelas, mempersilakannya masuk. Riin mengumpulkan keberanian yang tersisa, membuka pintu dan melangkah masuk.

Di tengah ruangan, Jae Hyun duduk dengan postur tegak, mengenakan setelan jas yang tanpa cela. Wajahnya serius, namun matanya memancarkan sorot yang tajam sekaligus dingin. Saat melihat Riin masuk, senyum tipis muncul di wajahnya, tapi itu bukan senyuman hangat, melainkan senyum yang penuh pengendalian diri.

"Duduklah," ucapnya singkat, menunjuk kursi di depan mejanya. Meski suaranya terdengar formal, ada nada halus yang mengisyaratkan rasa penasaran. Ia tahu alasan kedatangan Riin dan bisa menebak arah pembicaraan ini, tetapi ada ketegangan yang tak dapat ia hindari. Bagaimanapun, keputusan gadis itu akan memengaruhi banyak hal, termasuk masa depannya sendiri.

Riin menuruti perintahnya, duduk dengan posisi tubuh yang sedikit tegang. Jemarinya saling bertaut di pangkuannya, ia mencoba menenangkan kegugupan yang menyelimuti dirinya. "Saya sudah memikirkan tawaran Anda selama dua hari ini," ia memulai dengan nada suara lembut namun penuh tekanan. Setelah menarik napas panjang, ia melanjutkan, "Saya... bersedia melakukan pernikahan itu."

Sejenak, ruangan itu sunyi. Jae Hyun menghela napas lega, senyum tipis muncul di wajahnya. Meski senyuman itu lebih mencerminkan rasa lega ketimbang kegembiraan. Baginya, keputusan ini bukan hanya tentang menghindari perjodohan keluarga, tetapi juga tentang menyelesaikan masalah yang dihadapinya tanpa melibatkan terlalu banyak orang.

"Kalau begitu, ini saatnya kita membuat kontrak," ujarnya sambil membuka laci meja dan mengeluarkan dua lembar kertas kosong. Ia menyerahkan salah satunya pada Riin bersama sebuah pena. "Tulislah persyaratan darimu untuk pernikahan ini."

Riin memandang kertas itu dengan ragu. "Saya juga berhak memberikan syarat?" tanyanya dengan nada tak yakin, tatapannya menelusuri wajah Jae Hyun untuk mencari petunjuk.

"Tentu saja," Jae Hyun menjawab dengan nada tegas namun tenang. "Aku akan cukup adil dalam masalah ini."

Mereka mulai menulis dalam keheningan. Suara gesekan pena di atas kertas menjadi satu-satunya bunyi yang mengisi ruangan. Riin menunduk, memikirkan dengan hati-hati apa yang akan ia tulis. Setiap kata yang ia tuliskan adalah cerminan dari kekhawatirannya, dari keinginan untuk menjaga jarak hingga rasa takut akan hubungan ini. Setelah beberapa menit, ia akhirnya menyelesaikan daftar persyaratannya:

Tidak ada skinship.

Masing-masing pihak bebas melakukan apa saja, ke mana saja, dan dengan siapa saja tanpa perlu izin atau memberitahu satu sama lain.

Jika Cho Jae Hyun melanggar semua perjanjian yang disepakati bersama, maka hutang Rindira dianggap lunas dan ia berhak mendapatkan kompensasi besar sesuai permintaannya.

Kontrak ini akan otomatis berakhir jika salah satu pihak melanggar perjanjian, tanpa memperpanjang ikatan lebih lanjut.

Riin meletakkan pena, menyerahkan kertas itu kepada Jae Hyun, dan mengambil kertas milik pria itu. Ia membaca isinya dengan teliti, alisnya berkerut saat membaca poin-poin yang tertulis:

Merahasiakan kontrak ini dari pihak mana pun.

Bersikap layaknya suami istri hanya di hadapan keluarga.

Dilarang mencampuri urusan masing-masing.

Dilarang mengajukan perceraian sebelum dua tahun pernikahan.

Jika melanggar salah satu dari persyaratan di atas, akan dikenakan ganti rugi.

Riin mengernyit, matanya langsung tertuju pada poin kedua. "Apa ini? Bersikap layaknya suami istri di depan keluarga? Hal ini jelas bertentangan dengan syarat dariku," protesnya, menatap Jae Hyun dengan tajam.

