Should I Accept It? (2)

Ah Ri melangkah cepat ke ruangan Cho Jae Hyun dengan raut wajah yang diliputi kemarahan. Tumit sepatu hak tingginya beradu dengan lantai marmer koridor, menghasilkan suara yang menggema hingga menarik perhatian beberapa karyawan yang berlalu-lalang. Namun, Ah Ri tak memedulikannya. Sesampainya di depan pintu kayu dengan pelat nama yang bertuliskan "Cho Jae Hyun", ia membuka pintu tanpa mengetuk lebih dulu, sebuah tindakan yang jelas melanggar protokol.

"Hei, Cho Jae Hyun! Apa yang kau lakukan pada Riin hingga dia seperti itu?" serunya, tanpa basa-basi.

Ruangan Jae Hyun yang biasanya tenang mendadak dipenuhi dengan suara Ah Ri yang tajam. Jae Hyun yang sedang memeriksa dokumen, mengangkat pandangannya dengan perlahan. Pria itu mengenakan setelan jas hitam sempurna, dengan dasi berwarna biru tua yang terikat rapi. Wajahnya tetap tenang, meskipun kemarahan Ah Ri jelas terlihat.

"Pelankan suaramu, bagaimanapun juga aku bosmu di sini," ujar Jae Hyun dingin, suaranya datar namun penuh otoritas.

"Jelaskan lebih dulu, apa yang kau katakan pada Riin?" desak Ah Ri, tidak menggubris peringatannya.

Jae Hyun menghela napas, lalu berdiri dari kursinya. Ia berjalan mendekati jendela besar yang membentang dari lantai hingga langit-langit, memandang ke arah lalu lintas kota yang padat. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, dan ia tampak seperti sedang mempertimbangkan bagaimana menjelaskan situasinya.

"Aku memintanya menikah denganku. Secara kontrak, tentunya," jelas Jae Hyun akhirnya, dengan nada yang terdengar santai, seolah hal itu adalah keputusan yang sangat logis.

Ah Ri tertegun sejenak sebelum mendekat, berdiri hanya beberapa langkah dari Jae Hyun. Matanya melebar penuh keterkejutan dan kemarahan.

"Kau gila ya?!" bentaknya. "Aku memintamu mencari wanita untuk menyelamatkan reputasimu di depan keluargamu, tapi bukan berarti kau bisa menyeret Riin ke dalam situasi ini. Dia teman baikku! Dan kau hanya memanfaatkannya seperti ini?"

Jae Hyun menoleh, menatap Ah Ri dengan ekspresi yang sulit ditebak. Mata tajamnya memancarkan ketenangan sekaligus determinasi.

"Ide itu muncul begitu saja," katanya pelan, namun setiap katanya terdengar tegas. "Saat masalah tadi terjadi, Eomma mengirim pesan tentang kesepakatan kami. Anggap saja ini solusi bersama. Aku terlepas dari perjodohan, dan gadis itu terlepas dari tanggung jawab kerugian perusahaan."

Ah Ri menggelengkan kepala dengan frustrasi. "Masalah perusahaan? Bukankah ada cara lain? Kau tidak semiskin itu hingga menuntut ganti rugi pada karyawan yang hanya membuat kesalahan kecil."

Jae Hyun mendengus kecil, kemudian mendekatkan dirinya pada Ah Ri hingga jarak mereka hanya beberapa langkah. Suaranya lebih rendah, namun mengandung nada peringatan.

"Dengar, bisnis tetaplah bisnis. Sebuah kesalahan, sekecil apa pun, harus dipertanggungjawabkan. Jika aku membiarkan ini, apa kau pikir karyawan lain tidak akan mulai ceroboh?"

"Tapi aku tidak ingin kau memanfaatkan temanku!" balas Ah Ri dengan tegas.

