Bab 19: Dosa yang Manis

"Stop, Vin," cegah Renata seraya mendorong pelan pundak Vino menjauh darinya.

Wajah Vino terlihat kecewa, "kenapa, Mbak? Aku kangen sama Mbak." Vino kembali mendekat, segera Renata menahan bibir Vino agar tidak kembali melmat bibirnya.

"Gavin bentar lagi pulang. Sekarang kamu harus pulang," ujar Renata memberikan pengertian.

Vino menghela nafas paham. "Ya udah kalau gitu. Oh iya, besok aku ke Jakarta dulu. Ketemu Opa aku."

"Oh ya? Kenapa kamu bilang sama aku?" tanya Renata bingung.

"Ya siapa tahu besok Mbak nyariin aku. Lagian aku kayak gini kan karena nganggep Mbak itu spesial buat aku. Makanya aku ngabarin ke Mbak kalau aku mau pergi," gerutunya.

"Maaf," Renata terkekeh gemas. "Ya udah makasih kamu udah ngabarin. Berapa hari kamu di sana?"

"Sehari doang. Aku masih harus kerja. Tenang aku gak akan lama-lama."

"Lama juga gak apa-apa," ucap Renata enteng.

"Dasar curang. Gak ada aku Mbak masih ada Gavin makanya bisa ngomong gitu."

Seketika Mood Renata memburuk. "Vino, jangan ngomong tentang hubungan kita seenteng itu bisa gak? Rasanya aku jadi tambah ngerasa bersalah sama Gavin. Tapi aku juga gak bisa nolak kamu. Aku bener-bener bingung."

"Jangan ngerasa bersalah, Mbak. Kan Mbak udah janji mau ngebebasin perasaan Mbak."

"Kalau kita ketahuan gimana?" tanya Renata resah. Ia tak bisa membayangkan bagaimana kacaunya jika Gavin mengetahui semuanya.

"Kalau ketahuan, aku gak akan lepasin Mbak. Aku harap Mbak akan lebih milih aku dan ninggalin Gavin."

Renata menggeleng. "Gak mungkin. Gavin gak akan pernah aku lepasin. Aku cinta sama suami aku."

"Kalau sama aku?"

"Aku..."

Vino tersenyum ikhlas jika Renata memang belum bisa mencintai dirinya sebesar Gavin. Bahkan ia sendiri pun tidak setulus itu terhadap Renata. Jika saja Renata tidak mirip dengan Rania, mungkin Vino tak akan pernah senekat ini, menjalin hubungan dengan seorang wanita bersuami.

"Gak apa-apa. Pelan-pelan aja. Tapi yang pasti Mbak harus mulai berusaha buat lebih cinta sama aku dibanding sama suami Mbak itu."

"Kenapa? Palingan kamu bentar lagi juga ngejauh dari aku. Aku yakin kamu cuma main-main sama aku," cibir Renata.

Vino tak bisa tak setuju dengan ucapan Renata. Ia sendiri tak tahu bagaimana ke depannya mengenai hubungan mereka ini. Yang Vino tahu ia hanya ingin dekat dengan wanita yang begitu mirip dengan wanita yang ia cintai ini, dan juga ia ingin membantu Renata yang masih saja naif agar segera sadar bahwa sang suami tidak sebaik yang dia pikirkan.

"Kita lihat aja, Mbak. Kita gak usah mikirin gimana ke depannya. Yang penting kita sama-sama bahagia dengan hubungan ini, terlepas dari rasa-rasa yang lainnya, rasa bersalah atau yang lainnya."

"Aku kayaknya emang udah gila karena ngelakuin ini semua," tegur Renata pada dirinya sendiri.

Vino tertawa mendengarnya. "Aku temenin gilanya Mbak. Tenang aja. Kalau Mbak terluka, aku juga bakal terluka. Dosa yang manis ini kita nikmati berdua, bahagia berdua, sakitnya juga berdua. Mbak gak usah khawatir aku gak akan curang."

Renata mulai mengenal Vino. Pria muda ini begitu positif thinking. Walaupun Renata merasa semua ini salah, tapi entah bagaimana ia begitu positif thinking bahwa semuanya akan aman, baik-baik saja.

Renata mengalungkan tangannya di leher Vino. "Bener ya, kamu jangan curang. Jangan tinggalin aku di saat aku terpuruk."

"Mbak gak akan terpuruk. Mbak akan baik-baik aja. Percaya sama aku. Tapi kalaupun Mbak ada di posisi itu, aku gak akan pernah ninggalin Mbak."

Renata mendekatkan tubuh Vino padanya dan memeluknya. "Aku percaya sama kamu."

Vino pun membalas pelukan itu dengan eratnya. "Iya. Mbak bisa percaya sama aku."

"Ya udah," Renata melepaskan pelukannya. "Sekarang kamu harus pulang. Aku gak mau kamu ketemu sama Gavin di sini."

"Ya udah. Aku pulang, makasih ya makan malamnya."

"Makasih juga udah ajak Nathan main dan belajar."

"Latihan, Mbak. Siapa tahu dia jadi anak sambung aku nanti."

"Vino," tegur Renata.

Vino terkekeh, mengecup kening Renata dan pergi dari apartemennya.

Keesokan harinya, Vino sudah berada di rumah sang kakek. Ia berada di taman belakang rumah besar nan mewah itu.

"Opa mau aku ketemu sama siapa?" tanya Vino to the point.

"Bagaimana Bali? Apa nyaman jadi karyawan biasa yang gajinya gak seberapa?" tanya Bimantara, mengabaikan apa yang sang cucu tanyakan padanya.

Vino mengalah. Ia pun menjawab, "asyik banget. Aku udah nemu jalan hidup aku, Pa. Opa gak usah khawatirin aku lagi. Sekarang aku udah bisa hidup tanpa bergantung sama Opa."

"Maksud kamu, kamu akan membuktikan ucapan kamu waktu itu? Kamu gak akan melanjutkan bisnis Opa dan melepaskan semua yang kamu punya?"

Vino mengangguk mantap. "Iya. Opa udah membesarkan aku dengan cara di mana aku hidup kayak orang biasa. Aku masih inget Opa kasih uang jajan buat aku cuma Rp. 20.000,- sehari di saat harga makanan di Satya IHS aja gak ada yang segitu. Makanan di Satya minimal aja Rp. 50.000,- per porsinya. Aku sampai harus beli makanan sebelum aku masuk sekolah. Beli nasi kuning, atau nasi padang. Pertama aku kesel banget, tapi akhirnya aku kebiasa buat beli makanan murah dan berpikir ini hidup yang cocok buat aku."

"Baguslah. Opa senang kamu bisa merakyat seperti itu. Persis Opa waktu masih merintis semua bisnis Opa. Tapi sekarang udah saatnya kamu kembali. Kamu cucu pertama Opa, kamu harus melanjutkan bisnis Opa. Kamu boleh pilih bisnis mana yang mau kamu lanjutkan. Opa akan mempersiapkan semuanya."

Vino tersenyum tipis. "Enggak, Pa. Aku gak mau nerusin bisnis Opa. Kalau aku mau, aku bakal bikin bisnis aku sendiri."

"Kenapa? Apa kamu masih marah pada Opa karena cara Opa mendidik kamu?"

"Enggak, Opa. Aku udah dewasa sekarang. Aku gak akan memberontak lagi. Tapi ya emang itu yang aku pengen sekarang. Lebih baik bisnis Opa, Opa kasih ke Om Tama, Tante Tantri, atau ke Kakek Sutomo. Siapalah itu, yang penting bisa dipercaya."

"Kamu tetap aja keras kepala. Okay, Opa gak akan maksa. Kalau gitu apa kamu mau buat travel agent sendiri? Kamu butuh modal berapa, berapapun akan Opa kasih."

