Menyelamatkan Nyawamu

Usai melihat kondisi Elvano, Vincent berniat kembali ke ruangannya. Biasanya di ruang tunggu depan ruangan ini, akan ada keluarga pasien, tetapi kali ini, di depan ruangan Elvano, Vincent tidak menemukan satupun keluarga anak yang belum melewati masa kritisnya tersebut.

Ini aneh. Biasanya banyak yang meratap dan menyerbu penuh harap dokter yang menyelamatkan nyawa keluarga mereka.

"Pasien ini tidak ada yang menunggui?" Vincent bertanya pada seorang perawat yang bersama dengannya kala itu. Ia mencari-cari ke segala sisi.

"Oh, kakaknya?" Perawat itu melongok keluar. "Pas operasi tadi dia ada kok, Dok, tapi nggak tau dia kemana sekarang."

Vincent mengerutkan bibir. Kakak? Orang tuanya kemana? "Udah 3 jam ya? Kita pantau sampai 5 jam kedepan, kalau tidak ada masalah kita pindahkan ke ruang ranap."

"Baik Dok." Perawat itu mengangguk lalu segera undur diri, membiarkan Vincent yang sudah selesai dengan tugasnya itu sendirian.

Pikiran Vincent kemana-mana saat ini. Dia tidak terlalu memperhatikan siapa urutan wali untuk Elvano. Pikirnya karena Egi adalah anak muda jadi orang tuanya yang biasanya ketakutan sendiri menghadapi dokter dan vonis, menjadi ujung tumpuan keluarganya. Anak itu kemana-mana sementara orang tuanya menunggui Elvano, begitu dugaannya.

"Dia beneran nggak punya siapa-siapa kah?!" Meski begitu, harusnya Egi berada disini menunggu kabar baik dari "usahanya" kan? Anak itu sungguh berusaha malam itu, tidak mungkin sekarang dia melepas sia-sia semuanya.

Vincent berjalan ke arah ruangannya sendiri sembari membuka ponsel untuk menghubungi Egi. Namun beberapa kali ia menelpon, Egi tetap tidak menjawab.

Vincent belum menyerah. Beruntung panggilan terakhirnya terhubung.

"Saya izin tidak masuk kerja, Pak! Saya nggak kuat berdiri apalagi jalan ...."

Mata Vincent bergerak nanar, kakinya seketika berhenti melangkah ke tujuan awal. Ia justru ke bagian administrasi dimana data Elvano berada. Dengan cepat Vincent menemukan alamat itu dan berlari menuju mobil untuk ke rumah Elvano.

Jujur saja Vincent syok sepanjang jalan ke rumah Egi. Dia tidak pernah berpikir ada daerah seperti ini di kota besar. Kumuh dan berdesakan. Entah bagaimana mereka bernapas dan mendapatkan angin.

Ia melangkah pelan menuju bagian belakang perumahan yang merupakan rumah sewa, sampai dia menemukan nomor yang merupakan tempat tinggal Egi.

Vincent mengetuk, tetapi ternyata pintu itu tidak tertutup sempurna. Begitu masuk, Vincent dibuat kaget dengan kosongnya ruangan ini. Definisi bersih sesungguhnya, dimana hanya ada dua kasur kecil, meja lipat, dan lemari dari kardus yang dilapisi kertas bungkus kado. Tidak ada peralatan makan, masak, dan perabot selayaknya sebuah rumah. Benar-benar hanya sepetak dengan sebuah kamar kecil bertutup tirai usang. Memprihatinkan sekali.

Di atas kasur tipis itu berbaring seorang wanita yang tidak terganggu sama sekali akan kehadirannya. Vincent mendekat, menyentuh badan Egi yang dengan pakaian rumah ini, terlihat begitu kecil.

Lebih kurus dari kemarin itu.

"Virginia ...." Vincent menyentuh kening Egi. "Astaga, panas sekali."

Ia menarik Egi agar menelentang. "Oh My God!" bisiknya syok.

Vincent segera menghubungi ambulans. Anak ini seperti keracunan. Apa dia mencoba bunuh diri?

Usai menelpon ambulans, Vincent kembali mencoba membangunkan Egi. "Virginia! Denger suaraku? Hei, sadarlah!"

Vincent melakukan itu dengan hati mencelos bercampur ketakutan. Ini apa ada hubungannya dengan kejadian kemarin? Kalau iya, apa yang harus dia lakukan sekarang?