Jae Hyun menyilangkan tangan di depan dada, menatap Ah Ri tanpa berkedip. "Lalu kau lebih suka melihat temanmu kehilangan pekerjaan dan terlilit hutang? Aku memberinya solusi. Ini lebih baik dibandingkan opsi lainnya."

"Tapi pernikahan?" Ah Ri menatapnya tidak percaya. "Itu terlalu jauh! Kau tahu pernikahan bukan sesuatu yang bisa dilakukan sembarangan, meskipun hanya kontrak. Itu akan mengubah hidup Riin!"

Jae Hyun terdiam sejenak, lalu dengan suara yang lebih tenang namun tetap tegas, ia berkata, "Aku sudah mempertimbangkan ini, Ah Ri. Kau tenang saja. Jika dia setuju, aku akan memperlakukannya dengan baik. Aku tidak akan melukai perasaan temanmu."

Ah Ri masih memandangnya dengan sorot mata tajam. Ia tahu Jae Hyun sering kali dingin dan pragmatis, tapi kali ini ia merasa pria itu telah melangkah terlalu jauh.

"Kau benar-benar tidak mengerti, ya?" ucap Ah Ri dengan nada lelah. "Jika dia setuju, itu bukan karena dia ingin. Tapi karena kau tidak memberinya pilihan lain. Dan itu, Cho Jae Hyun, adalah tindakan yang egois."

Jae Hyun tidak menjawab. Ia kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela, kali ini pandangannya tampak sedikit lebih suram, seperti ada sesuatu yang mengguncang keyakinannya.

"Aku akan memastikan dia tidak merasa terpaksa," katanya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

***

Di apartemen yang hening, hanya suara detak jam dinding yang terdengar samar. Ah Ri berdiri di depan pintu kamar Riin, mengetuk dengan ragu. Ia menarik napas dalam sebelum akhirnya berkata, "Riin~a, bisa kita bicara sebentar?"

Butuh beberapa saat hingga suara langkah kaki terdengar mendekat. Ketika pintu terbuka, wajah Riin tampak jelas di bawah pancaran lampu. Matanya sembab, jejak tangis masih tersisa di pipinya, dan sorot matanya terlihat redup. "Masuklah," ucapnya pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam keheningan.

Ah Ri mengikuti langkah Riin masuk ke dalam kamar yang terasa suram. Tirai jendela tertutup rapat, menyisakan ruangan yang diterangi lampu meja redup. Riin duduk di tepi ranjang dengan bahu tertunduk, sementara Ah Ri menarik kursi kecil di sebelahnya. Mereka terdiam sejenak, hanya terdengar napas pelan dari kedua gadis itu.

Ah Ri akhirnya memecah keheningan, "Aku sudah mendengar semuanya dari Jae Hyun." Nada suaranya lembut namun tegas, mencoba membuka percakapan tanpa menambah tekanan pada sahabatnya.

Riin menoleh cepat, matanya melebar. "Dia jujur padamu soal ide pernikahan kontrak itu?" tanyanya, suaranya tercekat antara kaget dan ragu. Ah Ri mengangguk kecil, ekspresinya serius.

Riin menunduk lagi, menggigit bibir bawahnya seolah menahan sesuatu. "Ah Ri~ya, maafkan aku. Aku tidak ada niatan sedikit pun untuk mencuri perhatiannya atau menggantikan posisimu," katanya dengan suara yang bergetar.

Ah Ri mengerutkan kening, kebingungan. "Kau bicara apa? Apa maksudmu dengan menggantikan posisiku?" tanyanya, jelas tidak mengerti arah pembicaraan Riin.

Riin menarik napas panjang sebelum menjawab. "Sebenarnya... aku sempat mendengar pernyataan cinta Jae Hyun padamu di kantor." kalimat itu meluncur dengan berat, seolah ia mengungkapkan sesuatu yang sudah lama dipendam.