"Makasih, Opa. Tapi aku gak tertarik. Aku lebih suka kayak gini jadi karyawan yang gak banyak pikiran. Jalan-jalan sambil foto. Udah paling nikmat," tolak Vino tanpa pikir panjang.

"Ya sudah. Kita bicarakan itu nanti. Kamu harus memikirkan semua ini matang-matang. Pokoknya Opa gak akan menyerah bujuk kamu. Sekarang, Opa ingin kamu ketemu seseorang. Calon istri kamu."

"Istri?!" pekik Vino terkejut.

Saat asyik mengobrol tiba-tiba datang tiga orang mendekat ke arah Vino dan sang kakek. Mata Vino terbelalak melihat kedatangan mereka, terutama satu orang yang sudah ia kenal dengan cukup baik.

"Marsha?!"

Terpopuler

Comments

Yuniarti Yuniarti

Yuniarti Yuniarti

KEHABISAN IDE

2024-11-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Wanita yang Mirip
2 Bab 2: Terpesona
3 Bab 3: Desiran Aneh
4 Bab 4: Sisi Liar
5 Bab 5: Selingkuh itu Indah?
6 Bab 6: Pembenaran
7 Bab 7: Kentara
8 Bab 8: Tersadar
9 Bab 9: Terperangkap
10 Bab 10: Pergi dari Hidupku!
11 Bab 11: Ketahuan
12 Bab 12: Berubah Pikiran
13 Bab 13: Semakin Lepas Kendali
14 Bab 14: Di Pihak Logika
15 Bab 15: Wanita Kedua
16 Bab 16: Menyamarkan
17 Bab 17: Bebaskan
18 Bab 18: Menggantikan Peran
19 Bab 19: Dosa yang Manis
20 Bab 20: Perjodohan
21 Bab 21: Pernyataan
22 Bab 22: Lingkaran
23 Bab 23: Di Night Club
24 Bab 24: Manis yang Semu
25 Bab 25: Let it Flow
26 Bab 26: Lebih dari Suka
27 Bab 27: Jalan Buntu
28 Bab 28: Cinta bukan Suka
29 Bab 29: Semakin Terasa Indah
30 Bab 30: Pesta Pertunangan
31 Bab 31: Rencana Masa Depan
32 Bab 32: Sikap yang Aneh
33 Bab 33: Curiga
34 Bab 34: Terbongkar
35 Bab 35: Apa ini Karma?
36 Bab 36: Ruangan yang Dirahasiakan
37 Bab 37: Kesalahan Terbesar
38 Bab 38: Hasutan Marsha
39 Bab 39: Dikuasai Rasa Bersalah
40 Bab 40: Semua Terungkap
41 Bab 41: Seorang Adik
42 Bab 42: Keputusan
43 Bab 43: Kembali ke Habitat
44 Bab 44: Kehilangan
45 Bab 45: Tidak Nyata
46 Bab 46: Sudah Terlambat
47 Bab 47: Menyesal
48 Bab 48: Niat Bertemu
49 Bab 49: Dijebak
50 Bab 50: Karena Keadaan
51 Bab 51: Menuju Hidup Baru
52 Bab 52: Menunggu Luka yang Sembuh
53 Bab 53: Kedatangan Dua Sahabat
54 Bab 54: Direktur Utama
55 Bab 55: Tak akan Ku Biarkan Pergi
56 Bab 56: Memanfaatkan Nathan
57 Bab 57: Kamu adalah Penyesalan
58 Bab 58: Tak Akan Menyerah
59 Bab 59: Mendapatkan Cinta Kembali
60 Bab 60: Kita Selingkuh Lagi
61 Bab 61: Hutang Budi
62 Bab 62: Takdir yang Selanjutnya
63 Bab 63: Seperti Keluarga
64 Bab 64: Mata-mata
65 Bab 65: Tidak Tahan
66 Bab 66: Perasaan Tak Salah
67 Bab 67: Balas Budi
