10. Pria Misterius

John duduk di ruang tamu, mengaduk kopi di cangkirnya sambil memikirkan percakapan terakhir mereka. Tak sengaja, pikirannya kembali pada pengakuan Nadira tentang pekerjaannya di kafe hingga larut malam. Rasa penasaran muncul begitu saja, mengganggu logikanya yang biasanya tegas. Tanpa sadar, ia meraih ponsel di meja.

“Ya, ini John,” katanya pada suara di ujung telepon. “Aku ingin kau...mengawasi seseorang untuk sementara waktu. Hanya sekadar memastikan dia aman dan...tidak ada masalah. Namanya Nadira, dia bekerja di sebuah kafe, aku akan kirimkan detailnya nanti.”

John menghela napas panjang, menatap layar ponselnya setelah menutup telepon dengan seseorang yang ia percayai. Tak ada maksud awal untuk mencampuri hidup Nadira sedalam ini, tapi entah mengapa rasa penasaran itu begitu sulit ia abaikan.

“Apa yang sebenarnya kupikirkan?” gumamnya pelan, merutuki tindakannya sendiri. “Kenapa aku sampai sejauh ini?” gumamnya pelan, memandang kosong ke depan. “Padahal tak ada alasan bagi dia untuk jadi urusanku...Tapi, ya sudahlah. Sudah terlanjur,” tambahnya, seolah berusaha mencari pembenaran. John mengusap wajahnya kasar, merasa geram pada dirinya sendiri.

Ia menggelengkan kepala, berusaha menepis perasaan yang mulai melibatkan dirinya terlalu jauh. Namun, dalam hati ia tahu, sebagian dirinya ingin memastikan Nadira aman di luar apartemennya. Membayangkan gadis itu bekerja sampai larut malam tanpa ada yang mengawasinya, membuatnya merasa gelisah.

***

John duduk di restoran dengan anggun, mengenakan setelan rapi yang mencerminkan statusnya sebagai pemimpin perusahaan dan investor yang disegani. Di seberangnya, seorang pria yang ia percayai untuk mengawasi kegiatan Nadira duduk dengan tenang. John menyantap makan siangnya dengan perlahan, meskipun pikirannya terusik oleh laporan yang akan segera ia dengar.

"Bagaimana?" tanya John tanpa basa-basi, menatap pria itu dengan tatapan tajam. Pria tersebut meneguk kopinya sebelum menjawab.

"Sesuai perintah Anda, saya sudah mengawasi Nadira di luar apartemen. Dia cukup sibuk, terutama dengan kuliah dan pekerjaan paruh waktunya di kafe. Sepertinya dia serius dan disiplin dengan semua rutinitasnya, tidak menunjukkan tanda-tanda berperilaku yang mencurigakan."

John mengangguk perlahan, meskipun tidak terlalu puas dengan informasi yang terkesan biasa saja. Ada sesuatu yang membuatnya terus penasaran dengan Nadira, sesuatu yang bahkan dirinya sulit jelaskan.

"Apakah dia terlihat kesulitan secara finansial?" tanya John lagi, seolah mencari alasan untuk tetap memperhatikan gadis itu.

Pria itu berpikir sejenak sebelum menjawab, "Dari pengamatan sejauh ini, dia tampaknya cukup mandiri. Beasiswa, menjadi asisten dosen dan pekerjaan paruh waktunya cukup untuk menopang kebutuhan sehari-harinya."

John menghela napas dalam, mencoba menutupi kekesalannya atas kepeduliannya yang terus menguat pada Nadira. "Baiklah," katanya akhirnya. "Tetap amati dia untuk sementara waktu. Laporkan jika ada hal yang tidak biasa."

Pria itu mengangguk, sementara John berusaha mengabaikan perasaan aneh yang perlahan menguasai dirinya, sebuah rasa ingin melindungi Nadira yang entah bagaimana muncul begitu saja.

***

Nadira baru saja melangkah keluar dari kampusnya, menghela napas lega setelah menyelesaikan jam kuliah yang padat. Namun, tak jauh dari gerbang, seorang pria dengan postur tegap menghadangnya, berdiri di tengah jalan, memblokir langkahnya. Wajahnya serius, dan tatapan dinginnya membuat Nadira mengernyit.

“Permisi,” Nadira mencoba melewatinya, tetapi pria itu tetap diam di tempatnya, tak membiarkan Nadira lewat.

