Empat - Kedatangan Yoga

Tak jauh berbeda dengan Adrian, Asyifa kini termenung.

Dia bingung dengan keberadaannya di rumah mungil itu. Sudah setengah tahun ini, dia rasanya seperti makan gaji buta.

“Kebutuhanku tak seberapa, tapi gajiku sebanyak itu dan diberikan rumah. Enak, sih? Tapi, aku seperti mengingkari perjanjian itu,” lirihnya cemas.

Beberapa kali, Naura bahkan mendesaknya untuk merayu Adrian.

Bagaimana bisa Asyifa merayunya? Pak Adrian saja tidak pernah ke sini!

Asyifa sungguh merasa serba salah.

Jadi, yang dapat dilakukan Asyifa adalah mulai berbaur dengan tetangga.

Cukup akrab, tapi tak sampai menggosip dan berghibah.

Beberapa bulan lalu, Asyifa juga mulai merawat tubuhnya. Dia ikut saran dari tetangganya untuk ke klinik kecantikan. Katanya, saat suami Asyifa yang merantau balik, dia bisa kelihatan fresh dan glowing,

Waktu itu, Asyifa menahan tawa. Mau berubah pun, apa Adrian akan tertarik padanya?

Tapi, tetangganya memaksa.

Tanpa terasa, Asyifa memang terlihat semakin menarik. Dan, yang tahu perubahan ini adalah Yoga yang setiap bulan mendapat tugas untuk mengantarkan gaji bulanan Asyifa.

Bahkan, asisten suaminya itu datang kalau Asyifa butuh bantuan, seperti menggantikan lampu yang mati, atau apa yang harus dikerjakan laki-laki.

“Sebenarnya yang suamiku itu, Adrian atau Yoga, ya?” lirihnya, bimbang lalu akhirnya tertidur.

Asyifa sangat lelap, hingga tak menyadari bahwa Adrian masuk ke kamarnya dan membenarkan selimutnya.

Sekilas, Adrian memandang wajah istri mudanya itu.

Tanpa disadarinya, pria itu mengulas senyum melihat Asyifa yang tidur dengan wajah yang polos dan tenang.

Pria itu pun segera keluar dan merebahkan tubuhnya di sofa yang berada di ruang tengah. Mencoba memejamkan matanya dan melupakan perdebatan-perdebatan yang telah ia lalui dengan Naura selama ini.

**

“Astaghfirullah!”

Pagi harinya, Asyifa terbangun untuk melakukan salat subuh. Namun, ia kaget ada seseorang yang sedang tidur nyenyak di sofa yang berada di depan kamarnya.

Dia pun perlahan berjalan mendekati sofa tersebut dan bernapas lega ketika menyadari bahwa itu Adrian.

Cukup lama Asyifa diam.

Dia  ragu membangunkan Adrian untuk ikut salat subuh. Akan tetapi, selama Asyifa tinggal di rumah Adrian dan Naura, pria itu tidak pernah melakukan salat sama sekali. Jadi, Asyifa memilih melakukan salat subuh sendiri dan langsung ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.

Di sisi lain, Adrian terbangun karena mencium bau wangi masakan.

Ia menggeliatkan tubuhnya yang kaku lalu menuju ke dapur.

“Ehem ...!” Adrian berdehem dan  bersandar di pintu dapur begitu melihat Asyifa yang sedang memegang spatula.

“Eh Pak Adrian sudah bangun?” tanya Asyifa santai.

“Sudah,” jawabnya singkat.

“Duduklah, saya buatkan kopi untuk bapak,” ucap Asyifa dengan menaruh spatula di atas wajan, dan mengecilkan api kompornya.

“Hmmm,” jawab Adrian lalu duduk dan memerhatikan Asyifa yang mulai meracik kopi untuk dirinya. Akan tetapi, yang Asyifa berikan pada Adrian bukan kopi, melainkan air putih hangat untuk Adrian.

Alis Adrian sontak mengernyit.

Seolah tahu, Asyifa pun menjawab, “Minum air putih hangat dulu setelah bangun tidur, Pak.”

“Terima kasih,” jawab Adrian.

“Sama-sama, Pak. Ini kopi hitam saja kan, Pak? Tidak pakai creamer?” tanya Asyifa.

“Iya, aku lebih suka kopi hitam, jangan–”

“Iya, jangan terlalu manis,” potong Asyifa, tahu benar selera Adrian.

