Kehidupan baru, Masalah baru

Setelah gagal dengan segala usaha konyolnya, Shin akhirnya mengambil keputusan besar: pergi ke Akademi Sihir. Bukan karena dia yakin sihir mereka bakal bantu, tapi karena dia nggak punya pilihan lain. Plus, kalau mereka nggak bisa bantu, setidaknya dia bisa ngeledek para guru yang ngerasa paling tahu soal sihir.

“Gue nggak punya apa-apa di sini, dan kalian yang ngajak gue ke Akademi. Jadi jangan nyesel, ya, kalau gue bikin ribut,” gumam Shin sambil nenteng tas kecil yang isinya cuma baju lusuh, buku sihir, dan satu roti basi.

Perjalanan ke Akademi nggak gampang. Shin harus naik turun bukit, ngelewatin sungai, dan hampir diterkam serigala di tengah jalan. Tapi dia tetep santai. Bahkan, pas dia nyasar ke tengah hutan, dia masih sempet ngomel.

“Hutan apaan ini, sih? Jalannya nggak jelas banget. Gue kira udah deket, ternyata makin jauh. Apa gue harus bikin jalan sendiri pake sihir?” Shin langsung ketawa sendiri. “Oh iya, lupa. Gue nggak bisa sihir, brengsek.”

Setelah dua hari jalan kaki dan satu malam tidur di atas pohon, akhirnya Shin sampai di gerbang besar Akademi Sihir. Gerbang itu tinggi banget, dihiasi ukiran naga dan simbol sihir yang kelihatan keren—kecuali buat Shin. Dia cuma ngeliatin ukiran itu sambil nyengir.

“Wah, niat banget bikin ginian. Padahal, naga beneran aja nggak peduli sama ukiran kayak gini. Kayaknya lebih cocok buat pintu kamar mandi raksasa.”

Dua penjaga di depan gerbang melirik Shin dengan tatapan curiga. Salah satu dari mereka, pria tinggi dengan baju besi mengkilap, langsung menghentikan langkah Shin. “Hey, kamu! Apa urusanmu di sini?”

Shin melirik penjaga itu dari atas sampai bawah. “Urusan gue? Ya, katanya gue diundang ke sini. Mau liat? Nih, suratnya.” Dia ngeluarin surat undangan dari kantongnya dengan santai.

Penjaga itu membaca suratnya, lalu mengangguk. “Baiklah, kamu bisa masuk. Tapi ingat, jaga sopan santunmu.”

Shin mendengus sambil nyengir. “Sopan santun? Lo pikir gue anak bangsawan, apa gimana?”

Sebelum penjaga itu sempet ngomel balik, Shin udah jalan masuk ke dalam Akademi. Begitu dia melangkah melewati gerbang besar, dia langsung disambut oleh pemandangan yang bikin dia bengong. Bangunan Akademi tinggi menjulang dengan atap emas, halaman yang penuh bunga warna-warni, dan siswa-siswa berseragam mewah yang sibuk bolak-balik.

“Wah, keren juga, ya. Tapi kayaknya orang-orang di sini terlalu serius. Apa mereka nggak punya hidup lain selain sihir?” Shin bergumam sambil jalan santai. Beberapa siswa ngelirik ke arahnya dengan tatapan aneh, mungkin karena pakaian Shin yang lusuh atau cara jalan santainya yang nggak peduli.

Sampai akhirnya, seorang pria tua dengan jubah panjang menghampiri Shin. Wajahnya serius, tapi matanya memancarkan sedikit rasa penasaran. “Kamu Shin, bukan? Selamat datang di Akademi Sihir.”

Shin melirik pria itu dari kepala sampai kaki. “Iya, gue Shin. Lo siapa?”

Pria tua itu terdiam sejenak, kelihatan agak bingung dengan nada bicara Shin. “Aku kepala sekolah di sini. Namaku Althar. Aku yang mengizinkanmu masuk ke Akademi ini.”

“Oh, lo kepala sekolah? Kirain lebih tua lagi. Eh, maksud gue, apa urusan lo sama gue?” Shin nyengir lebar, jelas-jelas nggak sopan.

Althar menghela napas panjang. “Aku mendengar tentang kondisimu, tentang segel di tubuhmu. Aku pikir, mungkin di sini kami bisa membantumu membuka segel itu.”

