CEO's Little Secret

Lampu minimarket kecil di sudut jalan itu memancarkan cahaya putih terang yang kontras dengan kegelapan malam. Rak-rak penuh camilan, minuman dingin, dan mi instan berjajar rapi, sementara musik pop Korea yang pelan terdengar dari speaker kecil di sudut ruangan, sesekali diselingi suara pegawai yang sibuk di kasir. Di luar, lalu lintas yang sepi hanya sesekali dipecah oleh suara klakson atau deru motor yang melintas.

Jae Hyun duduk di meja dekat jendela, tatapannya kosong menembus kaca yang buram karena embun. Di hadapannya, semangkuk ramyeon pedas dan beberapa bungkus camilan tak tersentuh. Napas beratnya berhembus pelan, mengaburkan kaca lebih jauh. Ia tenggelam dalam pikirannya.

"Harusnya aku tidak asal bicara," gumamnya, suara rendahnya hampir tertelan oleh denting mesin kasir di belakang. "Aku tidak bisa sembarangan membawa seorang pegawai menemui Eomma dan Appa." rutuknya pada diri sendiri, ia mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. "Dasar bodoh!"

Jae Hyun menunduk, menyembunyikan wajah di antara dua tangannya yang bertumpu di meja. Malam ini terasa terlalu panjang, dan pikirannya tak henti-henti menggiringnya pada kebingungan.

Suara kursi yang digeser membuat Jae Hyun mendongak. Seorang gadis dengan rambut dikuncir asal duduk di kursi di sebelahnya. Ia menaruh nampan plastik berisi ramyeon pedas, camilan, dan segelas iced coffee. Gadis itu adalah Riin. Setelah seharian berkutat dengan layar komputer, ia memutuskan untuk mencari makan malam cepat saji di minimarket ini.

Riin membuka kemasan ramyeon pedas di depannya, mengaduk mie dengan sumpit kayu sambil menunggu uap panasnya mereda. Ia menghela napas lega, menikmati aroma yang menggoda perutnya yang kosong.

Namun, aroma lain menyelinap di udara. Aroma yang hangat dan sedikit tajam, campuran kayu dan citrus. Riin mengernyit, mencoba mengingat dari mana ia mengenal aroma itu. Aroma maskulin yang familiar yang menarik perhatian Riin. Ia melirik ke samping, lalu segera memalingkan pandangannya. 'Aroma ini... sangat familiar,' gumamnya dalam hati. Hidungnya mengerut sedikit. 'Apa parfum ini sangat populer di kalangan pria?' pikirnya skeptis.

Perlahan, aroma itu mengingatkannya pada pria menyebalkan di kantornya, siapa lagi jika bukan CEO Colors Publishing yang tidak lain adalah bosnya. Satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab karena telah membuat jam tidur dan istirahatnya berkurang. Tapi alih-alih terus memikirkannya, Riin memutuskan untuk tak terlalu peduli dan mulai menikmati ramyeonnya.

Jae Hyun, yang awalnya tenggelam dalam pikirannya, mendongak saat mendengar suara bising dari seseorang yang tengah pembukaan bungkus camilan. Ia mengernyit saat menyadari gadis yang kini duduk di sebelahnya. "Hei! Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya sambil menatap Riin dari atas ke bawah.

Riin tersentak mendengar suara itu. Kepalanya menoleh dengan cepat, dan matanya membulat. 'Astaga, ternyata bukan hanya parfumnya yang sama, tapi memang dia si pria sombong itu,' batinnya kesal. "Aku?" jawabnya, sedikit mendengus. "Kau sendiri sedang apa di sini?" balasnya sinis sambil menyeruput kuah ramyeon.

"Aku mau melakukan apa pun bukan urusanmu," balas Jae Hyun dingin, sorot matanya tak berubah dari ekspresi datar yang biasa ia tunjukkan di kantor.

"Kalau begitu, kau juga jangan bertanya padaku," balas Riin tajam, kembali menikmati makanannya.

Jae Hyun menyandarkan punggungnya ke kursi, lalu mengamati Riin dari kepala hingga ujung kaki. Gadis itu mengenakan sweater oversized abu-abu dan celana jeans, tampak sangat berbeda dari penampilan rapi yang biasa ia lihat di kantor. Di meja mereka, makanan mereka hampir identik_ramyeon pedas dan camilan serupa_kecuali minuman. Jae Hyun memilih bir kaleng, sementara Riin menikmati iced coffee.

"Kau bisa bersantai makan di sini, apa ini berarti kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu?" tanya Jae Hyun, mencoba mengontrol rasa ingin tahunya.

Riin menoleh malas. "Aku tidak mau menjawabnya," jawabnya singkat, suaranya dingin.

"Hei! Apa kau lupa kalau aku bosmu?" protes Jae Hyun, meski ia mencoba menahan emosinya.

Riin mendesah panjang, menaruh sumpitnya dan menatap Jae Hyun dengan tajam. "Di sini, kau bukan bosku. Jadi aku tidak perlu membahas pekerjaan," jawab Riin dengan santai, sebelum menyeruput kuah ramyeonnya dengan puas.

Jae Hyun mengangkat alis, sedikit terkejut dengan keberanian gadis itu. "Astaga, anak ini," gumamnya, berusaha menahan kesal. Ia memijat pelipisnya, mencoba meredam emosi. "Setidaknya bicaralah yang sopan padaku. Itu bukan hal sulit."

Riin menoleh dengan senyum mengejek. "Aku tidak suka bicara sopan pada pria sombong sepertimu," balasnya tajam.

"Wah, kau benar-benar menyebalkan," seru Jae Hyun, akhirnya kehilangan kesabarannya. Ia berdiri, lalu mengambil sekaleng bir yang belum disentuh. "Jangan lupa selesaikan tugasmu secepatnya, dan bersihkan ini untukku," ujarnya sambil menunjuk sampah camilannya di meja.

Riin membelalakkan mata, terkejut sekaligus marah. "Hei! Aku bukan pesuruhmu!"

Namun, Jae Hyun sudah melangkah pergi, tangannya terangkat sedikit untuk melambai dengan malas tanpa menoleh.

Riin mendengus, hendak berdiri dan mengejarnya, tetapi pandangan pegawai minimarket yang tengah merapikan rak membuatnya ragu. Dengan terpaksa, ia merapikan sampah di meja mereka.  Akhirnya, ia mengumpulkan bungkus-bungkus itu dengan enggan dan membuangnya ke tempat sampah.

"Menyebalkan," gumamnya pelan, entah ditujukan pada Jae Hyun atau dirinya sendiri.

Saat ia kembali duduk, ia bergumam pada dirinya sendiri, "Apa orang itu tidak punya cara lain untuk mempermalukan orang selain menyuruh mereka membersihkan sisa sampahnya?"

***

Ruang kerja Jae Hyun tampak seperti biasanya: rapi, minimalis, dan dingin_seperti pemiliknya. Meja besar dari kayu itu dipenuhi berkas-berkas yang tersusun rapi, dengan komputer di sudutnya yang menyala, memancarkan cahaya biru yang lembut. Namun, suasana ruangan itu hari ini jauh dari normal.

Ah Ri berdiri di depan meja kerja Jae Hyun, mengenakan blus putih rapi dengan tablet di tangannya. Ia menjelaskan detail mengenai proyek baru, tetapi suasananya terasa tak nyaman.

Jae Hyun duduk di kursinya dengan postur malas. Pikirannya penuh dengan kekacauan sejak percakapannya dengan ibunya beberapa hari lalu. Jemarinya mengetuk-ngetuk pena hitam di atas meja.

"Sajangnim," panggil Ah Ri lembut.

Tak ada respons.

"Sajangnim," ulangnya dengan nada lebih tegas, namun Jae Hyun tetap terdiam.

Ah Ri mulai kehilangan kesabaran. Dengan alis yang berkerut, ia mengeraskan suaranya. "Hei, Cho Jae Hyun!"

Jae Hyun tersentak, matanya langsung memandang Ah Ri dengan bingung. "Astaga! Untuk apa kau berteriak?!" omelnya, suaranya sedikit tinggi karena terkejut.

Ah Ri memutar bola matanya kesal lalu menyilangkan tangan di depan dada. "Aku sudah mencoba memanggilmu dengan halus dan sopan, tetapi kau malah melamun seperti orang tak punya beban hidup. Apa sebenarnya yang kau pikirkan?"

Jae Hyun menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya pada kursi empuknya. Tangannya menyapu wajah, seolah ingin mengusir rasa lelah yang tak terlihat. “Aku diminta untuk segera menikah,” katanya dengan nada lesu. “Eomma ingin aku membawa seorang gadis ke rumah, atau dia akan menjodohkan ku.”

Ah Ri mengernyitkan kening. “Itu masalah besar bagimu? Bukankah kau hanya perlu membawa seorang gadis dan memperkenalkannya pada mereka?”

Jae Hyun menghela nafas pelan. “Tidak semudah itu,” gumam Jae Hyun, membuang pandangannya ke luar jendela. “Aku sudah terlanjur bicara pada mereka kalau aku menyukai seseorang di kantor ini.”

Mata Ah Ri membelalak, penuh keterkejutan. "APA?! Kau sendiri yang membuat masalahnya menjadi rumit!"

"Ya, aku tahu!" seru Jae Hyun, frustrasi. Ia kembali menyandarkan diri, lalu menatap Ah Ri lekat. Sejenak, suasana berubah hening.

"Ah Ri~ya," panggilnya perlahan, nada suaranya lebih lembut.

"Ya? Apa lagi sekarang?" Ah Ri mengerutkan alis, sedikit curiga dengan perubahan nada Jae Hyun.

"Kita sudah saling mengenal sejak kuliah, bukan?" tanyanya, nada suaranya penuh pertimbangan.

Ah Ri mengangguk ragu. “Iya, lalu?”

"Jadilah kekasihku," ucap Jae Hyun dengan nada santai, seolah meminta sesuatu yang remeh.

Sementara itu, di luar ruangan, Riin berdiri dengan dokumen di tangannya. Ia baru saja hendak mengetuk pintu ruang kerja Jae Hyun untuk menyerahkan hasil tugasnya, tetapi langkahnya terhenti saat mendengar percakapan di dalam.

Riin membeku di tempatnya, otaknya mencoba memproses apa yang baru saja ia dengar. 'Dia... menyatakan cinta pada sekretarisnya?' pikir Riin dengan bingung. Perasaan tak nyaman merayap di dadanya, meski ia sendiri tak tahu kenapa.

Tangannya yang memegang dokumen mulai gemetar. “Astaga, apa yang sebenarnya terjadi di kantor ini?” gumamnya pelan.

***

Episodes
1 Our First Met (1)
2 Our First Met (2)
3 Warm and Cold
4 A Game of Power and Pride (1)
5 A Game Of Power And Pride (2)
6 Unwanted Choises
7 CEO's Little Secret
8 The Accident (1)
9 The Accident (2)
10 Should I Accept It? (1)
11 Should I Accept It? (2)
12 The Contract
13 First Date (1)
14 First Date (2)
15 First Date (3)
16 After The Date
17 Floral and Feelings
18 A Lovely Daughter in Law (1)
19 A Lovely Daughter in Law (2)
20 A Sign of Affection (1)
21 A Sign of Affection (2)
22 A Sign of Affection (3)
23 The Wedding Dress
24 Between Lies and Kindness
25 A Strangers' Familiarity
26 Breaking The Agreement
27 Shattered Mornings
28 The Call That Broke the Silence
29 Unusual Response
30 The Wedding Day
31 A Wedding Draped in Secrets
32 Burning Jealousy
33 The Shadow of a Rival
34 Am I Pregnant?
35 A Father's Promise
36 When Hope Meets Reality
37 Hidden Jealousy
38 Unexpected Responsibility
39 Jealousy Incarnate
40 Shadows of Jealousy
41 His Childish Side
42 The Business Trip Begins
43 Our First Trip
44 A Shared Room, A Shared Heart?
45 The Warmth of His Arms
46 A Husband's Care
47 Among the Pages of Jinbocho
48 Ice Cream Story
49 A Sweet Misstep
50 Pregnancy Test
51 A Kiss Before the Day Unfolds
52 The Ring on His Finger
53 Bittersweet Day
54 The Weight of Secret
55 A Drunken Confession
56 When Words Fail
57 Hidden Truth
58 Mom Knows Everything
59 Echoes of Pain
60 Anxiety Among The Ruins
61 The Secret Revealed
62 A Miracle in The Waiting Room
63 In A Warm Embrace
64 A Night Of Clarity
65 Love Marks That Are Too Obvious
66 The Secret Between Us
67 Duty, Love, and Dreams
68 Whispers in the Editorial Room
69 Fighting With Courage
70 The Sudden Meeting
71 Jealousy Behind The Secret
72 Unspoken Jealousy
73 Uncontrollable Desire
74 The Song That Spoke His Heart
75 Under the Starlit Sky
76 A Wish Under the Falling Star
77 When Secrets Unravel
78 When the CEO Becomes a Big Baby
79 The Unspoken Duel
80 More Than Just a Game
81 Waves Of Jealousy
82 Unspoken Distance
83 A Promise in the Midst of Pain
84 I Can’t Lose You
85 A Cold Celebration
86 A Romantic Surprise
87 Epilog
88 Pemberitahuan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Our First Met (1)
2
Our First Met (2)
3
Warm and Cold
4
A Game of Power and Pride (1)
5
A Game Of Power And Pride (2)
6
Unwanted Choises
7
CEO's Little Secret
8
The Accident (1)
9
The Accident (2)
10
Should I Accept It? (1)
11
Should I Accept It? (2)
12
The Contract
13
First Date (1)
14
First Date (2)
15
First Date (3)
16
After The Date
17
Floral and Feelings
18
A Lovely Daughter in Law (1)
19
A Lovely Daughter in Law (2)
20
A Sign of Affection (1)
21
A Sign of Affection (2)
22
A Sign of Affection (3)
23
The Wedding Dress
24
Between Lies and Kindness
25
A Strangers' Familiarity
26
Breaking The Agreement
27
Shattered Mornings
28
The Call That Broke the Silence
29
Unusual Response
30
The Wedding Day
31
A Wedding Draped in Secrets
32
Burning Jealousy
33
The Shadow of a Rival
34
Am I Pregnant?
35
A Father's Promise
36
When Hope Meets Reality
37
Hidden Jealousy
38
Unexpected Responsibility
39
Jealousy Incarnate
40
Shadows of Jealousy
41
His Childish Side
42
The Business Trip Begins
43
Our First Trip
44
A Shared Room, A Shared Heart?
45
The Warmth of His Arms
46
A Husband's Care
47
Among the Pages of Jinbocho
48
Ice Cream Story
49
A Sweet Misstep
50
Pregnancy Test
51
A Kiss Before the Day Unfolds
52
The Ring on His Finger
53
Bittersweet Day
54
The Weight of Secret
55
A Drunken Confession
56
When Words Fail
57
Hidden Truth
58
Mom Knows Everything
59
Echoes of Pain
60
Anxiety Among The Ruins
61
The Secret Revealed
62
A Miracle in The Waiting Room
63
In A Warm Embrace
64
A Night Of Clarity
65
Love Marks That Are Too Obvious
66
The Secret Between Us
67
Duty, Love, and Dreams
68
Whispers in the Editorial Room
69
Fighting With Courage
70
The Sudden Meeting
71
Jealousy Behind The Secret
72
Unspoken Jealousy
73
Uncontrollable Desire
74
The Song That Spoke His Heart
75
Under the Starlit Sky
76
A Wish Under the Falling Star
77
When Secrets Unravel
78
When the CEO Becomes a Big Baby
79
The Unspoken Duel
80
More Than Just a Game
81
Waves Of Jealousy
82
Unspoken Distance
83
A Promise in the Midst of Pain
84
I Can’t Lose You
85
A Cold Celebration
86
A Romantic Surprise
87
Epilog
88
Pemberitahuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!