Vincent memeriksa lagi nadi yang pada awal kedatangannya tadi sudah diperiksa. Ia menduga Egi kurang cairan, tetapi melihat busa yang keluar dari mulut Egi, lalu ketika mata sayu itu dicek oleh Vincent tidak memberikan respons apa-apa, Vincent berpikir Egi berusaha bunuh diri.

Usai melakukan pemeriksaan awal keadaan Egi, Vincent mengambil air yang berada di botol terdekat. Ia membaui botol itu, lalu mencari yang lain, apa saja yang dia rasa adalah sesuatu untuk percobaan bunuh diri.

Tidak ada satupun.

Ini mustahil.

Tak lama, ambulans datang. Vincent segera memasang infus dan membawa Egi ke rumah sakit. Sengaja ia mencari ambulans yang peralatan pertolongan pertamanya cukup bagus.

Beberapa waktu dia merasa hatinya hancur lebur. Ia merasa kalau apa yang dilakukan Egi adalah hasil dari perbuatannya juga, terlepas dari beban yang sudah dipikulnya sejak lama. Ia turut andil menambah-nambahin beban gadis muda ini.

Ketika sampai di rumah sakit, Vincent menggendong sendiri Egi ke brankar lalu mendorongnya seorang diri ke IGD. "Bersihkan lambungnya! Kurasa dia menelan sesuatu yang beracun. Pasang oksigen juga!"

Semua orang saling pandang di ruangan ini, sampai satu orang dokter jaga bertanya dengan curiga.

"Ini siapa, Dok?!"

"Memangnya dia harus seseorang yang kalian kenal untuk ditolong? Dia sekarat asal kau tau!" raung Vincent dengan tatapan penuh amarah. "Periksa dia! Atau—"

Vincent membuang muka. "Suster, ambilkan aku semua yang aku perlukan! Ini nyawa manusia, tidak perlu tau siapa dia! Aku yang bertanggung jawab penuh atas dia!"

Siapapun yang berada di sana mengkerut nyalinya, sehingga langsung melakukan apapun yang Vincent perintahkan.

Keributan itu terdengar oleh Lana yang sejak berjam-jam lalu menunggu Vincent seperti orang bodoh. Ia mengintip dari luar pintu IGD yang terbuat dari kaca. Sedikit dia bisa melihat apa yang terjadi, dimana Vincent sedang berusaha sekuat tenaga menyelamatkan seseorang.

"Ibu, tolong jangan melihat ke dalam!" Seorang satpam menegur dengan sopan yang langsung membuat Lana mundur dan dengan ramah tersenyum.

"Itu yang ditolong Vincent siapa? Apa dia dalam kondisi kritis?" Lana mengeluarkan jurus terbaiknya saat menggali informasi.

"Maaf, Bu. Itu rahasia. Mengenai apa yang dilakukan dokter, maupun siapa yang ditolong beliau adalah kerahasiaan yang wajib kami jaga." Satpam tersebut mempersilakan Lana pergi dengan sopan sebelum kembali ke posnya.

Mencebik kesal, Lana duduk di kursi panjang diluar IGD bersama beberapa orang yang sedang berada disana.

"Itu wanita yang katanya sedang mencoba bunuh diri."

"Iya, yang nolong kebetulan dokter sini, dari keluar ambulans sampai ke dalam sana dibawa langsung oleh dokter yang itu."

Lana melihat kemana orang-orang menatap, kemudian ia tersenyum.

Foto Vincent terpampang di sebuah baliho besar rumah sakit. Dia memang menjadi dokter terbaik di kota ini dan mendapat penghargaan dari presiden langsung.

"Siapapun kamu, jika menyentuh Vincent, maka urusanmu adalah denganku." Lana bergumam dengan senyum tersungging miring.

Terpopuler

Comments

yanti auliamom

yanti auliamom

Ini keracunan kenapa ya? ada hubungan nya ama Lana? Lana seperti nya memang harus di singkirkan

2024-12-07

1

keke global

keke global

bahasa yg dipakai ngingetin ama novel novel kontemporer dan asik dibacanya

2024-11-17

1

⏳⃟⃝㉉❤️⃟Wᵃfᴹᵉᶦᵈᵃ☠ᵏᵋᶜᶟ 🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️

⏳⃟⃝㉉❤️⃟Wᵃfᴹᵉᶦᵈᵃ☠ᵏᵋᶜᶟ 🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️

filing ku mengatakan bukan bunuh diri sengaja meminum racun tapi mau dibunuh dengan cara diracuni

2025-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Nego Harga Diri
2 Itu Bukan Dosa
3 Menyelamatkan Nyawamu
4 Alergi Kontrasepsi
5 Dalam Lingkaran Setan
6 Vincent's Obsession
7 Apa Ini Terlalu Menyakitkan?
8 Merasa Terjebak
9 Pikirkan Bagaimana Kamu Membayarku
10 Pembatalan Perceraian
11 Cium Aku Saat Aku Mau
12 Vincent Pemiliknya
13 Penyesalan Vincent
14 Tak Ada Yang Istimewa
15 Tuntut Aku Atas Kejahatan Itu
16 Yang Hilang Tidak Akan Kembali
17 Mari Lupakan Semuanya
18 Tanggung Resikonya Sendiri
19 Yang Tua Yang Kalang Kabut
20 Mari Kita Bercerai
21 Menikahlah Denganku!
22 Satu Jam Berpikir
23 Malam Pernikahan
24 Baru Diburu Setelah Hilang
25 Tuduhan
26 Ketahuan
27 DiHantam Kenyataan
28 Hobinya Merepotkan
29 Sial Banget Hidupmu
30 Arfayuda
31 Pemerasan
32 Jangan Terlalu Sering
33 Anak Kesayangan Mama
34 Sinting
35 Tidak Ada Yang Bersimpati
36 Modus Arfa
37 Serumit Kisah Arfa
38 The Blooming Heart
39 Menunggu Dia Menyerah
40 Pertanda Baik
41 Usaha Lana
42 Di buang Ayah Sendiri
43 Sang Pecundang
44 Suami Tua
45 Aku Nggak Akan Merepotkan Bibi
46 Bukti Valid
47 Aku Cari Istri, Bukan Pengasuh Bayi
48 Papa Aneh
49 Bertubi-tubi
50 Halo, Sayang!
51 Flashback
52 Kabur
53 Rahasia Besar
54 Hukuman Paling Menyakitkan
55 Selamat, Pak Arfayuda!
56 Dia Sudah Pergi
57 Kita Tunggu Mamanya
58 Demensia
59 Konfrontasi
60 Putusan Akhir
61 Extra Chapter
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Nego Harga Diri
2
Itu Bukan Dosa
3
Menyelamatkan Nyawamu
4
Alergi Kontrasepsi
5
Dalam Lingkaran Setan
6
Vincent's Obsession
7
Apa Ini Terlalu Menyakitkan?
8
Merasa Terjebak
9
Pikirkan Bagaimana Kamu Membayarku
10
Pembatalan Perceraian
11
Cium Aku Saat Aku Mau
12
Vincent Pemiliknya
13
Penyesalan Vincent
14
Tak Ada Yang Istimewa
15
Tuntut Aku Atas Kejahatan Itu
16
Yang Hilang Tidak Akan Kembali
17
Mari Lupakan Semuanya
18
Tanggung Resikonya Sendiri
19
Yang Tua Yang Kalang Kabut
20
Mari Kita Bercerai
21
Menikahlah Denganku!
22
Satu Jam Berpikir
23
Malam Pernikahan
24
Baru Diburu Setelah Hilang
25
Tuduhan
26
Ketahuan
27
DiHantam Kenyataan
28
Hobinya Merepotkan
29
Sial Banget Hidupmu
30
Arfayuda
31
Pemerasan
32
Jangan Terlalu Sering
33
Anak Kesayangan Mama
34
Sinting
35
Tidak Ada Yang Bersimpati
36
Modus Arfa
37
Serumit Kisah Arfa
38
The Blooming Heart
39
Menunggu Dia Menyerah
40
Pertanda Baik
41
Usaha Lana
42
Di buang Ayah Sendiri
43
Sang Pecundang
44
Suami Tua
45
Aku Nggak Akan Merepotkan Bibi
46
Bukti Valid
47
Aku Cari Istri, Bukan Pengasuh Bayi
48
Papa Aneh
49
Bertubi-tubi
50
Halo, Sayang!
51
Flashback
52
Kabur
53
Rahasia Besar
54
Hukuman Paling Menyakitkan
55
Selamat, Pak Arfayuda!
56
Dia Sudah Pergi
57
Kita Tunggu Mamanya
58
Demensia
59
Konfrontasi
60
Putusan Akhir
61
Extra Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!