The Accident (2)

Seon Ho baru saja tiba di kantor ketika melihat Riin keluar dari ruangan Jae Hyun. Ada rasa lega di wajahnya yang lelah setelah terjebak kemacetan selama berjam-jam, tetapi itu segera berubah menjadi keterkejutan saat ia melihat amplop cokelat besar yang seharusnya sudah dikirim ke percetakan masih tergeletak di atas mejanya. Ia memandang amplop itu, lalu beralih menatap Riin yang berjalan mendekat.

“Riin-ssi, apa kau belum mengirim sample bukunya?” tanyanya, memastikan.

Riin, yang masih sedikit terguncang oleh pertemuan intens dengan Jae Hyun, mencoba menenangkan dirinya. Ia mengangguk dengan yakin. “Sudah. Mereka bahkan sudah menerimanya dan akan langsung memulai produksi,” jawabnya tanpa ragu.

Namun, jawaban itu membuat Seon Ho semakin bingung. Ia mengambil amplop cokelat di mejanya, menunjukkannya kepada Riin. “Lalu, apa ini?” tanyanya, nadanya kini penuh kecemasan.

Riin menatap amplop itu dan matanya membelalak saat membaca judul buku yang tertera di bagian depan. “Tidak mungkin,” gumamnya, wajahnya berubah pucat. “Jangan-jangan...”

“Bukankah aku sudah memintamu memperhatikan apa yang tertulis di amplop ini?” tegur Seon Ho, meskipun nada suaranya lebih terdengar putus asa daripada marah.

Riin menelan ludah, merasa tenggorokannya kering. “Ma... maafkan aku. Tadi aku sangat terburu-buru sehingga tidak fokus dan tidak mengecek ulang,” katanya dengan suara pelan, hampir seperti bisikan. Ada rasa panik yang mulai merayap di hatinya.

Seonho tidak membalas. Ia segera meraih ponselnya dan menghubungi pihak percetakan. Tangannya gemetar saat menekan tombol panggilan. Setelah beberapa saat berbicara dengan pihak percetakan, ia menutup telepon dengan wajah yang terlihat jauh lebih suram.

“Produksi sudah dimulai. Habislah aku,” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Riin. Ia terduduk lemas di kursinya, kedua tangannya menutupi wajahnya.

“Editor Kim, aku benar-benar minta maaf,” kata Riin, suaranya bergetar. Rasa bersalah memenuhi dirinya, seperti beban berat yang menghimpit dada.

Seon Ho menatap Riin dengan pandangan yang lebih lembut dari yang ia duga. “Ini bukan sepenuhnya salahmu,” ujarnya, mencoba menenangkan suasana. “Aku yang terlalu tergesa-gesa meminta bantuanmu tanpa memberikan penjelasan lebih rinci. Seharusnya aku memastikan semuanya lebih dahulu. Jadi, jangan menyalahkan dirimu sendiri.”

Namun, suasana yang sedikit melunak itu langsung tegang kembali ketika Jae Hyun muncul di lorong. Pria itu berjalan mendekat dengan ekspresi yang sulit diartikan, tetapi sorot matanya tajam seperti elang yang mengintai mangsa. “Ada apa ini?” tanyanya, nada suaranya dingin dan tegas.

Seon Ho segera berdiri, meskipun lututnya terasa lemas. Ia menjelaskan insiden yang terjadi dengan suara yang sedikit terbata, berusaha sebaik mungkin untuk tidak membuat situasi semakin buruk. Jae Hyun mendengarkan dengan ekspresi yang semakin gelap. Matanya berkilat marah, dan kedua tangannya terkepal erat di sisinya.

“Kalian,” ujarnya dengan nada rendah yang mengerikan, “masuk ke ruanganku sekarang.”

Perintah itu sederhana, tetapi intonasinya membuat keduanya merasa seperti tertuduh di hadapan hakim. Riin dan Seon Ho saling bertukar pandang sebelum mengikuti Jae Hyun yang sudah lebih dulu masuk ke ruangannya. Ruangan itu terasa lebih dingin daripada biasanya, seolah-olah amarah Jae Hyun menciptakan suasana yang mencekam.