Mendengar penjelasan itu, Ah Ri justru tertawa terbahak. Tawanya memenuhi ruangan, membuat Riin menatapnya kebingungan. "Maaf... maaf," ucap Ah Ri di sela tawanya, "tidak seharusnya aku tertawa di saat seperti ini. Tapi... kau benar-benar salah paham, Riin."

"Apa maksudmu?" tanya Riin, semakin bingung.

Ah Ri menarik napas dalam untuk menenangkan dirinya. "Kau pasti tidak mendengar kelanjutan obrolan kami, kan?"

Riin menggeleng pelan. "Tidak. Aku rasa tidak sopan jika mendengarnya lebih lanjut."

Ah Ri tersenyum kecil, matanya memandang lembut ke arah sahabatnya. "Pantas saja kau jadi salah paham. Aku dan Jae Hyun tidak memiliki hubungan apapun, apalagi seperti yang kau pikirkan. Soal pernyataan cinta itu, kurang lebih sama dengan yang terjadi pada dirimu saat ini."

Riin menatap Ah Ri dengan ekspresi tak percaya. "Apa maksudmu?"

Ah Ri menghela napas sebelum menjelaskan. "Saat itu, Jae Hyun memintaku menjadi kekasihnya karena ingin menghindari perjodohan yang direncanakan orang tuanya. Tapi tentu saja aku menolak. Aku menyukai pria lain, dan Jae Hyun bukan tipeku. Kami sudah saling mengenal terlalu lama, bahkan seperti saudara."

Mendengar penjelasan itu, entah mengapa Riin merasa lega. Perasaan bersalah yang menggumpal di dadanya mulai menguap sedikit demi sedikit. "Apa kalian sudah mengenal sejak lama? Kulihat kau cukup berani membalas setiap ucapannya," ujar Riin, kali ini dengan nada yang lebih santai.

"Iya, kami mengenal sejak masa kuliah. Banyak hal tentang Jae Hyun yang aku tahu, itu sebabnya aku tidak pernah memiliki perasaan apapun terhadapnya," jawab Ah Ri dengan santai. "Riin~a, karena aku sangat mengenal Jae Hyun, aku cukup berani menyarankan padamu untuk menerima pernikahan kontrak itu."

Riin menatap Ah Ri dengan ekspresi terkejut. "Apa Jae Hyun yang memintamu untuk membujukku?"

"Bukan," jawab Ah Ri cepat. "Tadinya aku juga mengajukan protes padanya. Tapi setelah memikirkan situasimu saat ini, aku rasa ini solusi terbaik. Kau baru saja memulai karirmu, dan kesempatan untuk menjadi penulis ada di depan mata. Sayang sekali jika kau harus kehilangan semua itu. Dan yang lebih buruk lagi, kau harus membayar ganti rugi yang besar."

Riin menunduk, merenungi kata-kata Ah Ri. "Ini benar-benar sulit," ucapnya akhirnya. "Baik itu pekerjaan maupun pernikahan... tak pernah sekalipun kubayangkan akan terjadi dengan cara seperti ini."

Ah Ri menggenggam tangan Riin erat, mencoba memberikan kekuatan. "Aku tahu ini tidak mudah. Tapi setidaknya pria itu adalah Jae Hyun. Meskipun tampilan luarnya sangat dingin dan terkesan menyebalkan, dia sebenarnya pria yang sangat baik. Dia memiliki sisi yang lebih hangat daripada yang kau bayangkan. Aku bisa menjamin hal itu."

Riin menatap Ah Ri dengan ragu, hatinya masih diliputi kebimbangan. "Apa menurutmu ini benar-benar keputusan yang tepat?"

Ah Ri mengangguk mantap. "Demi masa depanmu, Riin~a, aku yakin ini langkah yang tidak akan kau sesali. Tapi pada akhirnya, keputusan ada di tanganmu. Apapun yang kau pilih, aku akan selalu mendukungmu."

