Our First Met (2)

Langit Seoul yang berwarna jingga mulai meredup, menggantikan terang matahari dengan nuansa sore yang tenang. Di area penjemputan bandara Incheon, orang-orang terlihat bergegas menyambut kedatangan kerabat, sahabat maupun kekasih dengan pelukan hangat atau lambaian tangan antusias. Di tengah keramaian itu, mata Riin tertuju pada seorang wanita dengan rambut lurus sebahu yang sedang melambaikan tangan ke arahnya. Wanita itu memegang selembar karton besar bertuliskan 'Selamat datang, Riin!' dengan huruf warna-warni yang ceria.

"Ah Ri." gumam Riin, senyum kecil mulai muncul di wajahnya yang sempat muram. Ia mempercepat langkah kakinya menuju wanita itu.

Ah Ri menyambutnya dengan wajah penuh semangat. Dengan tubuh yang sedikit lebih tinggi dari Riin dan aura percaya diri yang khas, Ah Ri memancarkan kehangatan yang menenangkan. "Riin!" serunya antusias. Ia bahkan hendak memeluk Riin, namun langkahnya terhenti ketika menyadari pakaian Riin yang basah dan ekspresinya yang sedikit suram.

"Astaga! Apa yang terjadi padamu?" tanya Ah Ri dengan ada khawatir, matanya memeriksa Riin dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Riin mendesah pelan, merasa lega melihat wajah familiar di negeri yang masih terasa asing ini. "Aku tidak sengaja menabrak seseorang di dalam," jelasnya sambil memandang noda kopi yang mulai mengering di pakaiannya. "Ice coffee-ku tumpah mengenai aku dan... pria itu."

"Pria itu?" Ah Ri mengangkat alis, penasaran. "Lalu apa dia marah? Apa dia menuntut ganti rugi?"

Riin menggeleng. "Dia memang marah, sangat marah. Tapi dia menolak ganti rugi yang ku tawarkan. Hanya saja... dia benar-benar menyebalkan!" suaranya melemah di akhir kalimat, mengingat kembali tatapan tajam dan kata-kata tajam pria yang ia tabrak. Meskipun ia sudah mencoba melupakannya, namun rasa malu dan sedikit kesal masih membekas di dadanya.

Ah Ri menghela nafas panjang, selalu merangkul bahu Riin dengan lembut. "Syukurlah kalau dia tidak memperpanjang masalahnya. Tapi, astaga, kau baru saja tiba di Korea tapi sudah mendapat insiden seperti ini. Kau memang selalu punya bakat untuk menarik perhatian dalam cara yang tidak biasa," ucapnya dengan nada bercanda, mencoba meringankan suasana.

Riin tersenyum tipis, meskipun matanya masih menyiratkan rasa lelah. "Bakat yang tidak ingin Ku pertahankan," katanya setengah bergurau, mencoba merespon dengan nada lebih ringan.

"Sudahlah," ujar Ah Ri sambil mendorong troli Riin dengan satu tangan dan merangkul bahunya dengan tangan lain. "Sekarang kita pulang. Istirahatkan tubuh dan pikiranmu. Lupakan saja pria menyebalkan itu. Besok adalah hari yang baru, dan kau punya banyak hal seru yang menunggumu di sini."

Riin mengangguk pelan. Kata-kata Ah Ri sedikit mengangkat beban di hatinya. Meski kejadian di bandara sulit dilupakan, ia tahu bahwa ini hanyalah awal dari perjalanannya di negeri asing ini. Ia harus fokus pada tujuan utamanya, karir barunya dan tantangan-tantangan menarik yang akan dihadapi.

***

Riin dan Ah Ri akhirnya tiba di apartemen mereka, sebuah bangunan modern dengan jendela kaca besar yang memantulkan lampu-lampu jalanan. Apartemen itu berada di kawasan Mapo-gu, daerah yang ramai namun tetap nyaman. Dikelilingi oleh cafe-cafe kecil dan toko-toko serba ada yang buka hingga larut malam. Tempat itu terasa hidup namun tidak berlebihan, cocok untuk mereka yang bekerja di kota sibuk ini.

