PINDAH RUMAH

Marsha memandangi pantulan dirinya pada cermin yang tingginya hampir sama dengannya. Ia mematut dirinya, rasanya tidak ada yang salah. Ia sudah rapi dan lengkap dengan seragam sekolahnya.

Akhirnya sekolah kembali, Marsha merasa akan mulai sibuk dengan kegiatan sekolahnya hingga ia pikir ia bisa mengabaikan pria yang kini sekamar dengannya ini. Marsha melirik sinis kearah kamar mandi yang tertutup yang sedang dipakai Alan. Lebih lima hari sekamar, membuatnya merasa was-was dan susah tidur tentunya.

Terpaksa setelah hari pernikahannya ia menghabiskan waktu bersama Alan. Segala tempat 'bulan madu singkat' yang sudah disiapkan untuk mereka, tentu saja tidak bisa Marsha nikmati dengan sungguh-sungguh. Ia justru hampir gila, saking stresnya melindungi diri dari Alan, suaminya sendiri.

Flashback On

"Nggak boleh hamil, kenapa kasih destinasi honeymoon sih Tan. Pulang aja sih." geram Marsha protes. Ia mau gila benaran begitu tahu. Ingin protes pada Nadia namun ia jauh sibuk bersama Sania, entah apa yang dibicarakan.

"Nggak boleh hamil dulu kan bukan berarti ngakak boleh iya-iya, Sha." Hana tersenyum menggoda keponakannya yang hanya Marsha balas dengan tatapan frustrasi.

~

"Om jangan macam-macam ya," ancam Marsha malam pertama setelah menikah, saat ia mulai ingin tidur.

Alan hanya menatapnya heran, ia sebenarnya juga tidak ada minat macam-macam terhadap Marsha karena dimatanya Marsha hanya anak kecil ibarat buah yang masih muda, rasanya kalau nggak kecut ya pahit.

"Om tidur di sofa, saya di kasur." atur Marsha,

"Saya perempuan, Om wajib mengalah karena pria sejati memang harus mengalah." bela Marsha mencari alasan sebelum Alan protes agar tidak ada perebutan siapa yang tidur di kasur.

Alan yang malas berdebat dengan Marsha yang dianggap anak kecil labil memang lebih memilih mengalah bukan karena kata pria sejati, tapi lebih menghindari bisingnya mulut Marsha atau tiba-tiba ia berteriak tidak jelas. Walaupun Alan menurut maunya Marsha, tetap saja Marsha benar-benar tidak bisa tidur nyenyak, ia akan benar-benar ketiduran menjelang pagi.

Esok paginya ketika para orang tua dan keluarga pamit, Marsha mendengar Alan yang ditegur Sania yang membuat ia menyunggingkan senyuman senang dan mengambil kesempatan itu.

"Al, kamu nggak bisa sabaran sedikit apa!?" protes Sania tidak habis pikir,

"Sabar apa Mam?" Alan yang bingung dimana salahnya hanya mengernyitkan alisnya.

"Itu tadi Mami lihat Marsha kecapean, kelihatan kurang tidur banget. Kasih jeda dong, Al. Jangan main gas-gas gitu aja."

Alan masih terdiam mencoba memahami protes Sania.

"Ingat ya Al, nggak boleh hamil sebelum Marsha lulus." bisik Sania yang tentu juga didengar oleh Marsha yang memang sedang duduk bersandar dibalik pilar besar yang berjarak hanya tiga meter dari Sania dan Alan.

"Mam," Alan berusaha ingin menjelaskan kesalahpahaman Sania, tapi seketika Marsha menampakkan diri dibelakang Sania membuat Alan menatapnya. Sania yang sadar arah tatapan Alan langsung berbalik dan melihat Marsha yang sudah pura-pura sedang lewat, tentu saja pura-pura lewatnya itu disaksikan oleh Alan, karena jelas ia melihat Marsha muncul dari balik pilar itu.

"Lho, Marsha kamu dari mana sayang?" sapa Sania khawatir.

"Dari depan Tan, eh Mam." jawab Marsha yang bingung memanggil Sania dengan sebutan apa. Marsha sengaja melemahkan suaranya membuat Sania semakin khawatir.

"Kamu nggak apa-apa, Sha? Ada yang sakit?"

Marsha mengangguk lemah, "Iya Mam, sebadan-badan sakit, super pegal." adu Marsha manja, membuat Sania melototi Alan penuh ancaman.

Alan menggeram kesal, ia hanya bisa menghela napas berat, melihat polah Marsha.

"Mau Mami panggil dokter?"