Kamar itu kembali hening. Di luar, hujan mulai turun perlahan, suara tetesan air yang menghantam kaca jendela menjadi melodi yang menggambarkan kekacauan batin Riin. Ia tahu waktu terus berjalan, dan dua hari yang diberikan Jae Hyun akan segera habis. Namun, hatinya masih terombang-ambing di antara keputusan yang harus diambil dan konsekuensi yang menunggu di depan.

"Kau tahu, Ah Ri~ya," ucap Riin tiba-tiba, suaranya sedikit bergetar, "aku selalu memimpikan pernikahan sebagai momen yang penuh cinta dan kebahagiaan. Bukan seperti ini, sebuah kesepakatan yang terasa begitu dingin dan penuh kompromi."

Ah Ri tersenyum tipis, matanya menatap Riin dengan penuh empati. "Aku mengerti. Tapi mungkin ini adalah jalan yang harus kau tempuh untuk sementara. Tidak semua mimpi bisa dimulai dengan sempurna. Kadang, kita harus melewati jalan berliku untuk mencapai apa yang benar-benar kita inginkan."

Riin mendesah panjang. Kata-kata Ah Ri terasa menenangkan, meskipun hatinya masih berat. Ia tahu bahwa apa yang dikatakan sahabatnya ada benarnya. Jika ia menyerah sekarang, semua yang ia perjuangkan akan hilang begitu saja. Namun, menerima tawaran Jae Hyun berarti melibatkan dirinya dalam sesuatu yang asing dan tak terduga. "Aku butuh waktu untuk memikirkannya," gumamnya akhirnya.

Ah Ri mengangguk, memahami kebimbangan Riin. "Ambillah waktu sebanyak yang kau butuhkan. Tapi jangan terlalu lama, ya. Jae Hyun mungkin tidak sabar menunggu," candanya, mencoba meringankan suasana. Namun, di balik candaan itu, ada kekhawatiran yang tersimpan dalam hatinya.

Di luar, hujan semakin deras, menggema di seluruh apartemen. Cahaya kilat sesekali menerangi langit malam, memberikan suasana yang dramatis pada momen tersebut. Riin duduk diam di tepi ranjang, memandangi jendela yang tertutup tirai. Dalam hatinya, ia tahu bahwa apa pun keputusan yang ia buat, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

