Bab 13 Bicara

"Langit, Bumi, Ayah dan bunda ingin bicara," ucap ayah Dewa, setelah mereka makan malam.

"Ayah mau bicara apa?" tanya Bumi.

"Bicara saja Yah," ucap Langit menimpali pertanyaan saudara kembarnya.

Ayah Dewa menarik napas panjang. Sebenarnya berat untuk menyampaikan masalah ini. Tapi dia tidak bisa terus menyembunyikan sebuah kebenaran dari Langit dan Bumi. Mereka harus tahu siapa mereka sebenarnya. Apalagi ayah Dewa sudah menemukan pria yang wajahnya sama seperti pria yang ada di foto.

"Ada apa Yah?" tanya Langit.

"Sepertinya Ayah berat sekali mau bicara," timpal Bumi.

"Sebelum Ayah ceritakan semuanya, tolong jangan salah paham pada Ayah dan bunda."

"Kenapa Langit jadi takut mendengar apa yang akan Ayah sampaikan," ujar Langit. Ada firasat tidak enak yang dia rasakan.

"Kalian sudah SMA sekarang. Jadi Ayah anggap kalian sudah dewasa dan bisa mengerti apa yang akan Ayah sampaikan," ucap ayah Dewa agar kedua anak kembar itu bisa menyimak apa yang dia sampaikan.

"Baiklah, kami akan dengar kan dengan baik," balas Bumi.

Ayah Dewa tersenyum. "Dengarkan baik-baik. Karena kalian harus tahu yang sebenarnya."

"Harus tahu tentang apa Yah?" sahut Bumi tidak sabar.

"Dengarkan dulu ayah bicara Bumi." Devina menegur adiknya itu. Jika terus begini kapan ayah mereka bisa menjelaskan.

Setelah semua diam, Ayah Dewa mulai menceritakan kejadian lima belas tahun yang lalu pada Langit dan Bumi.

Tanpa perlu ayah Dewa perjelas, siapa nama kedua anak kembar tersebut. Langit dan Bumi bisa langsung mengerti. Yang diceritakan ayah Dewa adalah mereka.

"Jadi kami bukan anak Ayah dan Bunda?" ujar Langit.

"Ayah jangan bercanda, Yah." Bumi tidak bisa menerima kenyataan ini. Matanya berkaca-kaca. Sejak kecil hingga detik ini yang dia tahu, orang tuanya adalah sepasang suami istri yang ada dihadapannya saat ini.

"Apa kami bisa melihat wajah bunda yang melahirkan kami?" tanya Langit.

Ayah Dewa menggeleng. "Maafkan Ayah. Ayah tidak punya foto ibu kalian. Tapi ayah menemukan foto seorang pria di tas pakaian yang diberikan ibu kalian," jawab ayah Dewa.

Devina memperlihatkan foto yang dimaksud ayah Dewa pada kedua adik kembarnya.

Langit dan Bumi saling tatap melihat foto tuan Aksa yang masih muda. Wajahnya tidak terlalu jauh berbeda dengan tuan Aksa yang sekarang ini. Pria paruh baya itu awet muda. Sehingga Devina dan ayah Dewa bisa langsung mengenali wajahnya yang mirip dengan pria yang mereka yakin adalah ayah Langit dan Bumi.

"Ini bukankah ayahnya bos Kakak?" Ucap Bumi setelah dia merasa pernah bertemu dengan pria yang ada di foto tesebut.

"Benar, ini ayah mas Gilang yang kemarin datang. Iya kan, Kak?" Langit bertanya pada Devina untuk memastikan.

Devina mengangguk dengan mengiyakan. Dia sedih, andai saja keduanya benar-benar adiknya. Hal ini tidak perlu terjadi.

"Apa dia ayah kandung kami?" Langit kembali bertanya.

"Ayah tidak bisa menjawabnya saat ini. Mungkin iya, mungkin saja tidak."

