'Awas lo ya, ketemu gue diluar' batin Ahtar. Harga dirinya benar-benar kebanting di depan Audrey gara-gara pria ini.
"Kalau begitu, saya pulang dulu ya" pamit Sigit.
"Eh.. kalau boleh tau, rumah kamu dimana? siapa tau kita bisa temenan. Iya kan Tar" kata Audrey sambil melirik Ahtar.
"Iya" jawab Ahtar pura-pura senang.
"Rumahku disebelah rumah kamu ini" jawab Sigit sambil menunjuk rumah sederhana yang berada di sebelah kiri rumah Audrey.
"Bukannya itu rumah kosong?" tanya Audrey sambil mengernyit.
"Wah. Bahaya nih. Jangan-jangan.... " Ahtar tak meneruskan kata-katanya.
"Jangan-jangan apa sih, Tar?" tanya Audrey jadi nggak enak sama Sigit.
"Ya karena kosong, makanya kita tempati" jawab Sigit.
"Wah.. parah nih. Hati-hati, Drey. Jangan-jangan.... " Ahtar mulai lagi.
"Maksudmu... keluargamu ngontrak disitu?" tanya Audrey memperjelas.
"Yap. Bener banget" jawab Sigit senang, karena sekarang Audrey mengerti.
"Oh.. berarti kita bisa temenan terus dong ya, secara kita kan tetanggaan'' kata Audrey senang.
"Yap. Saya akan seneng banget bisa temenan sama kamu. Nanti kalau kamu butuh bantuan, kamu boleh telpon saya. Ini nomor telepon saya, kamu boleh catat" kata Sigit.
'Si*lan... pake ngasih nomor telepon. Dia pikir dia orang penting, apa?' maki Ahtar dalam hati.
"Oh kalau gitu aku ambil ponselku dulu" sahut Audrey sembari masuk kedalam rumahnya. Dan tak sampai lima menit Audrey sudah kembali dengan membawa ponselnya.
"Nomor kamu berapa?" tanya Audrey bersiap menyimpan nomor Sigit.
Sigitpun menyebutkan nomornya yang langsung diketik Audrey di handphonenya.
"Mau kupakai nama apa ya?" gumam Audrey yang terdengar oleh Sigit.
"Simpan pakai nama saya aja, Sigit" jawab Sigit.
"Nggak. Soalnya di HPku udah ada nama Sigit, temenku" jawab Audrey.
"Temen?" tanya Sigit memastikan.
"Iya temen. Temen sekelas aku sama Ahtar" jawab Audrey sambil menoleh ke arah Ahtar lagi.
"Ya udah, simpan aja pakai nama tukang servis, kan tadi dia udah benerin mesin air kamu" Ahtar bersuara.
"Eh lo jangan ngehina gue ya" Sigit merasa tersinggung.
"Ya bukannya menghina. Hanya saja daripada Audrey bingung nulis nama elu siapa, ya aku ngasih ide. Kan bener lu yang benerin mesin airnya Audrey" sahut Ahtar.
"Iya. Gue yang benerin. Karna apa? karna gue laki, bro. Nggak kayak elu. Elu mah bisanya main HP doang. Kayak cewek aja lo" hina Sigit dengan menunjuk dada Ahtar.
"Eh.. apa lo bilang?" seketika emosi Ahtar naik ke ubun-ubun. Ditonjoknya wajah Sigit.
"Ahtar... jangan.. " teriak Audrey panik.
Sigitpun tak mau kalah. Dikepalnya telapak tangannya, bersiap untuk membalas.
"Sigit jangan.. kumohon. Dia temenku" kata Audrey sembari berdiri di depan Ahtar, agar Sigit tak meneruskan rencananya.
"Apa-apaan ini?" ibunda Audrey yang sedang menonton kaget mendengar ribut-ribut diluar.
"Ah.. nggak ada apa-apa bu" jawab Ahtar jadi tak enak.
"Ya udah, aku pulang ya Drey" pamit Sigit.
"Saya pamit dulu ya bu" pamitnya pada ibunda Audrey.
"Iya.. "
"Kamu nggak kenapa-kenapa Tar?" tanya ibu sepulangnya Sigit.
"Nggak apa-apa, bu" jawab Ahtar.
"Ya sudah" kata ibu seraya masuk lagi kedalam rumah.
"Kamu sih.. suka ngatain dia" Audrey ngomelin Ahtar.
"Kamu juga... kok ngebelain dia. Kenal aja, baru" sungut Ahtar.
"Aku itu bukan ngebelain dia, Tar"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments