Should I Accept It? (1)

Ruangan kantor Jae Hyun, yang biasanya menjadi tempat bekerja dengan suasana profesional, kini terasa lebih berat, hampir sesak. Dinding berwarna netral yang dihiasi dengan lukisan abstrak dan meja kayu besar di tengah ruangan tampak seperti saksi bisu dari percakapan yang tidak biasa. Di seberang meja, Riin duduk dengan tatapan penuh kebingungan dan perasaan campur aduk.

“Menikahlah denganku!” Suara Jae Hyun memecah keheningan. Kata-kata itu sederhana, namun dampaknya seperti petir di siang bolong bagi Riin. Ia memandang pria itu dengan mata membelalak, mencoba memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

“Maaf, tapi saya masih tidak mengerti dengan maksud Anda. Apa hubungannya pernikahan dengan masalah ini?” tanya Riin dengan nada yang menuntut penjelasan. Suaranya bergetar, mencerminkan kebingungan dan ketidakpercayaannya.

Jae Hyun menghela napas pelan, seolah mencoba menenangkan diri sebelum memberikan jawaban. Ia lalu menegakkan tubuhnya, tatapannya serius dan dingin seperti biasanya. “Akan aku jelaskan langsung ke inti permasalahanku. Aku diminta untuk segera membawa kekasihku dan menikah. Jika tidak, maka orang tuaku akan memaksaku untuk mengikuti perjodohan. Dan aku tentu tidak menyukai hal itu,” jelasnya dengan nada tegas.

Riin masih memandangnya dengan ragu, berusaha memahami situasi ini. “Kalau begitu Anda hanya perlu membawa kekasih Anda. Kenapa justru menawarkan sebuah pernikahan pada saya?” tanyanya, nada suaranya semakin tajam.

Jae Hyun menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan sikap santai namun tetap memancarkan aura otoritas. “Jika aku memiliki kekasih, apa kau pikir penawaran ini masih aku ajukan padamu?” balasnya. Ada nada sinis yang tersirat, tetapi juga kejujuran dalam suaranya.

Riin terdiam, mencoba mencerna ucapan itu. Pikirannya melayang sejenak. ‘Apa itu artinya Ah Ri menolaknya?’ pikirnya. Tapi ia segera menggelengkan kepala. Bukan saatnya memikirkan hal itu. Karir dan masa depannya sedang berada di ujung tanduk, dan ia tidak ingin fokusnya teralihkan.

“Sajangnim, pernikahan adalah sesuatu yang sangat penting. Anda tidak bisa menunjuk sembarang orang untuk menikah,” ucap Riin dengan nada yang lebih tegas. Ia berusaha menekan perasaan takut dan kebingungannya.

Jae Hyun menatapnya tajam, bibirnya melengkung sedikit, menciptakan ekspresi dingin yang biasa. “Ini hanya pernikahan kontrak,” ujarnya santai, seolah-olah ucapan itu adalah hal paling wajar di dunia. “Menikahlah denganku selama dua tahun. Dengan begitu, aku anggap kau telah membayar semua kerugian perusahaan akibat kecerobohanmu hari ini. Dan yang paling penting, kau masih bisa tetap bekerja di perusahaan ini.”

Pernyataan itu membuat Riin semakin bingung. “Maaf, tapi aku semakin tidak mengerti jalan pikiran Anda. Apa Anda sedang memanfaatkan kesulitan saya saat ini demi kepentingan pribadi Anda?” nada suaranya kini penuh kekecewaan.

“Hei, yang membutuhkan jalan keluar saat ini bukan hanya aku,” balas Jae Hyun cepat. Nada suaranya terdengar sedikit defensif. Ia tidak terima jika dianggap sedang memanfaatkan keadaan. Baginya, ini adalah solusi terbaik untuk mereka berdua. “Kuberi kau waktu dua hari. Kau terima tawaranku atau kau berhenti dari perusahaan ini,” lanjutnya, kali ini dengan nada yang lebih tegas, hampir seperti ultimatum.

