The Accident (1)

Riin menghela napas panjang saat ia duduk kembali di kursi kerjanya. Suara keyboard yang berderak pelan mengiringi langkah pikirannya yang terus saja melayang ke arah lain. Ia mencoba mengalihkan perhatian ke layar komputer di depannya, tetapi bayangan Cho Jae Hyun yang murung terus mengganggu. Wajah pria itu tadi benar-benar terlihat lelah, seperti seseorang yang baru saja menghadapi kenyataan pahit.

“Kenapa aku memikirkan ini?” gumamnya dengan nada kesal pada diri sendiri. Ia bahkan tidak seharusnya mencampuri urusan pribadi mereka, meskipun hubungannya dengan Ah Ri cukup dekat. Namun, saat tadi mendengar Jae Hyun meminta Ah Ri untuk menjadi kekasihnya, pikirannya tak bisa berhenti memutar-mutar kejadian itu. Kedekatannya dengan Ah Ri membuatnya semakin sulit mengabaikan apa yang terjadi, meskipun ia memilih untuk segera pergi dan tidak mendengar kelanjutan pembicaraan mereka.

Sementara itu, di sisi lain kantor, suasana terasa normal. Para karyawan sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Lantunan musik instrumental yang samar dari speaker ruangan memberikan nuansa tenang, meski sesekali dipecahkan oleh dering telepon atau bunyi langkah kaki yang terburu-buru. Jendela besar di dekat meja Riin memamerkan pemandangan kota Seoul yang padat. Gedung-gedung tinggi berdiri kokoh di bawah langit biru musim semi.

“Ayolah, fokus,” Riin bergumam lagi, mencoba mengusir pikirannya yang mengganggu. Namun usahanya terhenti saat ponselnya berdering. Nama Editor Kim tertera di layar. Riin segera menjawab, suaranya sedikit ceria untuk menutupi kekacauan pikirannya.

“Riin-ssi, apa kau sedang sibuk?” Suara Seon Ho terdengar tergesa-gesa namun tetap sopan.

“Tidak, aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku. Ada apa?”

“Aku terjebak di kemacetan. Bisakah kau bantu aku menyerahkan sampel buku baru ke pihak percetakan? Ini sangat mendesak.” Nada suaranya penuh harap, nyaris seperti permohonan.

“Baiklah,” jawab Riin tanpa ragu. “Di mana kau meletakkan sampelnya?”

“Ada di mejaku, dua amplop besar cokelat. Judul buku yang akan terbit bulan depan sudah tertulis di bagian depan amplop. Kau tahu judulnya, kan?”

“Ya, aku tahu. Aku akan segera mencarinya dan menyerahkannya ke percetakan,” Riin memastikan dengan nada yakin.

“Terima kasih, Riin-ssi. Nanti aku traktir makan sebagai balasan.” Seon Ho terdengar lega.

“Ah, tak perlu sungkan. Sudah sewajarnya aku membantumu,” kata Riin sebelum menutup panggilan. Ia segera bangkit dan menuju meja kerja Seon Ho yang berada di sisi lain ruangan.

Di meja Seon Ho, dua amplop besar cokelat tergeletak rapi di sudut meja. Amplop tersebut tampak biasa saja, tetapi di dalamnya tentu menyimpan naskah-naskah yang akan menjadi karya besar. Sebelum sempat memeriksa amplop-amplop itu lebih teliti, suara nyaring memanggil namanya dari belakang.

“Riin~a!” Suara Ah Ri terdengar ceria, membuat Riin menoleh.

“Ada apa?” Riin bertanya, mencoba menyembunyikan rasa terganggu yang tiba-tiba muncul. Entah kenapa, melihat Ah Ri yang terlihat santai membuatnya sedikit canggung tanpa alasan jelas.

“Kudengar dari Seonho kalau kau yang akan menyerahkan sampel novel baru?”