"Ikutlah bersama Ayah, besok kita bertemu tuan Aksa dan kalian bisa tahu jawabannya."

Raut wajah ayah Dewa memancarkan kesedihan. Baginya, Langit dan Bumi adalah anak-anaknya. Tapi mereka harus tahu yang sebenarnya. Tadinya ayah Dewa akan memberitahu mereka setelah mereka usia tujuh belas tahun. Tapi apa daya, ayah Dewa justru sudah lebih dulu bertemu dengan orang tua kandung mereka.

"Bolehkah kami tetap menjadi anak Ayah dan Bunda saja?" Ucap Langit.

Ayah Dewa tidak dapat menahan air matanya. Dia langsung memeluk Langit dan Bumi bersamaan. Devina dan bunda Helen pun ikut menangis. Pasti akan ada yang berubah setelah ini.

"Selamanya kalian berdua adalah anak Ayah. Tapi Ayah tidak bisa egois, dengan menyembunyikan yang sebenarnya dari kalian."

"Ayah, kami hanya ingin mengenalnya saja. Tapi, Ayah, Bunda dan Kak Devi adalah keluarga kami yang sebenarnya." ucap Bumi.

"Kalau pun kami jadi keluarga Cakrawala, itu karena kak Devi menikah dengan mas Gilang," ucap Langit menambahkan.

Devina melamun mengingat percakapan keluarganya malam itu. Ucapan terakhir Langit menjadi beban bagi Devina. Dan malam ini, mereka akan bertemu tuan Aksa. Apa yang terjadi nanti membuat Devina gelisah dan tidak nyaman.

Tapi ada yang menarik untuk dibahas malam ini., selain Langit dan Bumi. Devina berencana akan bertanya langsung pasang tuan Aksa. Apa yang sebenarnya terjadi dengan ibu kandung Langit dan Bumi? Mengapa wanita itu sengaja di tabrak bersama anak-anaknya? Pasti ada masalah yang memicu hal itu terjadi. Devina penasaran dan ingin tahu yang sebenarnya.

"Melamun kan apa Bu Sekretaris?" Goda Salma yang menemani Devina makan siang. Tumben hari ini pak bos tidak membawa kabur sekretarisnya untuk makan siang diluar kantor.

"Mikir tentang kamu," balas Devina.

"CK, aku serius ini. Sejak tadi kamu tuh melamun. Apa kamu masih memikirkan masalah berita kamu yang sekarang semakin ramai diperbincangkan?"

Devina menggeleng. Dia sudah tidak peduli mau berkembang kemana berita pengalihan dirinya yang jadi pelakor. Biar saja Eki yang menyelesaikannya. Yang Devina pikirkan saat ini ucap Langit.

"Lalu masalah apa yang kamu pikirkan?"

"Aku belum bisa bicara sekarang," balas Devina.

"Tidak apa-apa. Aku akan menunggu sampai kamu siap untuk berbagi." Salma menepuk lembut pundak Devina.

"Terima kasih untuk pengertian kamu Ma," balas Devina.

Baru saja Salma akan memeluk sahabatnya. Tiba-tiba ada seseorang mengguyur Devina dengan air dingin berwarna merah. Salma langsung berdiri dan menahan perempuan itu yang hendak melarikan diri.

"Siapa kamu? Berani-beraninya bertindak arogan seperti ini." Salma bicara sambil mengambil alih gelas yang digunakan perempuan itu untuk mengguyur Devina.

"Perempuan murahan seperti dia pantas dipermalukan seperti ini," balas perempuan yang mengguyur Devina.

"Apa? Perempuan murahan katamu?" Ulang Salma kesal.

"Kalau bukan murahan, tidak mungkin jadi pelakor," balasnya.

"Pelakor?" beo Salma.

"Dia menggoda tunangan saya, agar diterima bekerja di perusahaan milik ---."