“Maaf, Nona Nadira,” ucap pria itu datar, “saya diperintahkan oleh Tuan Beno untuk menjemput Anda. Anda harus pulang sekarang.”

Nadira membeku sejenak, perasaan tak nyaman muncul di dadanya. "Tidak. Saya tidak mau pulang. Tolong sampaikan pada mereka, mereka tak berhak atas hidupku," jawab Nadira dengan tegas, mencoba memutar langkahnya ke arah lain.

Namun pria itu tiba-tiba meraih lengannya, mencengkeram kuat sehingga Nadira tak bisa bergerak. “Maaf, Nona. Ini perintah langsung, saya tak bisa membiarkan Anda pergi begitu saja.”

Nadira tersentak, mencoba melepaskan cengkeraman pria itu. "Lepaskan aku! Apa yang kamu lakukan ini salah! Lepaskan!" serunya, mulai panik. Sekelompok mahasiswa yang melintas mulai melirik ke arah mereka, namun tak ada yang benar-benar turun tangan.

Di tengah kegaduhan itu, seseorang bergegas mendekat, pria lain yang lebih muda, yang diam-diam diperintahkan John untuk menjaga Nadira. Melihat situasi yang tak terkendali, dia langsung mengambil tindakan.

“Hei, apa yang kamu lakukan?” Pria itu mendekati mereka dengan ekspresi serius, menatap pria yang mencengkeram Nadira. "Lepaskan dia sekarang juga!"

Pria yang membawa Nadira menatapnya tajam, tak ingin melepaskan cengkeramannya. “Ini bukan urusan kamu. Aku hanya menjalankan perintah.”

“Kalau begitu, kamu harus menjalankan perintah di tempat yang lebih aman. Kamu membuat kegaduhan di sini,” pria yang diperintahkan John bersikeras, menahan tatapan tajam dari pria tersebut. Tanpa basa-basi lagi, dia meraih tangan pria itu, mencoba memisahkan cengkeraman pada Nadira dengan tegas.

Sekelompok mahasiswa dan dosen yang kebetulan lewat mulai berhenti dan memperhatikan situasi yang semakin ramai. Tak ingin menarik perhatian lebih jauh, pria yang diperintahkan ayah Nadira melepaskan tangannya, menatap Nadira dengan wajah kesal.

“Kita akan bertemu lagi, Nona Nadira. Ini belum selesai.” Ia berbalik, melangkah pergi di antara kerumunan orang yang memandangnya dengan penasaran.

Nadira yang masih terguncang menatap pria yang menyelamatkannya dengan napas tersengal. “Terima kasih…” ucapnya pelan, mencoba mengatur napas.

Pria itu hanya mengangguk singkat dan tersenyum tipis saat Nadira mengucapkan terima kasih, lalu berbalik meninggalkan Nadira tanpa sepatah kata lagi. Nadira menatap punggungnya yang menjauh, hatinya dipenuhi rasa syukur sekaligus penasaran. Pria itu datang di saat yang tepat, melindunginya dari kejadian yang tak ia inginkan. Namun, baru beberapa langkah, Nadira tersadar dan merutuki dirinya sendiri.

“Ah, aku bahkan belum tahu siapa namanya!” gumamnya kesal, merasa bodoh karena tidak langsung menanyakannya. Nadira cepat-cepat mengayunkan langkah, berniat mengejar pria itu untuk sekadar mengucapkan terima kasih yang lebih pantas dan, kalau bisa, mengetahui namanya.

Namun, tepat saat ia hendak berlari mengejarnya, ponsel di dalam tasnya berdering keras. Nadira berhenti sejenak, menatap ponselnya yang terus berdering. Dengan ragu, ia akhirnya mengangkat panggilan tersebut. Nadira menghela napas pelan, lalu menjawab.

“Halo?”

Suara dari seberang membuyarkan fokusnya, dan ketika ia kembali mengangkat pandangan, pria itu sudah menghilang di antara kerumunan.

Setelah mengangkat telepon, Nadira mendengar suara dosennya, yang dengan nada mendesak, memintanya segera menghadap di kampus. Permintaan itu membuat Nadira mengesampingkan rasa penasaran tentang pria yang baru saja menolongnya. Ia mengangguk kecil, meskipun dosennya tentu tak bisa melihatnya, dan mengiyakan panggilan itu sebelum akhirnya menutup telepon.

