Alergi Kontrasepsi

Vincent menarik napas lega begitu Egi telah melewati masa kritis. Anak itu sudah berada di ruang perawatan dengan pengawasan intensif.

Seorang dokter yang ia kenal dengan baik memberikan keterangan hasil lab dan pemeriksaan.

"Dia alergi obat yang sangat berat." Dokter Hana melipat sebendel kertas di tangannya. "Beruntung kamu membawanya kesini tepat waktu. Kalau enggak, dia udah pasti lewat."

Vincent menenggak air mineral dingin untuk melegakan rasa haus juga menyembunyikan rasa lega di hatinya dari Dokter wanita ini. Secara umum, dia menghindari bicara dengan Hana.

Dari cara menatapnya, Hana pasti curiga pada kelakuan Vincent hari ini, jadi dengan sok santai, Vincent melirik Hana, "apa?!"

"Dia masih muda jika yang membuatnya alergi adalah morning after pill!"

Vincent menahan air mineral itu di mulutnya, menggerakkannya ke kanan dan kiri sebelum menelannya perlahan. Ia ingin berlama-lama menjawab Hana.

"Itu urusan dia!" Vincent ingin menepuk kening untuk merutuki kebodohannya. Kenapa dia begitu sembrono memberikan obat kepada seseorang tanpa mengenali riwayat kesehatan orang itu sebelumnya?

"Memang!" Hana menyerah akan rasa penasaran dimana Vincent menemukan anak itu. Vincent bukan orang baik hati atau peduli sekalipun ada orang sekarat di depannya. Ini berbeda dari biasanya.

Hana meletakkan kertas hasil lab. "Dia mengkonsumsinya kemarin. Dia akan alergi walau hanya minum setengah dosis dari pil itu. Aku hanya berharap, dia tidak alergi semua jenis obat. Itu agak merepotkan jika dia sakit."

Hana meninggalkan ruangan Vincent setelah memberi pria itu tatapan penuh tanya. Dari sana, Vincent tau kalau hari sudah sangat larut saat ini. Tapi Vincent belum berniat pulang. Perlahan dia menarik kertas yang ditinggalkan Hana, membacanya lalu menghela napas.

Vincent termenung seraya meletakkan kertas itu. Sekeras itu kah hidupnya?

Vincent berdiri kemudian ia melangkah untuk pulang.

Di luar ternyata hujan. Vincent yang posturnya sangat tinggi dan tegap itu begitu mencolok. Ditambah pria berusia 37 tahun itu bisa dibilang tampan dengan jambang yang tumbuh di pipinya.

Sebelum benar-benar pulang, Vincent menyempatkan diri menengok Egi dan berpesan kepada perawat yang berjaga jika sewaktu-waktu ada masalah agar tidak segan meneleponnya.

Baru setelah semua dirasa aman, Vincent keluar, menuju tempat mobilnya berada. Halaman depan IGD cukup sepi, jadi Vincent langsung bisa melihat posisi mobil yang tadi diambil oleh orang suruhannya.

"Sudah selesai?!"

Vincent menghentikan langkah. Tangannya mengepal saking menahan sesal. Ia begitu saja melupakan Lana.

"Tadi ada pasien kritis." Singkat jawaban Vincent, yang disambut senyum oleh Lana.

"Aku melihatnya tadi." Lana menyejajari posisi Vincent berdiri. "Kita pulang?!"

"Kenapa tadi nggak nelpon atau pulang dulu."

Lana mengamit lengan Vincent, tertawa jenaka dengan tingkah manja. "Kan aku nggak bawa hape."

Singkat, padat, skakmat!

Vincent tertegun sejenak, lalu tanpa banyak bicara menyilakan Lana berjalan lebih dulu. Untuk pertama kalinya, Vincent merasa muak dengan sikap Lana.

"Payungin, Vin, deres ujannya!"

Tidak punya pilihan walau ingin mengatakan tidak, Vincent melepaskan jaket yang membalut badannya, memayungi wanita itu agar gerimis tidak menimpa rambutnya yang tertata indah meski sudah malam.