"Nggak usah Mam, capek-capek aja ini butuh massage aja deh kayaknya." memang Marsha butuh untuk merilekskan tubuh dan pikirannya.

"Oke, nanti Mami panggilkan terapis terbaik disini ya." janji Sania, lalu ia menatap Alan kesal dan kembali menatap Marsha dengan berbisik, "Kamu nggak usah terlalu ikuti maunya Alan kalau capek dan sakit gini ya, Sha. Macam-macam dia bilang sama Mami, oke."

Sania kini merasa kasihan pada Marsha, ia berpikir Marsha yang masih usia muda, berstatus pelajar tidak mungkin kepolosannya dimanfaatkan oleh Alan kan, Sania sedikit ragu mengingat ia juga tahu bagaimana anaknya bersikap. Tapi apa mungkin usianya yang sudah matang bisa merubahnya, apalagi ada Marsha yang jelas cantik dan muda, yang tidak didandani saja membuat ia sebagai wanita takjub apalagi Alan laki-laki dewasa dengan usia matang begitu.

Melihat tatapan Sania padanya yang masih penuh ancaman membuat Alan tidak tenang, dikerjai anak kecil, mengambil hati Sania dengan kesalahpahaman ini, bisa-bisanya. Alan tidak akan tinggal diam.

"Udah Mam, nggak usah dipikirkan. Alan tahu batasan kok. Mami berangkat aja itu supir tungguin Mami aja lagi." Alan mengingatkan sambil menoleh kearah supir yang memang sedang menunggu Sania seorang.

Semua keluarga memang kembali ke kota atau melanjutkan liburan dan aktivitasnya masing-masing, tentu saja meninggalkan Alan dan Marsha berdua disana.

"Sebentar, Mami hubungi Endah dulu buat cariin terapisnya." Sania mengeluarkan ponselnya dari tas yang sedari tadi ia jinjing.

"Nggak usah Mam," Alan langsung menurunkan ponsel Sania, "Biar Alan aja yang pijit Marsha," Alan menatap Marsha dengan tatapan dan senyuman smirk penuh arti, yang tentu hanya Marsha yang mengerti maksudnya. Marsha menelan salivanya, kini ia merasakan panik akibat ulahnya yang secara impulsif itu.

"Nggak apa-apa kan, sayang," kini Alan merangkul Marsha untuk mendekat disampingnya, Marsha hanya bergeming. Kepanikannya membuat ia susah untuk berkata, mengingat hari ini hanya tinggal mereka berdua.

Sania tampak berpikir, namun ia kembali mengangkat ponselnya. "Ah, nanti kamu malah pijit plus-plus lagi." ketusnya.

Pijit plus-plus? Marsha mendongak melihat Alan yang sudah menempel disampingnya, merangkul dengan sangat erat. Sadar dilihat Marsha ia pun menyeringai membuat Marsha membuang muka seketika bergidik ngeri.

"Nggak bakal Mam, tenang aja." kini nada Alan meyakinkan Sania, "Nanti kalau memang butuh, Alan yang hubungi."

Suara klakson mobil mewah yang akan membawa Sania terdengar memanggil, jelas Damar yang melakukannya. Sania mengurungkan niatnya dan berpamitan pada sepasang pengantin baru didepannya. Ia juga tidak menyangka bisa secepat ini Alan dan Marsha bisa saling menerima, jauh di lubuk hatinya ia merasa lega.

Flashback Off

"Semangat!" Marsha mengangkat tangannya simbol semangat yang bertepatan dengan keluarnya Alan dari kamar mandi, menatap Marsha dengan tatapan aneh yang membuat Marsha jengah.

"Kamu udah selesai kan," Alan melirik Marsha dari ujung kepala hingga kaki, "Sana keluar, saya mau pakai baju!" usir Alan cuek, ia berjalan kearah pintu menunggu Marsha keluar.

Marsha menatap nanar kearah Alan yang masih mengenakan bathrobe, ia mendengkus kesal saat melewati Alan keluar kamar. Baru kali ini ia diusir dari kamarnya sendiri.

Marsha menikmati sarapannya dengan tenang, mengacuhkan Harris dan Nadia yang menatapnya heran.

"Sha, suamimu mana?" tanya Nadia pelan,

"Masih dikamar, lam-ban." keki Marsha dengan menekankan pada kata lamban.

"Kamu aja yang kecepatan, Sha." kini Harris yang bersuara. Marsha melihat kearah Harris sesaat, lalu menghela napas memilih tidak menjawabnya.

"Jadi kamu benaran udah siap tinggal dirumah sendiri, Sha?"