“Iya benar, tapi jangan ulangi lagi memotong ucapan saya!” tegas Adrian.

“Baik, Pak,” jawabnya santai, padahal dada Asyifa dari tadi bergemuruh.

Ada perasaan gugup, takut, dan lainnya. Tapi, Asyifa tetap berusaha santai di depan Adrian.

Sejujurnya, Asyifa bingung, kenapa tiba-tiba Adrian datang ke rumahnya. Namun, dia tak mau memusingkannya sekarang.

“Silakan kopinya, Pak. Ini ada cemilan juga, saya bikin sendiri, silakan dicicipi, Pak,” ucap Asyifa dengan meletakkan kopi dan toples kecil yang berisi kue kering bikinannya tadi sore.

“Terima kasih,” ucap Adrian, “oh iya, kamu masak apa Asyifa?”

“Ini tumis brokoli, buncis, wortel, sama ayam dan tempe goreng,” jawab Asyifa.

“Baunya sangat harum, saya boleh sarapan di sini?” tanya Adrian.

“Pak Adrian ini lucu sekali, saya masak sepagi ini ya untuk sarapan bapak, dan saya. Saya juga masak untuk dua porsi, biasanya saya masak seporsi saja, itu pun agak siangan, Pak Adrian kan harus ke kantor, jadi saya masaknya agak pagi,” jelasnya.

“Oh begitu? Aku sepertinya ke kantor agak siang, tubuhku pegal tidur di sofa,” ucap Adrian.

“Lho kenapa gak pakai kamar satunya, Pak? Ada tempat tidurnya dan sudah rapi, karena saya rapikan setiap hari,” ucap Asyifa.

“Lupa,” jawabnya, singkat.

Suasana hening lagi, tidak ada lagi percakapan antara Asyifa dan Adrian.

Namun diam-diam, Adrian masih bergelut dengan rasa aneh saat melihat Asyifa yang benar-benar sudah berubah.

Benar kata Yoga, dia terlihat begitu fresh. Wajahnya semakin putih dan glowing, juga tubuhnya terlihat bersih dan putih.

Dari lengan dan sikunya, juga sudah terlihat berbeda dari dulu saat datang ke rumahnya dan baru menjadi istrinya.

Dalam diam, Adrian menyesap kopi yang dibuatkan Asyifa. Sebenarnya, dia rindu kopi buatan wanita ini. Hanya saja, dia gengsi menghampirinya karena pernikahan kedua dengan Asyifa telah merusak egonya.

Namun sekarang, dia bisa menikmatinya, kan?

Belum habis kopinya, Asyifa sudah menata masakan yang sudah matang di meja makan,

Adrian menelan salivanya melihat masakan Asyifa yang begitu menggugah selera makannya, apalagi semalam dia tidak makan malam!

“Bisa minta tolong kopi ini disingkirkan dulu, Asyifa?” pintanya.

“Loh kok disingkirkan? Apa ini tidak enak? Atau kemanisan?” tanya Asyifa.

“Bukan, aku ingin sarapan dulu, ini untuk nanti setelah sarapan,” jawab Adrian.

“Oh begitu? Ya sudah saya singkirkan, terus saya siapkan piring untuk sarapan Bapak,” ucap Asyifa.

Dengan cekatan, istri keduanya itu menyingkirkan cangkir kopi milik Adrian, dan mengambilkan makanan untuk Adrian. Wanita itu juga mengambil makanannya, lalu sarapan bersama.

Asyifa mengulas senyum tipis di bibirnya kala menyadari bahwa Adrian benar-benar lahap. Pria itu bahkan sampai menambah nasi! Padahal setahunya, Adrian bukan tipe yang suka sarapan.

**

“Kamu mau ke mana, Asyifa?”

"Mau ke perempatan, Pak,” jawab Asyifa cepat, “beli sayur.”

Setelah selesai sarapan, Asyifa memang membersihkan diri untuk ke perempatan. Di sana, biasanya tukang sayur mangkal pagi-pagi.

Adrian tampak mengangguk. “Kalau gitu, saya antar kamu,” ucapnya mendadak.

Wanita itu sontak terkejut. “Hah? Dekat kok, Pak. Itu di perempatan depan, saya jalan kaki saja.”

“Tidak apa-apa. Pakai mobil saja, ayo saya antar.” Adrian bergegas mengambil kunci mobilnya.