“Iya, aku sedang mengambilnya sekarang,” jawab Riin sambil menunjuk amplop di meja.

Ah Ri tersenyum, senyuman khasnya yang selalu terlihat ringan. “Kalau begitu cepat antarkan. Setelah kau kembali, datanglah ke ruangan sajangnim. Dia bilang ada masalah pekerjaan yang ingin dibicarakan denganmu. Jangan sampai terlambat.”

Riin mengangguk kecil. “Baiklah.” Ia segera mengambil salah satu amplop tanpa memeriksanya lebih lanjut dan bergegas keluar.

***

Pintu ruang kerja Jae Hyun diketuk pelan, suara ketukan itu teredam oleh kesunyian kantor yang hanya diiringi bunyi jam dinding yang berdetak lambat. Dari balik pintu, suara berat Jae Hyun terdengar, “Masuk.” Nada suaranya tenang, namun selalu ada aura otoritas yang membuat siapa pun ragu untuk terlalu santai di hadapannya.

Riin membuka pintu dan melangkah masuk, sedikit gugup namun berusaha mempertahankan sikap tenangnya. Ia tahu Jae Hyun bukan tipe pria yang mudah didekati. Suasana ruangannya terasa dingin, baik karena pendingin ruangan yang diatur sedikit terlalu rendah maupun karena dominasi warna abu-abu dan hitam di setiap sudutnya. Sebuah rak buku besar menghiasi sisi kanan ruangan, penuh dengan buku-buku tentang manajemen dan karya sastra klasik, yang tampaknya tidak sekadar pajangan.

“Duduk,” ujar Jae Hyun sambil melirik Riin sekilas, isyarat tangan sederhana menyuruhnya mendekat. Riin menurut, menarik kursi di depan meja kerja besar pria itu. Permukaan meja rapi, hanya ada satu set komputer, dan beberapa dokumen yang tersusun rapi.

“Kudengar kau bekerja di sini bukan hanya sekedar sebagai penerjemah, tapi kau juga ingin menjadi penulis?” Jae Hyun memulai pembicaraan, suaranya rendah namun tajam, seperti sedang menguji keyakinan lawan bicaranya.

Riin menelan ludah, mencoba menguasai kegugupannya. “Iya, sekretaris Shin mengatakan bahwa perusahaan ini selalu memberi kesempatan bagi penulis baru. Jadi saya menganggap hal itu sebagai peluang untuk mewujudkan impian saya,” jawabnya dengan nada yang berusaha terdengar percaya diri.

Jae Hyun mengangguk kecil, ekspresinya tetap datar, sulit ditebak. “Benar,” katanya pendek sebelum menyerahkan selembar pamflet kepada Riin. Pamflet itu mencantumkan informasi tentang audisi penulis baru yang diadakan oleh Colors Publishing. “Jika kau serius, daftarkan karyamu di sana.”

Riin memandang pamflet itu dengan mata melebar, kemudian menatap Jae Hyun, seolah mencoba memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi. Sosok CEO yang selama ini dikenal sinis dan dingin tiba-tiba memberinya peluang besar. “Kenapa tiba-tiba...” tanyanya pelan, hampir seperti bisikan.

“Aku sudah memeriksa semua hasil kerjamu,” kata Jae Hyun, memotong pertanyaan Riin sebelum ia selesai bicara. “Ah Ri sempat memberikan sebuah cerita pendek yang pernah kau tulis. Menurutku, cara penulisan mu cukup layak untuk ikut serta dalam audisi ini.”

Riin hanya bisa terpaku, tidak tahu harus berkata apa. Jae Hyun melanjutkan dengan nada yang lebih profesional, “Jika menyangkut pekerjaan, aku menilai dengan cara yang objektif. Meskipun awalnya aku kesal padamu, tapi aku tidak lantas mengesampingkan kualitas kerjamu begitu saja.”