***

Seon Ho, Riin, dan Ah Ri berdiri kaku di hadapan Jae Hyun di ruang kerjanya. Dinding kaca besar di belakang pria itu memperlihatkan pemandangan kota Seoul yang sibuk, kontras dengan suasana ruang yang mencekam. Jae Hyun duduk di kursinya, tangan terlipat di dada, tatapannya tajam menusuk ketiga pegawainya. Seon Ho mengusap tengkuknya gugup, Riin menunduk dengan air mata yang mulai menggenang, sementara Ah Ri berdiri dengan ekspresi tegang tetapi berusaha tetap tenang.

“Baik, Seon Ho-ssi, jelaskan sekali lagi apa yang terjadi,” kata Jae Hyun, suaranya rendah tapi sarat emosi yang ditahan.

Seon Ho menarik napas panjang. “Sajangnim, ini kesalahan saya. Saya seharusnya memastikan bahwa Riin-ssi memeriksa amplopnya dengan benar. Saya terlalu terburu-buru karena kemacetan, dan tidak memberikan instruksi yang cukup jelas. Jadi, jika Anda ingin menyalahkan seseorang, salahkan saya.”

Jae Hyun mendengus dingin, matanya memicing tajam ke arah Seon Ho. “Kau pikir itu alasan yang cukup? Kau adalah editor senior, Seon Ho-ssi. Tanggung jawabmu bukan hanya memberi instruksi, tapi juga memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Dan sekarang, kita menghadapi potensi kerugian besar!”

“Apa kalian tahu betapa seriusnya kesalahan ini?” tanyanya, suaranya tetap tenang tetapi memancarkan kemarahan yang terpendam.

Seon Ho mengangguk pelan. “Ini salahku, Sajangnim. Saya yang memberikan instruksi terlalu terburu-buru dan tidak memastikan bahwa semuanya berjalan dengan benar. Jadi, mohon jangan menyalahkan Riin sepenuhnya,” katanya dengan nada penuh penyesalan.

Seonho tertunduk, kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. “Saya akan menanggung konsekuensinya, Sajangnim."

Jae Hyun bangkit berdiri, langkahnya menghentak ke depan meja kerjanya. "Bagaimana caranya? Dengan memotong gajimu?! Lantas butuh berapa tahun bagimu untuk melunasinya?!" Ia menunjuk Seon Ho dengan tajam. “Kau pikir perusahaan ini bisa berjalan hanya dengan rasa tanggung jawab yang setengah setengah?! Gajimu tidak sebanding dengan kerugian yang kita alami jika produksi buku ini gagal tepat waktu!”

Jae Hyun mengalihkan pandangannya ke arah Riin. “Dan kau? Apa kau bahkan tidak berpikir untuk memeriksa ulang sebelum menyerahkan sesuatu yang sepenting ini?” tanyanya tajam.

Riin menggigit bibir bawahnya, merasa terpojok. “Saya benar-benar minta maaf, Sajangnim. Saya tahu saya seharusnya lebih teliti,” katanya dengan suara yang hampir pecah.

“Kau pikir dengan minta maaf, semuanya akan selesai?” Jae Hyun menatapnya tajam, suaranya naik satu oktaf. “Aku baru saja memuji kualitas kerjamu beberapa menit lalu, tapi sekarang kau membuktikan bahwa aku salah besar! Bagaimana bisa kau secereboh ini?!”

Seon Ho melangkah maju sedikit, mencoba melindungi Riin. “Sajangnim, sekali lagi, ini tanggung jawab saya. Sebagai editor, saya seharusnya tidak menyerahkan tugas ini begitu saja tanpa memastikan semuanya sesuai. Jika ada hukuman, saya siap menerimanya.”

Ah Ri, yang sejak tadi diam, mencoba menenangkan situasi. “Sajangnim, meskipun ini masalah besar, mungkin kita bisa mencari solusi tanpa melibatkan langkah ekstrem. Kita masih punya waktu untuk memproduksi ulang buku yang benar, meski mungkin butuh negosiasi tambahan dengan pihak percetakan.”