Ah Ri membimbing Riin menuju lift dengan membawa salah satu koper besarnya. "Aku yakin kau akan suka tempat ini," kata Ah Ri dengan nada optimis saat mereka naik ke lantai 5. "Memang tidak besar, tapi cukup nyaman untuk kita berdua. Dan yang paling penting lokasinya strategis."

Setelah pintu lift terbuka, mereka berjalan menyusuri koridor yang terang dan bersih. Di ujung koridor, Ah Ri membuka pintu apartemen mereka menggunakan kode digital. "Selamat datang di rumah baru kita," katanya dengan nada ceria.

Riin melangkah masuk, mengamati apartemen yang terlihat modern namun tetap sederhana.Ruang tamunya tidak terlalu besar hanya berisi sofa, meja kopi mungil dan televisi yang diletakkan di atas rak minimalis. Dinding putih polos memberikan kesan bersih, sementara beberapa tanaman hias di sudut ruangan menambah kesan hangat. Dapur kecil dengan peralatan modern terletak di sebelah kanan, lengkap dengan meja makan kecil untuk 2 orang.

"Ini kamarmu," ujar Ah Ri sambil membuka pintu di sisi kiri apartemen.

Riin melangkah masuk ke dalam kamar barunya. Ukurannya tidak besar, tetapi cukup untuk sebuah tempat tidur single, lemari pakaian kecil dan meja kerja di dekat jendela. Tirai putih yang menggantung di jendela memberikan sentuhan lembut pada ruangan itu. Dari jendela, bisa melihat pemandangan sebagian kota yang gemerlap dengan lampu-lampu neon.

"Ukuran kamar kita kurang lebih sama," jelas Ah Ri sambil menaruh koper Riin di samping lemari. "Hanya saja, satu hal yang sedikit merepotkan adalah kita harus bergantian menggunakan kamar mandi karena di sini hanya ada satu kamar mandi."

Ah Ri menunjuk ke arah pintu kamar mandi yang terletak di antara kamar mereka. "Tapi itu tidak masalah, kan?"

"Tidak sama sekali," jawab Riin sambil tersenyum.

***

Malam itu, di apartemen mewahnya yang berada di kawasan Gangnam, Jae Hyun memasuki kamar mandinya dengan langkah berat. Desain kamar mandinya modern dengan dominasi marmer putih yang bersih, diterangi lampu-lampu redup yang memberikan kesan elegan. Sebuah bathub besar berbentuk oval berada di tengah ruangan, dikelilingi aroma lavender dari diffuser otomatis. Namun, suasana tenang itu tak cukup untuk meredakan kekesalan yang membara di dalam dirinya.

Jae Hyun melemparkan jas kotornya ke keranjang pakaian, gerakannya kasar seperti menumpahkan rasa frustasi. "Soal, gadis ceroboh itu," gumamnya sambil melepaskan t-shirt putihnya yang juga kotor terkena tumpahan kopi. Bayangan insiden di bandara terus berputar di kepalanya. Cara gadis itu terhuyung, kopi yang meluncur tanpa ampun ke arah jas mahalnya, serta argumen panas yang terjadi setelahnya. Semuanya terasa seperti adegan film komedi absurd yang tidak ingin ia tonton lagi.

Setelah menanggalkan seluruh pakaiannya, ia melangkah masuk ke dalam bathtub yang sudah dipenuhi air hangat. Jae Hyun membenamkan tubuhnya perlahan, membiarkan kehangatan air meresap ke dalam otot-ototnya yang tegang. Ia mencoba memejamkan mata, berharap ritual rutinnya ini bisa membantunya melupakan semua hal yang mengganggu pikirannya.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Saat Jae Hyun berusaha memejamkan matanya, wajah gadis itu muncul lagi. Rambut ikalnya yang sedikit berantakan, ekspresi panik saat meminta maaf, dan_yang paling membuatnya kesal_tatapan matanya yang berani ketika mulai membalas omelannya. Gadis itu jelas ceroboh, namun ada sesuatu dalam sikapnya yang membuat Jae Hyun tidak bisa mengabaikannya begitu saja.

"Ck," dengusnya sambil membuka matanya lagi. Ia menatap langit-langit kamar mandi dengan pandangan tajam. "Kenapa wajah gadis itu terus muncul? Dia yang bersalah, tapi kenapa justru aku yang tidak bisa berhenti memikirkannya?" gumamnya dengan suara rendah. Rasa frustasinya semakin meningkat. Ia bukan tipe orang yang mudah terusik oleh hal kecil, apalagi sesuatu yang tidak penting seperti insiden tumpahan kopi.

Tapi entah bagaimana, ada sesuatu yang berbeda kali ini. Gadis itu tidak hanya meninggalkan noda kopi di jas mahalnya, tetapi juga semacam jejak di pikirannya_seperti teka-teki yang belum selesai ia pecahkan.

"Cho Jae Hyun, Kau pasti sudah terlalu lelah," katanya pada diri sendiri, mencoba mengabaikan pikirannya. "Lupakan saja. Tidak ada gunanya memikirkan seseorang yang bahkan tidak akan kau temui lagi."

Namun, meski ia mencoba mengalihkan pikirannya, bayangan garis itu tetap mengintai di sudut pikirannya. Matanya yang besar dan jernih, cara ia menatapnya dengan campuran keberanian dan ketidak sabaran. Sesuatu dalam dirinya menyadari bahwa ini bukan hanya tentang insiden kopi, tetapi ada hal lain yang belum ia pahami sepenuhnya.

Setelah beberapa saat, Jae Hyun akhirnya bangkit dari bathtub, membiarkan air menetes dari tubuhnya ke lantai marmer. Ia mengambil handuk putih bersih dari rak dan mulai mengeringkan tubuhnya. Di dalam hati, dia bertekad untuk melupakan kejadian itu, "Besok adalah hari baru. Tidak ada alasan untuk terus memikirkan sesuatu yang tidak penting," gumamnya sambil melangkah keluar dari kamar mandi.

Namun, bahkan saat ia berbaring di tempat tidurnya yang luas dengan sprei linen yang halus, pikirannya tetap tersesat. Gadis ceroboh itu, entah bagaimana, telah meninggalkan kesan yang sulit dihapus.dengan desahan panjang, Jae Hyun memejamkan matanya, berharap tidur akan terjadi pelarian yang ia butuhkan. Tapi, malam itu, tidur nyenyak tampaknya bukan hal yang mudah baginya.