Di sepanjang perjalanan kembali ke kampus, pikirannya tetap mengawang pada sosok misterius itu. "Siapa dia? Mengapa dia muncul begitu tepat waktu?" batinnya. Terlepas dari rasa penasaran, ada rasa tenang yang samar karena tahu ada seseorang yang, entah kenapa, peduli padanya.

Sesampainya di ruangan dosen, Nadira disambut dengan ekspresi serius dosennya yang segera memintanya duduk.

“Begini, Nadira. Saya baru saja mendapatkan kabar dari rektorat mengenai beasiswamu. Ada beberapa dokumen yang perlu segera kamu lengkapi agar tidak bermasalah,” jelas dosennya sambil menyodorkan beberapa lembar kertas.

Mendengar kabar itu, Nadira sedikit cemas namun ia tetap berusaha tenang. Ia menerima dokumen-dokumen itu dengan penuh perhatian dan mencatat semua persyaratan yang harus ia urus. Setelah selesai, ia keluar dari ruangan dengan langkah mantap, bertekad untuk segera mengurusnya.

Begitu keluar dari gedung fakultas, Nadira langsung menyadari bahwa hari mulai beranjak sore. Ia menengok arlojinya dan memutuskan untuk mampir sebentar ke kafe tempat ia bekerja sebelum pulang, mengabari manajernya mengenai jadwal yang mungkin terganggu akibat urusan beasiswanya.

Di dalam kafe, ia tersenyum menyapa beberapa teman kerjanya yang langsung menyambut hangat. Namun, rasa lelah tak bisa sepenuhnya ia abaikan. Di sela-sela kesibukannya, benaknya kembali dihantui oleh sosok pria yang menolongnya tadi. "Siapa pria itu?" batinnya. Meski tak tahu siapa dia, Nadira menyimpan harapan agar suatu saat bisa bertemu lagi dengannya dan berterima kasih dengan lebih baik.

Namun sesaat kemudian nampak resah. "Apa ayah akan terus mengejar aku? Bagaimana jika ayah menyeret aku pulang dan... memberikan aku pada Om-om botak berperut buncit itu?" gumam Nadira mulai khawatir.

...🍁💦🍁...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Tenang aja nadira pria misterius org suruhan om john akan mengawasimu menjaga dan melindungi duh om john diam2 sangat perhatian kpdmu nadira...

Hati john sangat resah dan gelisah seterus memikirkan nadira dan perang bathin antara pgn menjaga dan melindunginya....
Hati2 dan waspada nadira sm org suruhan ayahmu akan memaksamu plg dan akan menyerahkan pd rekan bisnis ayah supaya bisnisnya lancar dpt suntikan dana....

Dengan mengorbankan anaknya diserahkan sm om2 perut buncit dan botak....
lanjut thor sehat sll dan semangat sll....

2024-11-22

4

Anitha Ramto

Anitha Ramto

Pak Beno kamu belum tau sifat asli istri dan anak sambungmu,karena blm terbongkar kebusukannya,km rela menjual Putri kandungmu sendiri demi kekayaanmu.
Dira..Pria misterius itu adalah orang suruhannya John utk Selalu melindungimu,,dan benarkaan kamu sdh pasti dlm bahaya yg akan di seret ke hadapan Ayahmu,,tanpa sepengetahuanmu John sdh menyiapkan Bodyguard utk melindunhimu Dira...itu artinya John sangat peduli padamu

2024-11-21

2

abimasta

abimasta

demi harta ayah nadira rela menjual putri kandungnya sementara putir tiri di sanjung2