Ucapan itu membuat dada Riin terasa hangat. Ia tidak menyangka di balik sikap dingin dan sinis Jae Hyun, ada pengakuan yang tulus terhadap usahanya. Senyuman kecil mulai muncul di wajahnya. “Terima kasih. Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini,” katanya dengan nada penuh semangat.

Jae Hyun menatapnya tajam, seolah ingin memastikan keseriusan gadis itu. “Jangan senang dulu. Meskipun kau pegawai di sini, bukan berarti kau bisa otomatis menang. Pesaing dari luar sangat banyak, dan yang menilai bukan hanya aku.”

“Saya mengerti. Saya pasti akan memberikan karya terbaik,” jawab Riin, kali ini dengan keyakinan yang lebih mantap. Matanya berbinar, seperti baru saja menemukan jalan terang di tengah kegelapan.

Namun, suasana hangat itu hanya bertahan sekejap. Dengan nada yang lebih dingin, Jae Hyun berkata, “Keluarlah.” Ucapan itu singkat, tajam, dan menghapus semua kesan positif yang sempat Riin rasakan. Ia terdiam beberapa detik, mencoba mencerna perubahan sikap pria itu.

“Hei! Apa kau tidak dengar perintahku?” Jae Hyun menambahkan, kali ini dengan nada yang lebih tegas.

Riin menghela napas pelan, mencoba menenangkan perasaannya yang sedikit tersinggung. “Baiklah, Cho sajangnim,” katanya sambil menekankan nama jabatan itu, menahan rasa kesalnya yang mulai muncul. Ia berdiri, membungkukkan badan singkat, lalu berjalan keluar ruangan dengan langkah cepat.

Di luar, Riin berhenti sejenak, memandang pamflet di tangannya. Perasaan campur aduk memenuhi hatinya_kebahagiaan karena ada yang menghargai usahanya, namun juga kesal karena sikap Jae Hyun yang dingin. Udara koridor terasa lebih hangat dibanding ruangan Jae Hyun, tetapi ia masih bisa merasakan dinginnya tatapan pria itu.

“Apa-apaan dia, sebenarnya?” gumam Riin pelan, sebelum melanjutkan langkahnya dengan tekad yang semakin bulat. Ia tidak akan membiarkan apapun, bahkan sikap Jae Hyun yang menyebalkan, menghalanginya untuk mewujudkan impiannya.