68 Bab 68: Pengorbanan Vino
69 Bab 69: Sampai Akhir Hayat
70 Bab 70: Kedatangan Gavin
71 Bab 71: Mata yang Terbuka
72 Bab 72: Melamar Nathan(end)
73 Ekstra 1: The Bad Boy and His Nanny
74 Ekstra 2: Marry Me, Dev
75 Ekstra 3: Mengerjar Cinta Nabila
76 Ekstra 4: Wanita Rahasia Daddy Zach
77 Ekstra 5: Jodohkah Kita?
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1: Wanita yang Mirip
2
Bab 2: Terpesona
3
Bab 3: Desiran Aneh
4
Bab 4: Sisi Liar
5
Bab 5: Selingkuh itu Indah?
6
Bab 6: Pembenaran
7
Bab 7: Kentara
8
Bab 8: Tersadar
9
Bab 9: Terperangkap
10
Bab 10: Pergi dari Hidupku!
11
Bab 11: Ketahuan
12
Bab 12: Berubah Pikiran
13
Bab 13: Semakin Lepas Kendali
14
Bab 14: Di Pihak Logika
15
Bab 15: Wanita Kedua
16
Bab 16: Menyamarkan
17
Bab 17: Bebaskan
18
Bab 18: Menggantikan Peran
19
Bab 19: Dosa yang Manis
20
Bab 20: Perjodohan
21
Bab 21: Pernyataan
22
Bab 22: Lingkaran
23
Bab 23: Di Night Club
24
Bab 24: Manis yang Semu
25
Bab 25: Let it Flow
26
Bab 26: Lebih dari Suka
27
Bab 27: Jalan Buntu
28
Bab 28: Cinta bukan Suka
29
Bab 29: Semakin Terasa Indah
30
Bab 30: Pesta Pertunangan
31
Bab 31: Rencana Masa Depan
32
Bab 32: Sikap yang Aneh
33
Bab 33: Curiga
34
Bab 34: Terbongkar
35
Bab 35: Apa ini Karma?
36
Bab 36: Ruangan yang Dirahasiakan
37
Bab 37: Kesalahan Terbesar
38
Bab 38: Hasutan Marsha
39
Bab 39: Dikuasai Rasa Bersalah
40
Bab 40: Semua Terungkap
41
Bab 41: Seorang Adik
42
Bab 42: Keputusan
43
Bab 43: Kembali ke Habitat
44
Bab 44: Kehilangan
45
Bab 45: Tidak Nyata
46
Bab 46: Sudah Terlambat
47
Bab 47: Menyesal
48
Bab 48: Niat Bertemu
49
Bab 49: Dijebak
50
Bab 50: Karena Keadaan
51
Bab 51: Menuju Hidup Baru
52
Bab 52: Menunggu Luka yang Sembuh
53
Bab 53: Kedatangan Dua Sahabat
54
Bab 54: Direktur Utama
55
Bab 55: Tak akan Ku Biarkan Pergi
56
Bab 56: Memanfaatkan Nathan
57
Bab 57: Kamu adalah Penyesalan
58
Bab 58: Tak Akan Menyerah
59
Bab 59: Mendapatkan Cinta Kembali
60
Bab 60: Kita Selingkuh Lagi
61
Bab 61: Hutang Budi
62
Bab 62: Takdir yang Selanjutnya
63
Bab 63: Seperti Keluarga
64
Bab 64: Mata-mata
65
Bab 65: Tidak Tahan
66
Bab 66: Perasaan Tak Salah
67
Bab 67: Balas Budi
68
Bab 68: Pengorbanan Vino
69
Bab 69: Sampai Akhir Hayat
70
Bab 70: Kedatangan Gavin
71
Bab 71: Mata yang Terbuka
72
Bab 72: Melamar Nathan(end)
73
Ekstra 1: The Bad Boy and His Nanny
74
Ekstra 2: Marry Me, Dev
75
Ekstra 3: Mengerjar Cinta Nabila
76
Ekstra 4: Wanita Rahasia Daddy Zach
77
Ekstra 5: Jodohkah Kita?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!