Riin menatapnya dengan mata yang mulai berair. “Dua hari? Apakah itu tidak terlalu cepat? Ini juga berkaitan dengan masa depanku. Aku tidak bisa mengambil keputusan secepat itu,” jawabnya dengan nada penuh emosi.

Jae Hyun terdiam sejenak, seolah mencoba mencari cara untuk membuat gadis itu mau bekerja sama. “Aku tidak memiliki banyak waktu,” katanya akhirnya. Ia memandang Riin dengan tatapan yang lebih lembut, meskipun hanya sedikit. “Selain kau terbebas dari ganti rugi dan risiko kehilangan pekerjaan, aku juga akan memberikan kompensasi yang tinggi setelah kontrak pernikahan selesai,” tambahnya, mencoba membujuk.

Riin menggigit bibir bawahnya, menahan air mata yang kini mulai mengalir. Ia merasa tertekan, dipermainkan oleh keadaan, dan terjebak dalam situasi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. “Ini bukan soal uang!” serunya, suaranya meninggi, mencerminkan semua frustrasi yang ia rasakan.

Jae Hyun terdiam, tidak menyangka respons emosional itu. Ia menatap Riin dengan pandangan yang sulit ditebak, ada sedikit penyesalan di sana. “Riin-ssi, ini juga bukan hal yang mudah bagiku. Tapi aku mohon, pikirkanlah kembali dalam dua hari ke depan,” katanya, nada suaranya lebih lembut, hampir seperti permohonan.

Riin tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan, lalu berdiri dari kursinya dan berjalan keluar ruangan. Air matanya masih mengalir, tetapi ia mencoba menegakkan kepala. Di luar, ia berhenti sejenak, memejamkan mata, dan mengambil napas dalam-dalam.

“Apa yang harus kulakukan?” gumamnya lirih, sebelum melangkah pergi dengan perasaan yang campur aduk. Keputusan besar menanti, dan waktu terus berjalan.

***

Kim Seon Ho dan Shin Ah Ri tengah menunggu di meja kerja Riin saat gadis itu kembali dari ruangan Cho Jae Hyun. Ruang kantor itu penuh dengan ketegangan. Cahaya lampu yang memantul di meja kaca menambah kesan dingin, sementara suara AC yang mendengung pelan seolah mempertegas kesunyian yang mencekam. Gadis itu nampak muram, melangkah lesu dengan sisa air mata yang membekas di wajahnya. Seon Ho dan Ah Ri, yang sebelumnya berbincang pelan, langsung terdiam saat melihat kondisi Riin.

"Riin~a, bagaimana?" tanya Ah Ri lembut, kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya

"Sajangnim tidak memecatmu, kan?" Seon Ho ikut bertanya dengan nada cemas.

Riin menggeleng pelan sebagai jawaban, seraya terduduk lemas di kursi kerjanya. Pandangannya kosong, seolah seluruh tenaga telah terserap habis oleh pertemuannya dengan Jae Hyun. Pikirannya terus saja mengulang-ulang kalimat yang Jae Hyun ucapkan padanya. Dua pilihan sulit kini tergambar jelas dalam benaknya, seperti jalan buntu tanpa cahaya di ujungnya. Ia berulang kali merutuki dirinya sendiri. Jika saja tadi ia lebih teliti, jika saja ia tidak ceroboh, mungkin ia tidak akan berada dalam situasi ini.

"Riin-ssi, ada apa? Jika Sajangnim tidak memecatmu, kenapa kau terlihat murung seperti itu?" tanya Seon Ho, wajahnya penuh kekhawatiran.

Riin hanya menghela napas berat. Ia tak tahu harus memulai dari mana, atau bahkan apakah ia harus menceritakan semuanya. Tatapannya jatuh ke lantai, menghindari mata Seon Ho dan Ah Ri. "Sajangnim... memberiku pilihan lain. Hanya saja... hal itu terlalu sulit," ujarnya, nyaris seperti bisikan.