Shin menatap Althar dengan ekspresi skeptis. “Bantu? Hah, gue udah coba buka segel ini pake segala cara. Joget, mantra aneh, bahkan ngomong sama segelnya langsung. Lo pikir cara lo bakal lebih ampuh?”

Beberapa siswa yang lewat terdiam, jelas kaget denger ucapan Shin yang terang-terangan nggak sopan ke kepala sekolah. Tapi Althar tetap tenang, meski kelihatan sedikit berusaha menahan kesabaran. “Kami punya metode yang lebih terstruktur di sini. Tapi sebelum itu, kamu harus mengikuti ujian masuk.”

Shin tertawa kecil. “Ujian masuk? Buat apa? Gue nggak bisa sihir, ingat? Kalau ujian ini soal ngelempar api atau ngegerakin barang pake pikiran, mending gue tidur aja.”

“Ujian ini bukan hanya soal kekuatan sihir. Ini juga menguji keberanian, strategi, dan kemampuan bertahanmu,” jawab Althar, tetap tenang.

“Ah, gitu ya? Kalau gitu, boleh lah gue ikutan. Tapi kalau gue nggak lulus, gue bakal balik ke pegunungan dan bilang ke semua orang kalau Akademi ini cuma buang-buang waktu.”

Althar tersenyum tipis. “Kita lihat nanti.”

Ujian masuk ternyata lebih gila dari yang Shin bayangkan. Dia dilempar ke arena besar yang penuh monster sihir, bersama beberapa kandidat lain. Aturannya sederhana: bertahan selama satu jam, atau kabur kalau nggak kuat.

“Serius, ini ujian? Bukannya ini lebih kayak acara buat nyelametin diri?” Shin berdiri di tengah arena, dikelilingi monster-monster yang tampak lapar.

Salah satu kandidat lain—seorang anak laki-laki dengan rambut pirang rapi—berteriak ke Shin. “Hei! Kamu nggak bawa senjata? Apa kamu mau mati?!”

Shin nyengir santai. “Senjata gue adalah mulut gue, bro. Lo tenang aja, gue bakal bikin mereka takut pake kata-kata.”

Monster besar dengan gigi tajam mendekat ke arah Shin. Bukannya lari, Shin malah mendekati monster itu sambil ngomong, “Eh, lo! Gue tau lo lapar, tapi coba pikir, ya. Kalau lo makan gue, rasanya pasti kayak kayu bakar. Gue kurus banget, ngerti nggak?”

Monster itu mengaum, jelas nggak ngerti apa-apa, tapi Shin tetap santai. Dia melompat ke samping, menghindari serangan monster itu dengan gesit. “Gila, lo nggak ngerti bahasa manusia, ya? Udah gue duga. Monster juga brengsek!”

Sementara kandidat lain sibuk melawan atau bersembunyi, Shin malah terus ngomong. Dia ngejek, ngehina, bahkan nari-nari buat ngecoh monster-monster di arena. Entah kenapa, strateginya berhasil. Beberapa monster malah terlihat kebingungan, seolah nggak ngerti harus ngapain sama orang seaneh Shin.

Ketika waktu satu jam habis, lonceng berbunyi, dan semua kandidat dinyatakan lulus. Shin duduk di tengah arena sambil ngos-ngosan, tapi senyumnya lebar. “Gampang banget. Gue harusnya minta tantangan yang lebih susah.”

Althar dan beberapa guru lain melihat dari tribun, wajah mereka campuran antara kagum dan bingung. “Anak ini... aneh,” kata salah satu guru. “Tapi dia punya sesuatu yang berbeda.”

Althar mengangguk pelan. “Ya. Dia bukan hanya berbeda. Dia akan mengubah cara kita melihat sihir.”