***

Episodes
1 Our First Met (1)
2 Our First Met (2)
3 Warm and Cold
4 A Game of Power and Pride (1)
5 A Game Of Power And Pride (2)
6 Unwanted Choises
7 CEO's Little Secret
8 The Accident (1)
9 The Accident (2)
10 Should I Accept It? (1)
11 Should I Accept It? (2)
12 The Contract
13 First Date (1)
14 First Date (2)
15 First Date (3)
16 After The Date
17 Floral and Feelings
18 A Lovely Daughter in Law (1)
19 A Lovely Daughter in Law (2)
20 A Sign of Affection (1)
21 A Sign of Affection (2)
22 A Sign of Affection (3)
23 The Wedding Dress
24 Between Lies and Kindness
25 A Strangers' Familiarity
26 Breaking The Agreement
27 Shattered Mornings
28 The Call That Broke the Silence
29 Unusual Response
30 The Wedding Day
31 A Wedding Draped in Secrets
32 Burning Jealousy
33 The Shadow of a Rival
34 Am I Pregnant?
35 A Father's Promise
36 When Hope Meets Reality
37 Hidden Jealousy
38 Unexpected Responsibility
39 Jealousy Incarnate
40 Shadows of Jealousy
41 His Childish Side
42 The Business Trip Begins
43 Our First Trip
44 A Shared Room, A Shared Heart?
45 The Warmth of His Arms
46 A Husband's Care
47 Among the Pages of Jinbocho
48 Ice Cream Story
49 A Sweet Misstep
50 Pregnancy Test
51 A Kiss Before the Day Unfolds
52 The Ring on His Finger
53 Bittersweet Day
54 The Weight of Secret
55 A Drunken Confession
56 When Words Fail
57 Hidden Truth
58 Mom Knows Everything
59 Echoes of Pain
60 Anxiety Among The Ruins
61 The Secret Revealed
62 A Miracle in The Waiting Room
63 In A Warm Embrace
64 A Night Of Clarity
65 Love Marks That Are Too Obvious
66 The Secret Between Us
67 Duty, Love, and Dreams
68 Whispers in the Editorial Room
69 Fighting With Courage
70 The Sudden Meeting
71 Jealousy Behind The Secret
72 Unspoken Jealousy
73 Uncontrollable Desire
74 The Song That Spoke His Heart
75 Under the Starlit Sky
76 A Wish Under the Falling Star
77 When Secrets Unravel
78 When the CEO Becomes a Big Baby
79 The Unspoken Duel
80 More Than Just a Game
81 Waves Of Jealousy
82 Unspoken Distance
83 A Promise in the Midst of Pain
84 I Can’t Lose You
85 A Cold Celebration
86 A Romantic Surprise
87 Epilog
88 Pemberitahuan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Our First Met (1)
2
Our First Met (2)
3
Warm and Cold
4
A Game of Power and Pride (1)
5
A Game Of Power And Pride (2)
6
Unwanted Choises
7
CEO's Little Secret
8
The Accident (1)
9
The Accident (2)
10
Should I Accept It? (1)
11
Should I Accept It? (2)
12
The Contract
13
First Date (1)
14
First Date (2)
15
First Date (3)
16
After The Date
17
Floral and Feelings
18
A Lovely Daughter in Law (1)
19
A Lovely Daughter in Law (2)
20
A Sign of Affection (1)
21
A Sign of Affection (2)
22
A Sign of Affection (3)
23
The Wedding Dress
24
Between Lies and Kindness
25
A Strangers' Familiarity
26
Breaking The Agreement
27
Shattered Mornings
28
The Call That Broke the Silence
29
Unusual Response
30
The Wedding Day
31
A Wedding Draped in Secrets
32
Burning Jealousy
33
The Shadow of a Rival
34
Am I Pregnant?
35
A Father's Promise
36
When Hope Meets Reality
37
Hidden Jealousy
38
Unexpected Responsibility
39
Jealousy Incarnate
40
Shadows of Jealousy
41
His Childish Side
42
The Business Trip Begins
43
Our First Trip
44
A Shared Room, A Shared Heart?
45
The Warmth of His Arms
46
A Husband's Care
47
Among the Pages of Jinbocho
48
Ice Cream Story
49
A Sweet Misstep
50
Pregnancy Test
51
A Kiss Before the Day Unfolds
52
The Ring on His Finger
53
Bittersweet Day
54
The Weight of Secret
55
A Drunken Confession
56
When Words Fail
57
Hidden Truth
58
Mom Knows Everything
59
Echoes of Pain
60
Anxiety Among The Ruins
61
The Secret Revealed
62
A Miracle in The Waiting Room
63
In A Warm Embrace
64
A Night Of Clarity
65
Love Marks That Are Too Obvious
66
The Secret Between Us
67
Duty, Love, and Dreams
68
Whispers in the Editorial Room
69
Fighting With Courage
70
The Sudden Meeting
71
Jealousy Behind The Secret
72
Unspoken Jealousy
73
Uncontrollable Desire
74
The Song That Spoke His Heart
75
Under the Starlit Sky
76
A Wish Under the Falling Star
77
When Secrets Unravel
78
When the CEO Becomes a Big Baby
79
The Unspoken Duel
80
More Than Just a Game
81
Waves Of Jealousy
82
Unspoken Distance
83
A Promise in the Midst of Pain
84
I Can’t Lose You
85
A Cold Celebration
86
A Romantic Surprise
87
Epilog
88
Pemberitahuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!