2024-11-21

2

lihat semua
Episodes
1 1. Yang Pertama
2 2. Menunggu
3 3. Kebohongan
4 4. Sementara
5 5. Kepedulian Dibalik Sikap Dingin
6 6. Heran
7 7. Perasaan yang Terusik
8 8. Menahan Rasa
9 9. Tak Pernah Tega
10 10. Pria Misterius
11 11. Dibenci
12 12. Pengakuan
13 13. Terulang Lagi
14 14. Rasa Penasaran
15 15. Warna Baru
16 16. Sebuah Ancaman
17 17. Nekat
18 18. Benar-benar Cemburu
19 19. Gejolak Hati Dibalik Pelukan
20 20. Tantangan
21 21. Menemani
22 22. Membalikkan Keadaan
23 23. Gara-gara Baju Kotor
24 24. Ocehan Angga
25 25. Rencana Licik
26 26. Perasaan Campur Aduk
27 27. Sesuatu yang Membuat Penasaran
28 28. Aku Kalah
29 29. Dimanjakan
30 30. Pembuat Masalah
31 31. Semakin Iri
32 32. Gagal
33 33. Menjengkelkan Tapi Menyenangkan
34 34. Kejujuran John
35 35. Saran Sahabat
36 36. Lamaran
37 37. Tak Ingin Memaksa
38 38. Enggan Pulang
39 39. Sekadar Memberitahu
40 40. Sejak Semalam
41 41. Para Sahabat John
42 42. Kepribadian Rian yang Kontras
43 43. Manggil Apa?
44 44.Ingin Mengacau
45 45. Mengajukan Cuti
46 46. Staf administrasi
47 47. Momen Bahagia
48 48. Pesta Spesial
49 49. Menonton
50 50. Malam Setelah Janji Suci
51 51.Memasang Umpan
52 52. Kejutan
53 53. Tak Percaya
54 54. Sasha Akan Beraksi
55 55. Celah
56 56. Sebuah Kebetulan
57 57. Curiga
58 58. Diskusi
59 59. Menyembunyikan
60 60. Nadira ke Kantor John
61 61. Hadiah
62 62. Nadira Tahu
63 63. Tanpa Solusi
64 64. Nadira Pulang
65 65. Tak Mampu Berkata
66 66. Rahasia yang Terkuak
67 67. Rencana John dan Para Sahabatnya
68 68. Ingin Mengambil Kembali
69 69. Perang Strategi
70 70. Ditangkap
71 71. Kesempatan
72 Dosa yang Kucintai
Episodes

Updated 72 Episodes

1
1. Yang Pertama
2
2. Menunggu
3
3. Kebohongan
4
4. Sementara
5
5. Kepedulian Dibalik Sikap Dingin
6
6. Heran
7
7. Perasaan yang Terusik
8
8. Menahan Rasa
9
9. Tak Pernah Tega
10
10. Pria Misterius
11
11. Dibenci
12
12. Pengakuan
13
13. Terulang Lagi
14
14. Rasa Penasaran
15
15. Warna Baru
16
16. Sebuah Ancaman
17
17. Nekat
18
18. Benar-benar Cemburu
19
19. Gejolak Hati Dibalik Pelukan
20
20. Tantangan
21
21. Menemani
22
22. Membalikkan Keadaan
23
23. Gara-gara Baju Kotor
24
24. Ocehan Angga
25
25. Rencana Licik
26
26. Perasaan Campur Aduk
27
27. Sesuatu yang Membuat Penasaran
28
28. Aku Kalah
29
29. Dimanjakan
30
30. Pembuat Masalah
31
31. Semakin Iri
32
32. Gagal
33
33. Menjengkelkan Tapi Menyenangkan
34
34. Kejujuran John
35
35. Saran Sahabat
36
36. Lamaran
37
37. Tak Ingin Memaksa
38
38. Enggan Pulang
39
39. Sekadar Memberitahu
40
40. Sejak Semalam
41
41. Para Sahabat John
42
42. Kepribadian Rian yang Kontras
43
43. Manggil Apa?
44
44.Ingin Mengacau
45
45. Mengajukan Cuti
46
46. Staf administrasi
47
47. Momen Bahagia
48
48. Pesta Spesial
49
49. Menonton
50
50. Malam Setelah Janji Suci
51
51.Memasang Umpan
52
52. Kejutan
53
53. Tak Percaya
54
54. Sasha Akan Beraksi
55
55. Celah
56
56. Sebuah Kebetulan
57
57. Curiga
58
58. Diskusi
59
59. Menyembunyikan
60
60. Nadira ke Kantor John
61
61. Hadiah
62
62. Nadira Tahu
63
63. Tanpa Solusi
64
64. Nadira Pulang
65
65. Tak Mampu Berkata
66
66. Rahasia yang Terkuak
67
67. Rencana John dan Para Sahabatnya
68
68. Ingin Mengambil Kembali
69
69. Perang Strategi
70
70. Ditangkap
71
71. Kesempatan
72
Dosa yang Kucintai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!