"Hah?" Marsha menatap kaget Nadia, "Maksudnya gimana, Ma?"

"Alan bilang sama Mama dan Papa kalian udah siap tinggal dirumah sendiri, kok kamu jadi bingung sih."

Marsha mengehentikan kegiatan sarapannya, ia menatap Nadia serius, "Ih, kapan ngomongnya?!"

"Pagi Pa, Ma," sapa Alan yang sudah duduk disamping Marsha. "Pagi sayang," sapanya sambil mengusap puncak kepala Marsha, membuat Marsha bergeming jijik.

"Semalam kan Mas udah cerita sama kamu, waktu di villa juga kan."

Sayang, Mas, pakai pegang-pegang lagi udah kebiasaan ini, nggak bisa dibiarkan. Batin Marsha. Pembalasan Alan mengerjainya lebih banyak daripada Marsha yang hanya disaat di villa tempo hari membuat Marsha semakin kesal.

"Nggak ada Ma, Pa, sumpah. Ingatan Marsha masih bagus."

Alan cuek seolah-olah Marsha memang lupa. Ia menyesap kopinya lalu berkata "Bukan lupa. Mungkin ingatan kamu kali ini teralihkan aja sayang, karena terlalu lelah."

"Lelah kenapa?" tanya Marsha bingung, ia melihat kearah Alan dengan sinis.

"Pernikahan kita," lalu ia mendekat dan berbisik tapi sengaja bisa didengar semua orang diruangan itu, "Kita kan baru pulang dari bulan madu, kamu pasti lelah."

"Apa sih!?" Marsha mendorong Alan menjauh. Ia tampak marah sekarang.

"Marsha." tegur Harris, ia tidak membentak tapi ucapan penuh penekanan dan ketegasan. Ia tidak suka melihat anaknya bertingkah tidak sopan kepada suaminya, apalagi didepan Harris dan Nadia. Ia seorang pria ia tahu hal itu akan membuat dirinya merasa tidak dihargai. Marsha hanya diam dengan wajah menekuk.

"Nggak ada salahnya tinggal dirumah sendiri setelah menikah, itu jauh lebih bagus sebenarnya." ucap Harris akhirnya.

"Papa benar, Sha. Lagian kan lebih dekat dari sekolah kamu jadi nggak perlu sepagi ini buat berangkat ke sekolah kan."

Marsha mengernyit, "Dimana memangnya?"

"Villa Bella."