Jae Hyun menoleh ke arah Ah Ri, rahangnya mengeras. “Kau pikir pihak percetakan akan dengan senang hati mengubah jadwal mereka hanya demi kita? Dan biaya tambahan untuk itu, siapa yang akan menanggung?!”

Ah Ri terdiam, tak mampu menjawab.

Ponsel Jae Hyun tiba-tiba berbunyi. Dia melirik layar, dan melihat pesan dari ibunya: 'Jangan lupa perjanjian kita. Kau harus membawa calon istrimu pada pertemuan keluarga bulan depan.' Mata Jae Hyun menyipit, pikirannya berputar cepat. Dia memijat pelipisnya dengan frustasi, lalu mendadak sebuah ide muncul di benaknya.

Dia menurunkan tangannya, matanya kembali menatap ketiganya. “Seonho, Ah Ri, keluar. Riin tetap di sini.”

Seon Ho mengangkat tangannya, mencoba membela Riin lagi untuk kesekian kalinya. “Tapi Sajangnim, ini bukan hanya kesalahan Riin. Saya juga bertanggung jawab. Jika Anda ingin menghukum seseorang, hukum saya juga.”

Jae Hyun melayangkan tatapan tajam. “Keluar. Sekarang.”

Ah Ri menyentuh lengan Seon Ho, memberikan isyarat agar dia menurut. Dengan berat hati, Seon Ho dan Ah Ri keluar meninggalkan ruangan, sementara Riin tetap berdiri di tempatnya.

***

Jae Hyun berjalan kembali ke kursinya dan duduk dengan posisi santai, meski ekspresinya masih tajam. Riin berdiri di hadapannya dengan kepala tertunduk, kedua tangannya gemetar di sisi tubuhnya.

“Duduk,” perintah Jae Hyun singkat.

Riin menurut, meski tubuhnya terasa lemas. Ia duduk di kursi dengan punggung kaku, mencoba menahan tangisnya.

“Mari kita selesaikan masalah ini dengan cepat,” kata Jae Hyun, suaranya dingin dan terukur.

Riin mengangkat kepalanya perlahan, wajahnya penuh kecemasan. “Apa… apa Anda akan memecat saya?”

Jae Hyun menatapnya tanpa ekspresi, lalu bersandar di kursinya. “Itu tergantung pada pilihanmu.”

Riin mengerutkan kening, bingung dengan ucapannya. “Pilihan apa, Sajangnim?”

Jae Hyun menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. “Aku membutuhkan bantuan. Jika kau setuju, maka masalah ini selesai, dan kau bisa tetap bekerja di sini tanpa perlu menanggung kerugian.”

Riin menelan ludah, suaranya keluar nyaris seperti bisikan. “Bantuan apa yang Anda maksud?”

Jae Hyun mencondongkan tubuhnya ke depan, menatapnya dalam-dalam. “Menikahlah denganku.”