"Memangnya apa yang ia tawarkan?" kali ini Ah Ri yang bertanya, rasa penasaran terlihat jelas di matanya. Ia merasa ada sesuatu yang besar sedang terjadi.

Riin menatap Ah Ri sejenak. Ada rasa bersalah yang menggantung di hatinya. Meskipun Jae Hyun yang menawarkan pernikahan, ia merasa seperti merebut sesuatu yang bukan miliknya. Ia tahu perasaan Jae Hyun pada Ah Ri, dan ia tak ingin menjadi penghalang. Tapi bagaimana ia bisa menjelaskan hal ini? Bagaimana ia bisa mengatakan bahwa ia mungkin harus menikahi pria yang_mungkin saja_mencintai sahabatnya? "Bukan apa-apa. Biar aku yang memutuskannya sendiri nanti," jawab Riin akhirnya, suaranya penuh keraguan. Ia lalu menundukkan pandangannya, mencoba menghindari tatapan keduanya.

"Apa Sajangnim menindasmu?" Seon Ho nampak mulai kehabisan kesabaran. Ia tak tega melihat Riin menanggung beban sendirian. Ia juga merasa bertanggung jawab atas kesalahan yang terjadi hari ini. Ia tahu, jika saja ia bisa lebih sigap membantu, mungkin Riin tak akan berada dalam situasi ini. "Jika kau tak bisa mengatakannya, aku sendiri yang akan menanyakannya pada Sajangnim."

Ah Ri dengan cekatan menahan tubuh Seon Ho yang hendak berdiri. "Jangan gila! Apapun yang kau lakukan saat ini justru akan semakin memperburuk keadaan. Kau tahu bagaimana Cho Jae Hyun saat marah, bukan?"

"Tapi kita juga tak bisa tinggal diam. Riin tak bisa sepenuhnya disalahkan," protes Seon Ho, nada suaranya mencerminkan rasa frustrasi.

"Biar aku yang bicara pada Sajangnim," ujar Ah Ri dengan tegas, mencoba mengambil kendali. "Aku mohon, jangan bertindak gegabah, atau kau akan semakin membuat Riin berada dalam posisi yang sulit."

Seon Ho menggerutu pelan, tapi akhirnya menurut. Ia kembali duduk, meskipun tatapannya masih menunjukkan rasa tidak puas. Riin, yang sedari tadi hanya diam, mengangkat wajahnya perlahan. Matanya yang merah karena menangis menatap mereka dengan rasa terima kasih yang tak terucapkan. Namun di dalam hatinya, ia tahu ini adalah masalah yang harus ia selesaikan sendiri.