Jae Hyun mengangkat alis, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya tenang tapi serius. “Benar. Itu juga menjadi perhatian utamaku,” katanya sambil meletakkan kertas Riin di atas meja. "Aku bisa memenuhi semua persyaratanmu kecuali poin pertama. Kita tidak mungkin terlihat menjaga jarak saat berada di hadapan keluarga, terlebih lagi setelah kita menikah."

Riin menghela napas, mencoba menekan rasa kesalnya. “Bagaimana kalau aku tidak setuju?” tanyanya dengan nada menantang.

"Jika kau tidak setuju, maka kita tidak bisa melanjutkan ini," jawab Jae Hyun tegas, meski nada bicaranya tetap tenang. "Dan aku yakin kau tahu apa konsekuensinya."

Riin meremas kertas di tangannya, menahan rasa kesal yang meluap. Situasi ini sudah cukup menyulitkan tanpa tambahan tekanan dari pria di hadapannya. “Baiklah,” katanya akhirnya, meskipun suaranya terdengar penuh kekesalan. “Tapi hanya berpegangan tangan. Tidak lebih dari itu.”

Jae Hyun tersenyum tipis, nyaris mengejek. “Tidak bisa,” balasnya cepat. “Akan ada momen-momen tertentu di mana kita harus bertindak lebih dari itu.”

“Lebih dari itu? Apa maksudmu?” Riin menatapnya dengan curiga, matanya menyipit. “Jangan-jangan kau punya niat buruk!”

Jae Hyun menghela napas, mencoba menahan senyum tipis. "Jangan berkhayal terlalu jauh. Yang aku maksud hanyalah sebatas memeluk atau mungkin mencium, itu pun jika benar-benar diperlukan, seperti saat upacara pernikahan."

Riin tertegun, wajahnya memerah karena marah sekaligus malu. Tangannya refleks menutupi bibirnya. “Berciuman? Kau sedang memanfaatkan situasi ini, ya?” protesnya, nadanya naik beberapa oktaf.

Jae Hyun menatapnya dingin, matanya seperti baja. “Dengar, Riin-ssi. Aku tidak sedang memanfaatkanmu. Ini hanyalah bagian dari kesepakatan. Jika kau tidak setuju, silakan cari solusi lain untuk masalahmu dengan perusahaan ini. Aku tidak akan memaksamu.”

Riin memijat pelipisnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ia tahu Jae Hyun benar, tapi menerima kenyataan itu tidak membuatnya merasa lebih baik. “Baiklah,” katanya dengan suara yang lemah. “Tapi… ciuman itu tidak harus di bibir, kan? Kening atau pipi saja, bagaimana?”

Jae Hyun mengangkat bahu, sikapnya tetap santai. “Aku tidak bisa menjanjikan itu,” jawabnya seolah itu bukan masalah besar.

Riin menatapnya tajam, hampir tak percaya. “Astaga, kau ini… apa kau seorang playboy?” tanyanya tanpa berpikir. “Kenapa kau begitu mudah mencium gadis tanpa perasaan apapun?”

Jae Hyun terkekeh kecil, tapi tawanya dingin. “Jika aku bisa memilih, tentu saja aku ingin mencium gadis yang benar-benar kusukai. Tapi ini pengecualian. Kita ada dalam situasi yang mengharuskan kita melakukan hal ini.”

Riin terdiam, mencoba mencerna jawabannya. Ia tahu, pada akhirnya, Jae Hyun benar. Ini semua adalah konsekuensi dari keputusan yang sudah ia ambil. “Sajangnim, setelah kita menikah… aku… maksudku, kita tidak akan tinggal bersama, kan?” tanyanya dengan harapan yang samar.

Jae Hyun, yang sedang sibuk memeriksa dokumen di mejanya, mengangkat pandangannya perlahan. Mata tajamnya menatap Riin dengan campuran keseriusan dan rasa ingin tahu. Ada jeda singkat sebelum ia menjawab, cukup untuk membuat jantung Riin berdebar tak menentu.

"Memangnya ada pasangan suami istri yang tinggal terpisah?" tanyanya balik, nadanya datar namun tegas. "Kau harus pindah ke apartemenku untuk berjaga-jaga jika ibuku tiba-tiba berkunjung. Tapi kau tenang saja," tambahnya, sedikit melunakkan nada bicaranya, "kita akan tinggal di kamar terpisah."

Riin menelan ludah dengan susah payah. Kalimat itu terdengar seperti ketukan palu di kepala, menegaskan kenyataan yang sulit ia terima. Bayangan tinggal di bawah satu atap dengan pria yang nyaris asing membuat perutnya terasa mual.