***

Episodes
1 Our First Met (1)
2 Our First Met (2)
3 Warm and Cold
4 A Game of Power and Pride (1)
5 A Game Of Power And Pride (2)
6 Unwanted Choises
7 CEO's Little Secret
8 The Accident (1)
9 The Accident (2)
10 Should I Accept It? (1)
11 Should I Accept It? (2)
12 The Contract
13 First Date (1)
14 First Date (2)
15 First Date (3)
16 After The Date
17 Floral and Feelings
18 A Lovely Daughter in Law (1)
19 A Lovely Daughter in Law (2)
20 A Sign of Affection (1)
21 A Sign of Affection (2)
22 A Sign of Affection (3)
23 The Wedding Dress
24 Between Lies and Kindness
25 A Strangers' Familiarity
26 Breaking The Agreement
27 Shattered Mornings
28 The Call That Broke the Silence
29 Unusual Response
30 The Wedding Day
31 A Wedding Draped in Secrets
32 Burning Jealousy
33 The Shadow of a Rival
34 Am I Pregnant?
35 A Father's Promise
36 When Hope Meets Reality
37 Hidden Jealousy
38 Unexpected Responsibility
39 Jealousy Incarnate
40 Shadows of Jealousy
41 His Childish Side
42 The Business Trip Begins
43 Our First Trip
44 A Shared Room, A Shared Heart?
45 The Warmth of His Arms
46 A Husband's Care
47 Among the Pages of Jinbocho
48 Ice Cream Story
49 A Sweet Misstep
50 Pregnancy Test
51 A Kiss Before the Day Unfolds
52 The Ring on His Finger
53 Bittersweet Day
54 The Weight of Secret
55 A Drunken Confession
56 When Words Fail
57 Hidden Truth
58 Mom Knows Everything
59 Echoes of Pain
60 Anxiety Among The Ruins
61 The Secret Revealed
62 A Miracle in The Waiting Room
63 In A Warm Embrace
64 A Night Of Clarity
65 Love Marks That Are Too Obvious
66 The Secret Between Us
67 Duty, Love, and Dreams
68 Whispers in the Editorial Room
69 Fighting With Courage
70 The Sudden Meeting
71 Jealousy Behind The Secret
72 Unspoken Jealousy
73 Uncontrollable Desire
74 The Song That Spoke His Heart
75 Under the Starlit Sky
76 A Wish Under the Falling Star
77 When Secrets Unravel
78 When the CEO Becomes a Big Baby
79 The Unspoken Duel
80 More Than Just a Game
81 Waves Of Jealousy
82 Unspoken Distance
83 A Promise in the Midst of Pain
84 I Can’t Lose You
85 A Cold Celebration
86 A Romantic Surprise
87 Epilog
88 Pemberitahuan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Our First Met (1)
2
Our First Met (2)
3
Warm and Cold
4
A Game of Power and Pride (1)
5
A Game Of Power And Pride (2)
6
Unwanted Choises
7
CEO's Little Secret
8
The Accident (1)
9
The Accident (2)
10
Should I Accept It? (1)
11
Should I Accept It? (2)
12
The Contract
13
First Date (1)
14
First Date (2)
15
First Date (3)
16
After The Date
17
Floral and Feelings
18
A Lovely Daughter in Law (1)
19
A Lovely Daughter in Law (2)
20
A Sign of Affection (1)
21
A Sign of Affection (2)
22
A Sign of Affection (3)
23
The Wedding Dress
24
Between Lies and Kindness
25
A Strangers' Familiarity
26
Breaking The Agreement
27
Shattered Mornings
28
The Call That Broke the Silence
29
Unusual Response
30
The Wedding Day
31
A Wedding Draped in Secrets
32
Burning Jealousy
33
The Shadow of a Rival
34
Am I Pregnant?
35
A Father's Promise
36
When Hope Meets Reality
37
Hidden Jealousy
38
Unexpected Responsibility
39
Jealousy Incarnate
40
Shadows of Jealousy
41
His Childish Side
42
The Business Trip Begins
43
Our First Trip
44
A Shared Room, A Shared Heart?
45
The Warmth of His Arms
46
A Husband's Care
47
Among the Pages of Jinbocho
48
Ice Cream Story
49
A Sweet Misstep
50
Pregnancy Test
51
A Kiss Before the Day Unfolds
52
The Ring on His Finger
53
Bittersweet Day
54
The Weight of Secret
55
A Drunken Confession
56
When Words Fail
57
Hidden Truth
58
Mom Knows Everything
59
Echoes of Pain
60
Anxiety Among The Ruins
61
The Secret Revealed
62
A Miracle in The Waiting Room
63
In A Warm Embrace
64
A Night Of Clarity
65
Love Marks That Are Too Obvious
66
The Secret Between Us
67
Duty, Love, and Dreams
68
Whispers in the Editorial Room
69
Fighting With Courage
70
The Sudden Meeting
71
Jealousy Behind The Secret
72
Unspoken Jealousy
73
Uncontrollable Desire
74
The Song That Spoke His Heart
75
Under the Starlit Sky
76
A Wish Under the Falling Star
77
When Secrets Unravel
78
When the CEO Becomes a Big Baby
79
The Unspoken Duel
80
More Than Just a Game
81
Waves Of Jealousy
82
Unspoken Distance
83
A Promise in the Midst of Pain
84
I Can’t Lose You
85
A Cold Celebration
86
A Romantic Surprise
87
Epilog
88
Pemberitahuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!