“Jalan kaki saja ya, Pak? Sekalian olahraga, biar bapak gak ngantuk juga, tuh kelihatan matanya ngantuk, habis sarapan banyak jadi ngantuk, lebih baik jalan kaki kan sehat, Pak?” ujar Asyifa.

“Iya deh iya, ayo saya ikut kamu. Awas nanti kalau capek aku tidak mau menggendong mu?!” ucap Adrian.

“Idih narsis banget bapak ini? Yang ada bapak yang kelelahan, Pak? Gak biasa jalan agak jauhan, kan?” ejek Asyifa.

“Siapa bilang? Ayo kita buktikan!” ucap Adrian.

“Boleh, ayok!”

Asyifa keluar mendahului Adrian.

Namun saat keluar, ada sebuah mobil yang berhenti di depan rumah Asyifa.

Mobil siapa lagi kalau bukan mobil Yoga?

Asisten Adrian itu memang sering ke rumah Asyifa.

Kalau habis jogging, dia akan langsung menghampiri rumah Asyifa dan membawakan makanan, entah itu bubur ayam atau makanan apa pun itu.

“Itu Yoga ngapain ke sini?” tanya Adrian yang sudah menyusul Asyifa.

“Paling antar bubur ayam, kalau tidak Mas Yoga bawakan jajanan pasar, Pak,” jawab Asyifa.

“Kamu tadi manggil dia apa? Mas?” ucap Adrian dengan sedikit kesal, entah kenapa dia kesal melihat Yoga ke rumah istri mudanya, “Gak salah dengar saya?”

Terpopuler

Comments

اختی وحی

اختی وحی

kesan ny tulisan ny jdi acak²an krn jarak nya jauh² bnget🙄pdhl bab 1 sampai 3 sdh bgus