"Kenapa banyak sekali hal mengerikan yang harus aku lakukan," gumamnya frustrasi, hampir merengek. Ia menatap Jae Hyun dengan sorot mata yang memancarkan kepasrahan bercampur ketidakpuasan. "Sajangnim, apa aku boleh mengajukan satu syarat lagi?" tanyanya tiba-tiba, nada suaranya mencerminkan upaya terakhirnya untuk merebut sedikit kendali dalam situasi ini.

Jae Hyun menaikkan alisnya. "Syarat apa? Jika tidak berlebihan, aku bisa mempertimbangkannya."

Riin menghela napas panjang sebelum berbicara. "Jika kita harus tinggal satu atap, aku tidak ingin dirugikan sepenuhnya. Maksudku, jika kau sampai melewati batas, maka secara otomatis kontrak berakhir, seluruh hutangku lunas, dan aku juga mendapatkan kompensasi. Bagaimana?"

Sekilas, ekspresi Jae Hyun berubah, namun ia segera menguasai diri. Dengan anggukan singkat, ia menjawab, "Baiklah. Aku setuju."

Keduanya kembali duduk di meja yang dipenuhi kertas-kertas persyaratan yang mereka buat bersama. Riin dengan hati-hati membaca setiap baris tulisan, memastikan tak ada celah yang bisa merugikannya. Sementara itu, Jae Hyun menandatangani dokumen dengan gerakan tangan yang tenang namun tegas.

"Baiklah," ujar Jae Hyun akhirnya, "Aku mengerti dan akan menuruti semua persyaratanmu. Setelah ini akan kubuat surat kontrak secara resmi saat kita menikah."

Riin mengangguk, meskipun rasa lega belum sepenuhnya menghampirinya. "Tunggu dulu, aku juga perlu memberitahu orang tuaku di Indonesia mengenai pernikahan ini. Kita masih memiliki waktu untuk itu kan?"

"Tentu," jawab Jae Hyun tanpa ragu. "Kau juga harus bertemu keluargaku lebih dulu."

Ucapan itu membuat Riin tercekat. Rasa gugup mulai merayap di pikirannya. Ini pertama kalinya ia akan berhadapan dengan keluarga yang akan ia sebut sebagai mertua, meskipun hanya dalam konteks hubungan kontrak.

"Apa yang harus aku persiapkan?" tanyanya dengan nada sedikit panik.

"Tidak perlu menyiapkan apa pun. Cukup datang dengan penampilan yang rapi dan sopan," jawab Jae Hyun santai. Ia kemudian mengambil ponselnya dan menyodorkannya pada Riin. "Berikan nomor ponselmu."

Riin mengambil ponsel itu dengan sedikit ragu, mengetikkan nomor ponselnya, lalu mengembalikannya. Jae Hyun langsung menghubungi nomor itu untuk memastikan. Ponsel Riin berdering pelan di tasnya.

"Simpan nomorku," ujar Jae Hyun, sambil menatap Riin. "Mulai hari ini, kita mungkin akan sering berkomunikasi. Lalu luangkan waktumu malam ini."

Riin menatapnya bingung. "Untuk apa? Kita tidak langsung menemui keluargamu, kan?"

"Bukan," jawab Jae Hyun sambil meletakkan ponselnya. "Sebelum melakukan itu, kita perlu... berkencan."

***

Episodes
1 Our First Met (1)
2 Our First Met (2)
3 Warm and Cold
4 A Game of Power and Pride (1)
5 A Game Of Power And Pride (2)
6 Unwanted Choises
7 CEO's Little Secret
8 The Accident (1)
9 The Accident (2)
10 Should I Accept It? (1)
11 Should I Accept It? (2)
12 The Contract
13 First Date (1)
14 First Date (2)
15 First Date (3)
16 After The Date
17 Floral and Feelings
18 A Lovely Daughter in Law (1)
19 A Lovely Daughter in Law (2)
20 A Sign of Affection (1)
21 A Sign of Affection (2)
22 A Sign of Affection (3)
23 The Wedding Dress
24 Between Lies and Kindness
25 A Strangers' Familiarity
26 Breaking The Agreement
27 Shattered Mornings
28 The Call That Broke the Silence
29 Unusual Response
30 The Wedding Day
31 A Wedding Draped in Secrets
32 Burning Jealousy
33 The Shadow of a Rival
34 Am I Pregnant?
35 A Father's Promise
36 When Hope Meets Reality
37 Hidden Jealousy
38 Unexpected Responsibility
39 Jealousy Incarnate
40 Shadows of Jealousy
41 His Childish Side
42 The Business Trip Begins
43 Our First Trip
44 A Shared Room, A Shared Heart?
45 The Warmth of His Arms
46 A Husband's Care
47 Among the Pages of Jinbocho
48 Ice Cream Story
49 A Sweet Misstep
50 Pregnancy Test
51 A Kiss Before the Day Unfolds
52 The Ring on His Finger
53 Bittersweet Day
54 The Weight of Secret
55 A Drunken Confession
56 When Words Fail
57 Hidden Truth
58 Mom Knows Everything
59 Echoes of Pain
60 Anxiety Among The Ruins
61 The Secret Revealed
62 A Miracle in The Waiting Room
63 In A Warm Embrace
64 A Night Of Clarity
65 Love Marks That Are Too Obvious
66 The Secret Between Us
67 Duty, Love, and Dreams
68 Whispers in the Editorial Room
69 Fighting With Courage
70 The Sudden Meeting
71 Jealousy Behind The Secret
72 Unspoken Jealousy
73 Uncontrollable Desire
74 The Song That Spoke His Heart
75 Under the Starlit Sky
76 A Wish Under the Falling Star
77 When Secrets Unravel
78 When the CEO Becomes a Big Baby
79 The Unspoken Duel
80 More Than Just a Game
81 Waves Of Jealousy
82 Unspoken Distance
83 A Promise in the Midst of Pain
84 I Can’t Lose You
85 A Cold Celebration
86 A Romantic Surprise
87 Epilog
88 Pemberitahuan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Our First Met (1)
2
Our First Met (2)
3
Warm and Cold
4
A Game of Power and Pride (1)
5
A Game Of Power And Pride (2)
6
Unwanted Choises
7
CEO's Little Secret
8
The Accident (1)
9
The Accident (2)
10
Should I Accept It? (1)
11
Should I Accept It? (2)
12
The Contract
13
First Date (1)
14
First Date (2)
15
First Date (3)
16
After The Date
17
Floral and Feelings
18
A Lovely Daughter in Law (1)
19
A Lovely Daughter in Law (2)
20
A Sign of Affection (1)
21
A Sign of Affection (2)
22
A Sign of Affection (3)
23
The Wedding Dress
24
Between Lies and Kindness
25
A Strangers' Familiarity
26
Breaking The Agreement
27
Shattered Mornings
28
The Call That Broke the Silence
29
Unusual Response
30
The Wedding Day
31
A Wedding Draped in Secrets
32
Burning Jealousy
33
The Shadow of a Rival
34
Am I Pregnant?
35
A Father's Promise
36
When Hope Meets Reality
37
Hidden Jealousy
38
Unexpected Responsibility
39
Jealousy Incarnate
40
Shadows of Jealousy
41
His Childish Side
42
The Business Trip Begins
43
Our First Trip
44
A Shared Room, A Shared Heart?
45
The Warmth of His Arms
46
A Husband's Care
47
Among the Pages of Jinbocho
48
Ice Cream Story
49
A Sweet Misstep
50
Pregnancy Test
51
A Kiss Before the Day Unfolds
52
The Ring on His Finger
53
Bittersweet Day
54
The Weight of Secret
55
A Drunken Confession
56
When Words Fail
57
Hidden Truth
58
Mom Knows Everything
59
Echoes of Pain
60
Anxiety Among The Ruins
61
The Secret Revealed
62
A Miracle in The Waiting Room
63
In A Warm Embrace
64
A Night Of Clarity
65
Love Marks That Are Too Obvious
66
The Secret Between Us
67
Duty, Love, and Dreams
68
Whispers in the Editorial Room
69
Fighting With Courage
70
The Sudden Meeting
71
Jealousy Behind The Secret
72
Unspoken Jealousy
73
Uncontrollable Desire
74
The Song That Spoke His Heart
75
Under the Starlit Sky
76
A Wish Under the Falling Star
77
When Secrets Unravel
78
When the CEO Becomes a Big Baby
79
The Unspoken Duel
80
More Than Just a Game
81
Waves Of Jealousy
82
Unspoken Distance
83
A Promise in the Midst of Pain
84
I Can’t Lose You
85
A Cold Celebration
86
A Romantic Surprise
87
Epilog
88
Pemberitahuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!