Episodes
1 Sihir Brengsek!
2 Mantra dan tarian gila!
3 Kehidupan baru, Masalah baru
4 Kamar Asrama dan Masalah pertama
5 Misi pertama yang gagal total
6 Duel dilapangan sihir
7 Kejutan dari kepala sekolah
8 Rahasia dibalik hutan terlarang
9 Monster sialan!
10 Luka lama dibalik tawa!
11 Perangkap sihir
12 Kekacauan dalam kelas sihir
13 Bukan hanya Sihir, Tapi juga Hati!
14 Ujian keberanian
15 Ujian tak terduga
16 Kelanjutan dihutan terlarang
17 Ujian sang penjaga hutan!
18 Pintu menuju kegelapan
19 Keajaiban sihir kacau
20 Kebenaran yang tersembunyi
21 Kembali ke Akademi dan Laporan-laporan kocak
22 Dibalik bayangan
23 Jejak ke Hutan Naga Kegelapan
24 Didalam kegelapan naga hutan
25 Menghadapi kegelapan
26 Benturan terakhir
27 Ketegangan yang membara
28 Gelap yang menghantui
29 Perjalanan yang tak terduga
30 Perang bayangan
31 Cahaya dalam Kegelapan
32 Bayang - bayang yang mengintai
33 Kebangkitan yang terburu buru
34 Jejak yang tertinggal
35 Pertarungan Kekuatan dan Kebijaksanaan
36 Bayangan dibalik kemenangan
37 Kebenaran yang tersembunyi
38 Jejak yang hilang
39 Perang di pegunungan
40 Kebangkitan yang menggetarkan
41 Titik balik ditengah kekacauan
42 Akademi Sihir, Ruang Penyembuhan
43 Kebangkitan Dewa Manusia pertama
44 Pertemuan dengan bayangan masa lalu
45 Kemunculan sang penolong
46 Tujuan pertama selesai!
47 Pelatihan dibawah bimbingan Calen
48 Awal dari sebuah Era Baru
49 Persiapan yang tak terduga
50 Perjalanan 1.500 Hari
51 Sosok Dewa Yang Sempurna
52 Dewa Di Bangku Akademi
53 Dewa, Guru atau Murid?
54 Kehidupan baru Shin di Akademi
55 Dunia tanpa sihir
56 Pria tua bijaksana
57 Ketegangan yang Meningkat
58 Perjumpaan dengan presiden
59 Pengumuman presiden
60 Pembelajaran sejati di Dunia tanpa sihir
61 Puncak Kebijaksanaan
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Sihir Brengsek!
2
Mantra dan tarian gila!
3
Kehidupan baru, Masalah baru
4
Kamar Asrama dan Masalah pertama
5
Misi pertama yang gagal total
6
Duel dilapangan sihir
7
Kejutan dari kepala sekolah
8
Rahasia dibalik hutan terlarang
9
Monster sialan!
10
Luka lama dibalik tawa!
11
Perangkap sihir
12
Kekacauan dalam kelas sihir
13
Bukan hanya Sihir, Tapi juga Hati!
14
Ujian keberanian
15
Ujian tak terduga
16
Kelanjutan dihutan terlarang
17
Ujian sang penjaga hutan!
18
Pintu menuju kegelapan
19
Keajaiban sihir kacau
20
Kebenaran yang tersembunyi
21
Kembali ke Akademi dan Laporan-laporan kocak
22
Dibalik bayangan
23
Jejak ke Hutan Naga Kegelapan
24
Didalam kegelapan naga hutan
25
Menghadapi kegelapan
26
Benturan terakhir
27
Ketegangan yang membara
28
Gelap yang menghantui
29
Perjalanan yang tak terduga
30
Perang bayangan
31
Cahaya dalam Kegelapan
32
Bayang - bayang yang mengintai
33
Kebangkitan yang terburu buru
34
Jejak yang tertinggal
35
Pertarungan Kekuatan dan Kebijaksanaan
36
Bayangan dibalik kemenangan
37
Kebenaran yang tersembunyi
38
Jejak yang hilang
39
Perang di pegunungan
40
Kebangkitan yang menggetarkan
41
Titik balik ditengah kekacauan
42
Akademi Sihir, Ruang Penyembuhan
43
Kebangkitan Dewa Manusia pertama
44
Pertemuan dengan bayangan masa lalu
45
Kemunculan sang penolong
46
Tujuan pertama selesai!
47
Pelatihan dibawah bimbingan Calen
48
Awal dari sebuah Era Baru
49
Persiapan yang tak terduga
50
Perjalanan 1.500 Hari
51
Sosok Dewa Yang Sempurna
52
Dewa Di Bangku Akademi
53
Dewa, Guru atau Murid?
54
Kehidupan baru Shin di Akademi
55
Dunia tanpa sihir
56
Pria tua bijaksana
57
Ketegangan yang Meningkat
58
Perjumpaan dengan presiden
59
Pengumuman presiden
60
Pembelajaran sejati di Dunia tanpa sihir
61
Puncak Kebijaksanaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!