2024-11-16

0

lihat semua
Episodes
1 Satu - Menikah Lagi
2 Dua - Menemui Calon Madu
3 Tiga - Menikahi Asyifa
4 Empat - Kedatangan Yoga
5 Lima - Baju Pink
6 Enam - Apa Mau Saya Sentuh Sekarang?
7 Tujuh - Iya, Sekarang Juga Siap!
8 Delapan - Aku Kira Kamu?
9 Sembilan - Ada Yang Ketingalan
10 Sepuluh - Jangan Salahkan Aku Berpaling
11 Sebelas - Gaun Merah
12 Dua Belas - Lebih Cepat Lebih Baik
13 Tiga Belas - Kita Lakukan Sekarang
14 Empat Belas - Seperti Tersengat Lebah
15 Lima Belas - Saya Asyifa, Pak.
16 Enam Belas - Salahkah Bilaku Jatuh Cinta Lagi?
17 Tujuh Belas - Aku Kangen
18 Delapan Belas - Godaan
19 Sembilan Belas - Aku Mau Menyapu Kamu Saja.
20 Dua Puluh - Apa Kamu Mencintaiku?
21 Dua Puluh Satu - SAH
22 Dua Puluh Dua - Maaf Aku Jatuh Cinta Lagi
23 Dua Puluh Tiga - Katakan Kamu Mencintaiku
24 Dua Puluh Empat - Sama-Sama Membuat Kesal
25 Dua Puluh Lima - Pasar Malam
26 Dua Puluh Enam - Jangan Bahas Soal Perasaan
27 Dua Puluh Tujuh - Kamu Kejam, Mas!
28 Dua Puluh Delapan - Jangan Ceraikan Aku, Mas
29 Dua Puluh Sembilan - Jangan Bahas Naura, Saat Masih Bersama
30 Tiga Puluh - Hargai Keputusanku!
31 Tiga Puluh Satu - Naura Sakit
32 Tiga Puluh Dua - Kamu Naura, Bukan Asyifa!
33 Tiga Puluh Tiga - Kamu Licik, Naura!
34 PEGUMUMAN CERITA BARU
35 Tiga Puluh Empat - Aku Juga Cemburu!
36 Tiga Puluh Lima - Seperti Orang Ngidam.
37 Tiga Puluh Enam - Nama Yang Sama
38 Tiga Puluh Tujuh - Aku Yakin, Itu Bukan Anakku!
39 Tiga Puluh Delapan - Naura Pingsan
40 Tiga Puluh Sembilan - Kekhawatiran Adrian
41 Empat Puluh - Kedatangan Naura
42 Empat Puluh Satu - Ancaman Asyifa
43 Empat Puluh Dua - Bikin Khawatir
44 Empat Puluh Tiga - Tuduhan Adrian
45 Empat Puluh Empat - Mas Egois!
46 Empat Puluh Lima - Tinggalkan Adrian Sekarang Juga!
47 Empat Puluh Enam - Baju Dinas
48 Empat Puluh Tujuh - Dia Adik Maduku
49 Empat Puluh Delapan - Jangan Menjilat Ludah Sendiri!
50 Empat Puluh Sembilan - Harus Memilih Salah Satu
51 Lima Puluh - Kamu Anak Papa
52 Lima Puluh Satu - Aku Ingin Rujuk
53 Lima Puluh Dua - Asyifa!
54 Lima Puluh Tiga - Nama Bayi
55 Lima Puluh Empat - Naura Cemburu
56 Lima Puluh Lima - Asyifa Cemburu
57 Lima Puluh Enam - Kompak
58 Lima Puluh Tujuh - Harta Yang Paling Berharga
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Satu - Menikah Lagi
2
Dua - Menemui Calon Madu
3
Tiga - Menikahi Asyifa
4
Empat - Kedatangan Yoga
5
Lima - Baju Pink
6
Enam - Apa Mau Saya Sentuh Sekarang?
7
Tujuh - Iya, Sekarang Juga Siap!
8
Delapan - Aku Kira Kamu?
9
Sembilan - Ada Yang Ketingalan
10
Sepuluh - Jangan Salahkan Aku Berpaling
11
Sebelas - Gaun Merah
12
Dua Belas - Lebih Cepat Lebih Baik
13
Tiga Belas - Kita Lakukan Sekarang
14
Empat Belas - Seperti Tersengat Lebah
15
Lima Belas - Saya Asyifa, Pak.
16
Enam Belas - Salahkah Bilaku Jatuh Cinta Lagi?
17
Tujuh Belas - Aku Kangen
18
Delapan Belas - Godaan
19
Sembilan Belas - Aku Mau Menyapu Kamu Saja.
20
Dua Puluh - Apa Kamu Mencintaiku?
21
Dua Puluh Satu - SAH
22
Dua Puluh Dua - Maaf Aku Jatuh Cinta Lagi
23
Dua Puluh Tiga - Katakan Kamu Mencintaiku
24
Dua Puluh Empat - Sama-Sama Membuat Kesal
25
Dua Puluh Lima - Pasar Malam
26
Dua Puluh Enam - Jangan Bahas Soal Perasaan
27
Dua Puluh Tujuh - Kamu Kejam, Mas!
28
Dua Puluh Delapan - Jangan Ceraikan Aku, Mas
29
Dua Puluh Sembilan - Jangan Bahas Naura, Saat Masih Bersama
30
Tiga Puluh - Hargai Keputusanku!
31
Tiga Puluh Satu - Naura Sakit
32
Tiga Puluh Dua - Kamu Naura, Bukan Asyifa!
33
Tiga Puluh Tiga - Kamu Licik, Naura!
34
PEGUMUMAN CERITA BARU
35
Tiga Puluh Empat - Aku Juga Cemburu!
36
Tiga Puluh Lima - Seperti Orang Ngidam.
37
Tiga Puluh Enam - Nama Yang Sama
38
Tiga Puluh Tujuh - Aku Yakin, Itu Bukan Anakku!
39
Tiga Puluh Delapan - Naura Pingsan
40
Tiga Puluh Sembilan - Kekhawatiran Adrian
41
Empat Puluh - Kedatangan Naura
42
Empat Puluh Satu - Ancaman Asyifa
43
Empat Puluh Dua - Bikin Khawatir
44
Empat Puluh Tiga - Tuduhan Adrian
45
Empat Puluh Empat - Mas Egois!
46
Empat Puluh Lima - Tinggalkan Adrian Sekarang Juga!
47
Empat Puluh Enam - Baju Dinas
48
Empat Puluh Tujuh - Dia Adik Maduku
49
Empat Puluh Delapan - Jangan Menjilat Ludah Sendiri!
50
Empat Puluh Sembilan - Harus Memilih Salah Satu
51
Lima Puluh - Kamu Anak Papa
52
Lima Puluh Satu - Aku Ingin Rujuk
53
Lima Puluh Dua - Asyifa!
54
Lima Puluh Tiga - Nama Bayi
55
Lima Puluh Empat - Naura Cemburu
56
Lima Puluh Lima - Asyifa Cemburu
57
Lima Puluh Enam - Kompak
58
Lima Puluh Tujuh - Harta Yang Paling Berharga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!