***

Episodes
1 Memilih Pergi
2 Sebagai Pengganti
3 Ada Syaratnya
4 Menolak Perjodohan
5 Takdir Tidak Selalu Sesuai Rencana
6 Tidak Berdaya
7 LIBURAN PALSU
8 PERTEMUAN
9 TIDAK SETUJU
10 TIDAK COCOK
11 WANGI YANG DIRINDUKAN
12 Surprise
13 DIPAKSA MERELAKAN
14 BELANJA BARENG OM ATAU ABANG
15 Pernikahan
16 MATA YANG TERNODAI
17 PINDAH RUMAH
18 SETUJU
19 CINCIN PERNIKAHAN
20 DITEMPAT YANG SAMA
21 JANGAN NANGIS
22 Rebutan Ingin Ngobrol
23 BERHENTI MEMBERI HARAPAN
24 V - SECRET ADMIRER
25 BERBAGI RANJANG
26 MEMBANGKITKAN GAIRAH
27 CINTA ITU BELUM TERTANAM
28 KAMU BAHAGIA?
29 MAS! MAS! MAS!
30 UNDANGAN SWEET SEVENTEEN
31 TERNYATA YANG KEDUA
32 GELISAH DAN KHAWATIR
33 HANYA BISA DIAM DAN PATUHI
34 RINGTONE KHUSUS
35 TERNYATA SUDAH MENIKAH
36 RASA PENASARAN SARAH
37 KENAPA RASANYA NYAMAN SEKALI?
38 Surat Kecil
39 DIA SUDAH BERSUAMI
40 KEANEHAN ALAN
41 Masih Cinta Kan?
42 Tidak Ada Affair, Hm!?
43 ALAN DAN RENO
44 TIDAK DAPAT IZIN
45 MANIS DAN PAHIT
46 BUAT DIA SIBUK
47 SEMAKIN BABAK BELUR
48 MARAH
49 Dunia Ajeb-ajeb
50 KECURIGAAN SARAH
51 Kartu Nikah
52 First Kiss
53 TERLALU WANGI
54 Serba Salah
55 BOLOS SEKOLAH
56 CERITA MARSHA
57 JEBAKAN
58 KAMBUH
59 TIDAK JELAS
60 KEHADIRAN RENO
61 DENGAN SADAR
62 Resmi
63 DITERIMA
64 MAYA KEMBALI
65 MEMBERIKAN SEUTUHNYA
66 Sekali Lagi
67 Mata yang Familiar
68 MAU KEMANA?
69 HEALING TIPIS-TIPIS
70 MENCARI PELAKU
71 PATAH HATI
72 BERBAIKAN
73 Hoodie Siapa?
74 V, Vino?
75 Memohon Maaf
76 Masalah Kembali
77 SISA RASA
78 PERGI UNTUK SELAMANYA
79 Love Language
80 Penolakan Hera
81 Harapan Hera
82 Belajar Masak
83 Lo Udah Nikah, Lo Jaga Sikap
84 Hanya Marsha
85 Kerelaan Alan
86 Bertemu Reno
87 Berbohong
88 Kekhawatiran
89 Melupakan Janji
90 Kecurigaan Reno
91 Kecurigaan Reno (2)
92 Masih Ada Cinta
93 Perasaan Marsha yang Mulai Terbagi
94 Belum Mau Menikah
95 Semakin Rumit
96 Maaf dan Kekecewaan Alan
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Memilih Pergi
2
Sebagai Pengganti
3
Ada Syaratnya
4
Menolak Perjodohan
5
Takdir Tidak Selalu Sesuai Rencana
6
Tidak Berdaya
7
LIBURAN PALSU
8
PERTEMUAN
9
TIDAK SETUJU
10
TIDAK COCOK
11
WANGI YANG DIRINDUKAN
12
Surprise
13
DIPAKSA MERELAKAN
14
BELANJA BARENG OM ATAU ABANG
15
Pernikahan
16
MATA YANG TERNODAI
17
PINDAH RUMAH
18
SETUJU
19
CINCIN PERNIKAHAN
20
DITEMPAT YANG SAMA
21
JANGAN NANGIS
22
Rebutan Ingin Ngobrol
23
BERHENTI MEMBERI HARAPAN
24
V - SECRET ADMIRER
25
BERBAGI RANJANG
26
MEMBANGKITKAN GAIRAH
27
CINTA ITU BELUM TERTANAM
28
KAMU BAHAGIA?
29
MAS! MAS! MAS!
30
UNDANGAN SWEET SEVENTEEN
31
TERNYATA YANG KEDUA
32
GELISAH DAN KHAWATIR
33
HANYA BISA DIAM DAN PATUHI
34
RINGTONE KHUSUS
35
TERNYATA SUDAH MENIKAH
36
RASA PENASARAN SARAH
37
KENAPA RASANYA NYAMAN SEKALI?
38
Surat Kecil
39
DIA SUDAH BERSUAMI
40
KEANEHAN ALAN
41
Masih Cinta Kan?
42
Tidak Ada Affair, Hm!?
43
ALAN DAN RENO
44
TIDAK DAPAT IZIN
45
MANIS DAN PAHIT
46
BUAT DIA SIBUK
47
SEMAKIN BABAK BELUR
48
MARAH
49
Dunia Ajeb-ajeb
50
KECURIGAAN SARAH
51
Kartu Nikah
52
First Kiss
53
TERLALU WANGI
54
Serba Salah
55
BOLOS SEKOLAH
56
CERITA MARSHA
57
JEBAKAN
58
KAMBUH
59
TIDAK JELAS
60
KEHADIRAN RENO
61
DENGAN SADAR
62
Resmi
63
DITERIMA
64
MAYA KEMBALI
65
MEMBERIKAN SEUTUHNYA
66
Sekali Lagi
67
Mata yang Familiar
68
MAU KEMANA?
69
HEALING TIPIS-TIPIS
70
MENCARI PELAKU
71
PATAH HATI
72
BERBAIKAN
73
Hoodie Siapa?
74
V, Vino?
75
Memohon Maaf
76
Masalah Kembali
77
SISA RASA
78
PERGI UNTUK SELAMANYA
79
Love Language
80
Penolakan Hera
81
Harapan Hera
82
Belajar Masak
83
Lo Udah Nikah, Lo Jaga Sikap
84
Hanya Marsha
85
Kerelaan Alan
86
Bertemu Reno
87
Berbohong
88
Kekhawatiran
89
Melupakan Janji
90
Kecurigaan Reno
91
Kecurigaan Reno (2)
92
Masih Ada Cinta
93
Perasaan Marsha yang Mulai Terbagi
94
Belum Mau Menikah
95
Semakin Rumit
96
Maaf dan Kekecewaan Alan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!