"Kamu mau makan?!" Lana bertanya sangat lembut saat keduanya berada di dalam mobil. Lana membantu Vincent membersihkan baju dari air hujan. "Aku tadi bingung cari makan, jadi beli makanan di kantin rumah sakit."

Biasanya Vincent akan membawanya makan malam yang begitu layak bahkan mewah jika dia berkata demikian.

"Baguslah kalau kamu sudah makan, kita bisa langsung pulang."

Lana menoleh dengan cepat ke arah Vincent. Dalam hati dia sungguh marah, tapi tetap saja bibirnya mampu tersenyum penuh pengertian.

Setelahnya baik Lana maupun Vincent tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Kesunyian benar-benar menyatakan bahwa sebenarnya mereka berjarak sejauh itu.

"Wanita tadi siapa? Pacar kamu?!"

Lana akhirnya memecah kebisuan yang membuatnya tidak nyaman. "Kamu kelihatan panik banget."

Vincent melepaskan tangan dari kemudi lalu menempatkannya ke depan mulut. Menyusun jawaban yang paling pas.

"Dia kenalanku."

"Sepanik itu?!" Lana mencoba menegaskan pertanyaannya.

"Setiap keadaan yang mengancam nyawa, pasti membuat siapa saja panik."

Lana tersenyum sarkas. Jawaban Vincent terlalu umum, membuat Lana semakin jengkel.

Keduanya terdiam lagi sampai tiba di rumah Vincent. Ponsel pria itu berdering keras, sehingga membuat Vincent dan Lana sejenak terpaku. Samar terlihat itu adalah nomor telepon rumah sakit.

"Brie pasti senang kamu pulang lebih awal dari biasanya." Lana tidak menyerah agar Vincent tidak pergi. "Dia bilang belum mau makan jika kamu belum pulang."

Brie memiliki kondisi tubuh yang lemah, Vincent pasti memikirkan putri yang lahir di dalam pernikahan mereka.

"Katakan pada Brie, untuk tidak banyak tingkah. Tidak makan pasti membuat gula darahnya juga rendah. Kamu seharusnya di rumah merawat Brie daripada menunggui aku di rumah sakit! Jelas aku orang yang sehat dan dewasa, Brie hanya anak-anak yang sedikit-sedikit ngambek. Harusnya kamu tau soal itu, Lana!"

Usai berkata begitu, Vincent menjawab panggilan dari ruang jaga dimana Egi dirawat. Pria itu diam, tetapi mendengar dengan seksama penjelasan dari perawat.

"Aku akan kesana! Pastikan Dokter Hana menanganinya dengan baik."

Lana mendengus dan memalingkan wajahnya. Ini tidak bisa dibiarkan, jadi Lana pura-pura batuk dan memegang perutnya.

"Gerd ku kambuh kayaknya!"

"Di rumah ada obat yang biasa kamu minum! Lain kali cukup perhatikan saja dirimu dan Brie. Aku bisa urus diriku sendiri."

Vincent tahu, Lana akan keras kepala duduk di sana jadi dia memarkirkan mobil lalu mengambil kunci mobil lain untuk kembali ke rumah sakit.

Terserah Lana mau duduk disana sampai pagi sekalipun. Dia tidak punya waktu lagi.

Egi kembali mengalami keadaan yang buruk. Itu disebabkan oleh keteledorannya.

Terpopuler

Comments

C2nunik987

C2nunik987

jadi Vincent punya anak perempuan satu bersama lana ... yg ditglkan Lana bersama Vincent....smoga Egi jodoh nya Vincent yg terbaiks 😍🫰😂

2024-11-18

2

Deasy Suryandari

Deasy Suryandari

jangan² brie bukan anaknya lana sama vincent

2024-11-29

0

⏳⃟⃝㉉❤️⃟Wᵃfᴹᵉᶦᵈᵃ☠ᵏᵋᶜᶟ 🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️

⏳⃟⃝㉉❤️⃟Wᵃfᴹᵉᶦᵈᵃ☠ᵏᵋᶜᶟ 🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️

ehh aku salah duga ternyata 😀

2025-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Nego Harga Diri
2 Itu Bukan Dosa
3 Menyelamatkan Nyawamu
4 Alergi Kontrasepsi
5 Dalam Lingkaran Setan
6 Vincent's Obsession
7 Apa Ini Terlalu Menyakitkan?
8 Merasa Terjebak
9 Pikirkan Bagaimana Kamu Membayarku
10 Pembatalan Perceraian
11 Cium Aku Saat Aku Mau
12 Vincent Pemiliknya
13 Penyesalan Vincent
14 Tak Ada Yang Istimewa
15 Tuntut Aku Atas Kejahatan Itu
16 Yang Hilang Tidak Akan Kembali
17 Mari Lupakan Semuanya
18 Tanggung Resikonya Sendiri
19 Yang Tua Yang Kalang Kabut
20 Mari Kita Bercerai
21 Menikahlah Denganku!
22 Satu Jam Berpikir
23 Malam Pernikahan
24 Baru Diburu Setelah Hilang
25 Tuduhan
26 Ketahuan
27 DiHantam Kenyataan
28 Hobinya Merepotkan
29 Sial Banget Hidupmu
30 Arfayuda
31 Pemerasan
32 Jangan Terlalu Sering
33 Anak Kesayangan Mama
34 Sinting
35 Tidak Ada Yang Bersimpati
36 Modus Arfa
37 Serumit Kisah Arfa
38 The Blooming Heart
39 Menunggu Dia Menyerah
40 Pertanda Baik
41 Usaha Lana
42 Di buang Ayah Sendiri
43 Sang Pecundang
44 Suami Tua
45 Aku Nggak Akan Merepotkan Bibi
46 Bukti Valid
47 Aku Cari Istri, Bukan Pengasuh Bayi
48 Papa Aneh
49 Bertubi-tubi
50 Halo, Sayang!
51 Flashback
52 Kabur
53 Rahasia Besar
54 Hukuman Paling Menyakitkan
55 Selamat, Pak Arfayuda!
56 Dia Sudah Pergi
57 Kita Tunggu Mamanya
58 Demensia
59 Konfrontasi
60 Putusan Akhir
61 Extra Chapter
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Nego Harga Diri
2
Itu Bukan Dosa
3
Menyelamatkan Nyawamu
4
Alergi Kontrasepsi
5
Dalam Lingkaran Setan
6
Vincent's Obsession
7
Apa Ini Terlalu Menyakitkan?
8
Merasa Terjebak
9
Pikirkan Bagaimana Kamu Membayarku
10
Pembatalan Perceraian
11
Cium Aku Saat Aku Mau
12
Vincent Pemiliknya
13
Penyesalan Vincent
14
Tak Ada Yang Istimewa
15
Tuntut Aku Atas Kejahatan Itu
16
Yang Hilang Tidak Akan Kembali
17
Mari Lupakan Semuanya
18
Tanggung Resikonya Sendiri
19
Yang Tua Yang Kalang Kabut
20
Mari Kita Bercerai
21
Menikahlah Denganku!
22
Satu Jam Berpikir
23
Malam Pernikahan
24
Baru Diburu Setelah Hilang
25
Tuduhan
26
Ketahuan
27
DiHantam Kenyataan
28
Hobinya Merepotkan
29
Sial Banget Hidupmu
30
Arfayuda
31
Pemerasan
32
Jangan Terlalu Sering
33
Anak Kesayangan Mama
34
Sinting
35
Tidak Ada Yang Bersimpati
36
Modus Arfa
37
Serumit Kisah Arfa
38
The Blooming Heart
39
Menunggu Dia Menyerah
40
Pertanda Baik
41
Usaha Lana
42
Di buang Ayah Sendiri
43
Sang Pecundang
44
Suami Tua
45
Aku Nggak Akan Merepotkan Bibi
46
Bukti Valid
47
Aku Cari Istri, Bukan Pengasuh Bayi
48
Papa Aneh
49
Bertubi-tubi
50
Halo, Sayang!
51
Flashback
52
Kabur
53
Rahasia Besar
54
Hukuman Paling Menyakitkan
55
Selamat, Pak Arfayuda!
56
Dia Sudah Pergi
57
Kita Tunggu Mamanya
58
Demensia
59
Konfrontasi
60
Putusan Akhir
61
Extra Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!