***

Episodes
1 Our First Met (1)
2 Our First Met (2)
3 Warm and Cold
4 A Game of Power and Pride (1)
5 A Game Of Power And Pride (2)
6 Unwanted Choises
7 CEO's Little Secret
8 The Accident (1)
9 The Accident (2)
10 Should I Accept It? (1)
11 Should I Accept It? (2)
12 The Contract
13 First Date (1)
14 First Date (2)
15 First Date (3)
16 After The Date
17 Floral and Feelings
18 A Lovely Daughter in Law (1)
19 A Lovely Daughter in Law (2)
20 A Sign of Affection (1)
21 A Sign of Affection (2)
22 A Sign of Affection (3)
23 The Wedding Dress
24 Between Lies and Kindness
25 A Strangers' Familiarity
26 Breaking The Agreement
27 Shattered Mornings
28 The Call That Broke the Silence
29 Unusual Response
30 The Wedding Day
31 A Wedding Draped in Secrets
32 Burning Jealousy
33 The Shadow of a Rival
34 Am I Pregnant?
35 A Father's Promise
36 When Hope Meets Reality
37 Hidden Jealousy
38 Unexpected Responsibility
39 Jealousy Incarnate
40 Shadows of Jealousy
41 His Childish Side
42 The Business Trip Begins
43 Our First Trip
44 A Shared Room, A Shared Heart?
45 The Warmth of His Arms
46 A Husband's Care
47 Among the Pages of Jinbocho
48 Ice Cream Story
49 A Sweet Misstep
50 Pregnancy Test
51 A Kiss Before the Day Unfolds
52 The Ring on His Finger
53 Bittersweet Day
54 The Weight of Secret
55 A Drunken Confession
56 When Words Fail
57 Hidden Truth
58 Mom Knows Everything
59 Echoes of Pain
60 Anxiety Among The Ruins
61 The Secret Revealed
62 A Miracle in The Waiting Room
63 In A Warm Embrace
64 A Night Of Clarity
65 Love Marks That Are Too Obvious
66 The Secret Between Us
67 Duty, Love, and Dreams
68 Whispers in the Editorial Room
69 Fighting With Courage
70 The Sudden Meeting
71 Jealousy Behind The Secret
72 Unspoken Jealousy
73 Uncontrollable Desire
74 The Song That Spoke His Heart
75 Under the Starlit Sky
76 A Wish Under the Falling Star
77 When Secrets Unravel
78 When the CEO Becomes a Big Baby
79 The Unspoken Duel
80 More Than Just a Game
81 Waves Of Jealousy
82 Unspoken Distance
83 A Promise in the Midst of Pain
84 I Can’t Lose You
85 A Cold Celebration
86 A Romantic Surprise
87 Epilog
88 Pemberitahuan
89 New Info
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Our First Met (1)
2
Our First Met (2)
3
Warm and Cold
4
A Game of Power and Pride (1)
5
A Game Of Power And Pride (2)
6
Unwanted Choises
7
CEO's Little Secret
8
The Accident (1)
9
The Accident (2)
10
Should I Accept It? (1)
11
Should I Accept It? (2)
12
The Contract
13
First Date (1)
14
First Date (2)
15
First Date (3)
16
After The Date
17
Floral and Feelings
18
A Lovely Daughter in Law (1)
19
A Lovely Daughter in Law (2)
20
A Sign of Affection (1)
21
A Sign of Affection (2)
22
A Sign of Affection (3)
23
The Wedding Dress
24
Between Lies and Kindness
25
A Strangers' Familiarity
26
Breaking The Agreement
27
Shattered Mornings
28
The Call That Broke the Silence
29
Unusual Response
30
The Wedding Day
31
A Wedding Draped in Secrets
32
Burning Jealousy
33
The Shadow of a Rival
34
Am I Pregnant?
35
A Father's Promise
36
When Hope Meets Reality
37
Hidden Jealousy
38
Unexpected Responsibility
39
Jealousy Incarnate
40
Shadows of Jealousy
41
His Childish Side
42
The Business Trip Begins
43
Our First Trip
44
A Shared Room, A Shared Heart?
45
The Warmth of His Arms
46
A Husband's Care
47
Among the Pages of Jinbocho
48
Ice Cream Story
49
A Sweet Misstep
50
Pregnancy Test
51
A Kiss Before the Day Unfolds
52
The Ring on His Finger
53
Bittersweet Day
54
The Weight of Secret
55
A Drunken Confession
56
When Words Fail
57
Hidden Truth
58
Mom Knows Everything
59
Echoes of Pain
60
Anxiety Among The Ruins
61
The Secret Revealed
62
A Miracle in The Waiting Room
63
In A Warm Embrace
64
A Night Of Clarity
65
Love Marks That Are Too Obvious
66
The Secret Between Us
67
Duty, Love, and Dreams
68
Whispers in the Editorial Room
69
Fighting With Courage
70
The Sudden Meeting
71
Jealousy Behind The Secret
72
Unspoken Jealousy
73
Uncontrollable Desire
74
The Song That Spoke His Heart
75
Under the Starlit Sky
76
A Wish Under the Falling Star
77
When Secrets Unravel
78
When the CEO Becomes a Big Baby
79
The Unspoken Duel
80
More Than Just a Game
81
Waves Of Jealousy
82
Unspoken Distance
83
A Promise in the Midst of Pain
84
I Can’t Lose You
85
A Cold Celebration
86
A Romantic Surprise
87
Epilog
88
Pemberitahuan
89
New Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!