"Cukup!" Bentak Devina. "Asal kamu tahu, tunangan kamu itu yang menganggu Saya." Devina berdiri untuk menatap tajam pada wanita yang sudah mempermalukannya di depan banyak orang yang kini memperhatikannya.

"Tidak usah membalikkan fakta. Dasar Pelakor!" Balasan perempuan itu membuat Devina mengepalkan tangannya.

Andai saja tidak ada sanksi dan hukum di negara ini, ingin rasanya Devina melayangkan tinju ke wajah perempuan yang terus meneriakkan kata pelakor tersebut. Sayangnya dia tidak bisa melakukan itu. Terlalu banyak cctv yang mengawasi mereka saat ini. Selain itu, para pengunjung banyak yang mengeluarkan smartphone mereka untuk merekam kejadian ini. Berita kemarin saja belum selesai. Sebentar lagi Devina harus siap dengan berita baru.

"Antarkan aku membersihkan kotoran ini," ucap Devina pada Salma.

Tidak jauh dari tempat Devina duduk, seseorang terus memperhatikan gadis itu sejak dia tiba di cafe. Sementara disudut yang lain, seseorang tersenyum senang dengan keributan yang baru saja terjadi. "Dapat kau," ucapnya.

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Pasti orang suruhan tu

2025-01-08

0

Ummi Yatusholiha

Ummi Yatusholiha

rame banget pengintai devina

2025-01-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Permintaan
2 Bab 2 Terima Saja
3 Bab 3 Bersedia
4 Bab 4 Rumor Tentang Devina
5 Bab 5 Menolak
6 Bab 6 Perdebatan
7 Bab 7 Ketenangan Devina
8 Bab 8 Konferensi Pers
9 Bab 9 Ingin Dekat
10 Bab 10 Menemui Ayah Dewa
11 Bab 11 Lima Belas Tahun
12 Bab 12 Pengalihan Issue
13 Bab 13 Bicara
14 Bab 14 Sekarang Terkenal
15 Bab 15 Sesuatu Terjadi
16 Bab 16 Salah Target
17 Bab 17 Perasaan Sandra
18 Bab 18 Bukan Keturunan Cakrawala
19 Bab 19 Tidak Ada Yang Tahu
20 Bab 20 Sudah Waktunya
21 Bab 21 Gosip Terbaru
22 Bab 22 Penjelasan Gilang
23 Bab 23 Seburuk Itu
24 Bab 24 Semakin Dekat
25 Bab 25 Tuan B
26 Bab 26 Devina Tahu
27 Bab 27 Kesetiaan
28 28. Kemarahan Lala
29 Bab 29 Rindu dan Benci
30 Bab 30 Ada Ego
31 Bab 31 Gombal
32 Bab 32 Kedatangan Wina
33 Bab 33 Kembali Menjadi Sorotan
34 Bab 34 Akhirnya Bertemu
35 Bab 35 Berita Pernikahan
36 Bab 36 Acara Penting
37 Bab 37 Bintang Utama
38 Bab 38 Gedung B
39 Bab 39. Kejadian Hari Itu
40 Bab 40 Ternyata
41 Bab 41 Pulang ke Kampung
42 Bab 42 Tangisan Bahagia
43 Bab 43 Mengharu Biru
44 Bab 44 Benar
45 Bab 45 Mundur Dari Jabatan
46 Bab 46 Om Bukan Abang
47 Bab 47 Masalah Kecil
48 Bab 48 Rahasia Danu
49 Bab 49 Ditinggalkan
50 Bab 50 Tidak Masuk Akal
51 Bab 51 Tanda Tangan Kontrak
52 Bab 52 Tidak Pernah Membenci
53 Bab 53 Jangan Asal Menghina
54 Bab 54 Tika Sebenarnya
55 Bab 55 Hukuman Yang Setimpal
56 Bab 56 Syuting
57 Bab 57 Dalang
58 Bab 58 Memancing Kemarahan
59 Bab 59 Masalah Yang Belum Selesai
60 Bab 60 Benang Merah Masalah
61 Bab 61 Menjelang Akad
62 Bab 62 Berita Buruk
63 Bab 63 Sah
64 Bab 64 Hubungan Baik
65 Bab 65 Hilang
66 Bab 66 Drama
67 Bab 67 Menua Bersama
68 Bab 68 Pulang ke Tanah Air
69 Bab 69 Akhir dari Tante Intan
70 Bab 70 Kehilangan
71 Bab 71 Sakit Karena Kamu
72 Bab 72 Kumpul Keluarga
73 Bab 73 Menunggu jawaban
74 Bab 74 Bahagia
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bab 1 Permintaan
2
Bab 2 Terima Saja
3
Bab 3 Bersedia
4
Bab 4 Rumor Tentang Devina
5
Bab 5 Menolak
6
Bab 6 Perdebatan
7
Bab 7 Ketenangan Devina
8
Bab 8 Konferensi Pers
9
Bab 9 Ingin Dekat
10
Bab 10 Menemui Ayah Dewa
11
Bab 11 Lima Belas Tahun
12
Bab 12 Pengalihan Issue
13
Bab 13 Bicara
14
Bab 14 Sekarang Terkenal
15
Bab 15 Sesuatu Terjadi
16
Bab 16 Salah Target
17
Bab 17 Perasaan Sandra
18
Bab 18 Bukan Keturunan Cakrawala
19
Bab 19 Tidak Ada Yang Tahu
20
Bab 20 Sudah Waktunya
21
Bab 21 Gosip Terbaru
22
Bab 22 Penjelasan Gilang
23
Bab 23 Seburuk Itu
24
Bab 24 Semakin Dekat
25
Bab 25 Tuan B
26
Bab 26 Devina Tahu
27
Bab 27 Kesetiaan
28
28. Kemarahan Lala
29
Bab 29 Rindu dan Benci
30
Bab 30 Ada Ego
31
Bab 31 Gombal
32
Bab 32 Kedatangan Wina
33
Bab 33 Kembali Menjadi Sorotan
34
Bab 34 Akhirnya Bertemu
35
Bab 35 Berita Pernikahan
36
Bab 36 Acara Penting
37
Bab 37 Bintang Utama
38
Bab 38 Gedung B
39
Bab 39. Kejadian Hari Itu
40
Bab 40 Ternyata
41
Bab 41 Pulang ke Kampung
42
Bab 42 Tangisan Bahagia
43
Bab 43 Mengharu Biru
44
Bab 44 Benar
45
Bab 45 Mundur Dari Jabatan
46
Bab 46 Om Bukan Abang
47
Bab 47 Masalah Kecil
48
Bab 48 Rahasia Danu
49
Bab 49 Ditinggalkan
50
Bab 50 Tidak Masuk Akal
51
Bab 51 Tanda Tangan Kontrak
52
Bab 52 Tidak Pernah Membenci
53
Bab 53 Jangan Asal Menghina
54
Bab 54 Tika Sebenarnya
55
Bab 55 Hukuman Yang Setimpal
56
Bab 56 Syuting
57
Bab 57 Dalang
58
Bab 58 Memancing Kemarahan
59
Bab 59 Masalah Yang Belum Selesai
60
Bab 60 Benang Merah Masalah
61
Bab 61 Menjelang Akad
62
Bab 62 Berita Buruk
63
Bab 63 Sah
64
Bab 64 Hubungan Baik
65
Bab 65 Hilang
66
Bab 66 Drama
67
Bab 67 Menua Bersama
68
Bab 68 Pulang ke Tanah Air
69
Bab 69 Akhir dari Tante Intan
70
Bab 70 Kehilangan
71
Bab 71 Sakit Karena Kamu
72
Bab 72 Kumpul Keluarga
73
Bab 73 Menunggu jawaban
74
Bab 74 Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!