***

Episodes
1 Our First Met (1)
2 Our First Met (2)
3 Warm and Cold
4 A Game of Power and Pride (1)
5 A Game Of Power And Pride (2)
6 Unwanted Choises
7 CEO's Little Secret
8 The Accident (1)
9 The Accident (2)
10 Should I Accept It? (1)
11 Should I Accept It? (2)
12 The Contract
13 First Date (1)
14 First Date (2)
15 First Date (3)
16 After The Date
17 Floral and Feelings
18 A Lovely Daughter in Law (1)
19 A Lovely Daughter in Law (2)
20 A Sign of Affection (1)
21 A Sign of Affection (2)
22 A Sign of Affection (3)
23 The Wedding Dress
24 Between Lies and Kindness
25 A Strangers' Familiarity
26 Breaking The Agreement
27 Shattered Mornings
28 The Call That Broke the Silence
29 Unusual Response
30 The Wedding Day
31 A Wedding Draped in Secrets
32 Burning Jealousy
33 The Shadow of a Rival
34 Am I Pregnant?
35 A Father's Promise
36 When Hope Meets Reality
37 Hidden Jealousy
38 Unexpected Responsibility
39 Jealousy Incarnate
40 Shadows of Jealousy
41 His Childish Side
42 The Business Trip Begins
43 Our First Trip
44 A Shared Room, A Shared Heart?
45 The Warmth of His Arms
46 A Husband's Care
47 Among the Pages of Jinbocho
48 Ice Cream Story
49 A Sweet Misstep
50 Pregnancy Test
51 A Kiss Before the Day Unfolds
52 The Ring on His Finger
53 Bittersweet Day
54 The Weight of Secret
55 A Drunken Confession
56 When Words Fail
57 Hidden Truth
58 Mom Knows Everything
59 Echoes of Pain
60 Anxiety Among The Ruins
61 The Secret Revealed
62 A Miracle in The Waiting Room
63 In A Warm Embrace
64 A Night Of Clarity
65 Love Marks That Are Too Obvious
66 The Secret Between Us
67 Duty, Love, and Dreams
68 Whispers in the Editorial Room
69 Fighting With Courage
70 The Sudden Meeting
71 Jealousy Behind The Secret
72 Unspoken Jealousy
73 Uncontrollable Desire
74 The Song That Spoke His Heart
75 Under the Starlit Sky
76 A Wish Under the Falling Star
77 When Secrets Unravel
78 When the CEO Becomes a Big Baby
79 The Unspoken Duel
80 More Than Just a Game
81 Waves Of Jealousy
82 Unspoken Distance
83 A Promise in the Midst of Pain
84 I Can’t Lose You
85 A Cold Celebration
86 A Romantic Surprise
87 Epilog
88 Pemberitahuan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Our First Met (1)
2
Our First Met (2)
3
Warm and Cold
4
A Game of Power and Pride (1)
5
A Game Of Power And Pride (2)
6
Unwanted Choises
7
CEO's Little Secret
8
The Accident (1)
9
The Accident (2)
10
Should I Accept It? (1)
11
Should I Accept It? (2)
12
The Contract
13
First Date (1)
14
First Date (2)
15
First Date (3)
16
After The Date
17
Floral and Feelings
18
A Lovely Daughter in Law (1)
19
A Lovely Daughter in Law (2)
20
A Sign of Affection (1)
21
A Sign of Affection (2)
22
A Sign of Affection (3)
23
The Wedding Dress
24
Between Lies and Kindness
25
A Strangers' Familiarity
26
Breaking The Agreement
27
Shattered Mornings
28
The Call That Broke the Silence
29
Unusual Response
30
The Wedding Day
31
A Wedding Draped in Secrets
32
Burning Jealousy
33
The Shadow of a Rival
34
Am I Pregnant?
35
A Father's Promise
36
When Hope Meets Reality
37
Hidden Jealousy
38
Unexpected Responsibility
39
Jealousy Incarnate
40
Shadows of Jealousy
41
His Childish Side
42
The Business Trip Begins
43
Our First Trip
44
A Shared Room, A Shared Heart?
45
The Warmth of His Arms
46
A Husband's Care
47
Among the Pages of Jinbocho
48
Ice Cream Story
49
A Sweet Misstep
50
Pregnancy Test
51
A Kiss Before the Day Unfolds
52
The Ring on His Finger
53
Bittersweet Day
54
The Weight of Secret
55
A Drunken Confession
56
When Words Fail
57
Hidden Truth
58
Mom Knows Everything
59
Echoes of Pain
60
Anxiety Among The Ruins
61
The Secret Revealed
62
A Miracle in The Waiting Room
63
In A Warm Embrace
64
A Night Of Clarity
65
Love Marks That Are Too Obvious
66
The Secret Between Us
67
Duty, Love, and Dreams
68
Whispers in the Editorial Room
69
Fighting With Courage
70
The Sudden Meeting
71
Jealousy Behind The Secret
72
Unspoken Jealousy
73
Uncontrollable Desire
74
The Song That Spoke His Heart
75
Under the Starlit Sky
76
A Wish Under the Falling Star
77
When Secrets Unravel
78
When the CEO Becomes a Big Baby
79
The Unspoken Duel
80
More Than Just a Game
81
Waves Of Jealousy
82
Unspoken Distance
83
A Promise in the Midst of Pain
84
I Can’t Lose You
85
A Cold Celebration
86
A Romantic Surprise
87
Epilog
88
Pemberitahuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!