***

Episodes
1 Our First Met (1)
2 Our First Met (2)
3 Warm and Cold
4 A Game of Power and Pride (1)
5 A Game Of Power And Pride (2)
6 Unwanted Choises
7 CEO's Little Secret
8 The Accident (1)
9 The Accident (2)
10 Should I Accept It? (1)
11 Should I Accept It? (2)
12 The Contract
13 First Date (1)
14 First Date (2)
15 First Date (3)
16 After The Date
17 Floral and Feelings
18 A Lovely Daughter in Law (1)
19 A Lovely Daughter in Law (2)
20 A Sign of Affection (1)
21 A Sign of Affection (2)
22 A Sign of Affection (3)
23 The Wedding Dress
24 Between Lies and Kindness
25 A Strangers' Familiarity
26 Breaking The Agreement
27 Shattered Mornings
28 The Call That Broke the Silence
29 Unusual Response
30 The Wedding Day
31 A Wedding Draped in Secrets
32 Burning Jealousy
33 The Shadow of a Rival
34 Am I Pregnant?
35 A Father's Promise
36 When Hope Meets Reality
37 Hidden Jealousy
38 Unexpected Responsibility
39 Jealousy Incarnate
40 Shadows of Jealousy
41 His Childish Side
42 The Business Trip Begins
43 Our First Trip
44 A Shared Room, A Shared Heart?
45 The Warmth of His Arms
46 A Husband's Care
47 Among the Pages of Jinbocho
48 Ice Cream Story
49 A Sweet Misstep
50 Pregnancy Test
51 A Kiss Before the Day Unfolds
52 The Ring on His Finger
53 Bittersweet Day
54 The Weight of Secret
55 A Drunken Confession
56 When Words Fail
57 Hidden Truth
58 Mom Knows Everything
59 Echoes of Pain
60 Anxiety Among The Ruins
61 The Secret Revealed
62 A Miracle in The Waiting Room
63 In A Warm Embrace
64 A Night Of Clarity
65 Love Marks That Are Too Obvious
66 The Secret Between Us
67 Duty, Love, and Dreams
68 Whispers in the Editorial Room
69 Fighting With Courage
70 The Sudden Meeting
71 Jealousy Behind The Secret
72 Unspoken Jealousy
73 Uncontrollable Desire
74 The Song That Spoke His Heart
75 Under the Starlit Sky
76 A Wish Under the Falling Star
77 When Secrets Unravel
78 When the CEO Becomes a Big Baby
79 The Unspoken Duel
80 More Than Just a Game
81 Waves Of Jealousy
82 Unspoken Distance
83 A Promise in the Midst of Pain
84 I Can’t Lose You
85 A Cold Celebration
86 A Romantic Surprise
87 Epilog
88 Pemberitahuan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Our First Met (1)
2
Our First Met (2)
3
Warm and Cold
4
A Game of Power and Pride (1)
5
A Game Of Power And Pride (2)
6
Unwanted Choises
7
CEO's Little Secret
8
The Accident (1)
9
The Accident (2)
10
Should I Accept It? (1)
11
Should I Accept It? (2)
12
The Contract
13
First Date (1)
14
First Date (2)
15
First Date (3)
16
After The Date
17
Floral and Feelings
18
A Lovely Daughter in Law (1)
19
A Lovely Daughter in Law (2)
20
A Sign of Affection (1)
21
A Sign of Affection (2)
22
A Sign of Affection (3)
23
The Wedding Dress
24
Between Lies and Kindness
25
A Strangers' Familiarity
26
Breaking The Agreement
27
Shattered Mornings
28
The Call That Broke the Silence
29
Unusual Response
30
The Wedding Day
31
A Wedding Draped in Secrets
32
Burning Jealousy
33
The Shadow of a Rival
34
Am I Pregnant?
35
A Father's Promise
36
When Hope Meets Reality
37
Hidden Jealousy
38
Unexpected Responsibility
39
Jealousy Incarnate
40
Shadows of Jealousy
41
His Childish Side
42
The Business Trip Begins
43
Our First Trip
44
A Shared Room, A Shared Heart?
45
The Warmth of His Arms
46
A Husband's Care
47
Among the Pages of Jinbocho
48
Ice Cream Story
49
A Sweet Misstep
50
Pregnancy Test
51
A Kiss Before the Day Unfolds
52
The Ring on His Finger
53
Bittersweet Day
54
The Weight of Secret
55
A Drunken Confession
56
When Words Fail
57
Hidden Truth
58
Mom Knows Everything
59
Echoes of Pain
60
Anxiety Among The Ruins
61
The Secret Revealed
62
A Miracle in The Waiting Room
63
In A Warm Embrace
64
A Night Of Clarity
65
Love Marks That Are Too Obvious
66
The Secret Between Us
67
Duty, Love, and Dreams
68
Whispers in the Editorial Room
69
Fighting With Courage
70
The Sudden Meeting
71
Jealousy Behind The Secret
72
Unspoken Jealousy
73
Uncontrollable Desire
74
The Song That Spoke His Heart
75
Under the Starlit Sky
76
A Wish Under the Falling Star
77
When Secrets Unravel
78
When the CEO Becomes a Big Baby
79
The Unspoken Duel
80
More Than Just a Game
81
Waves Of Jealousy
82
Unspoken Distance
83
A Promise in the Midst of Pain
84
I Can’t Lose You
85
A Cold Celebration
86
A Romantic Surprise
87
Epilog
88
Pemberitahuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!