Bab 18: Menggantikan Peran

"Sorry, Om. Gua telat. Ada yang harus gua urusin dulu tadi," maaf Vino saat ia tiba di kantor dan melihat Haris sedang berada di ruangan para karyawannya.

"Harusnya lu kasih kabar. Emang lu darimana sih?" tegur Haris.

"Ada masalah dikit tadi sama cewek gua, Om. Gua janji entar pasti ngabarin kalau ada apa-apa."

Seketika para karyawan wanita di ruangan itu saling berbisik saat mendengar rekan kerja baru mereka yang tampan ini sudah memiliki kekasih.

"Baru juga bentar lu di Bali. Udah punya cewek aja. Siapa emangnya?" tanya Haris yang memang memiliki kepribadian yang selalu ingin tahu urusan orang lain.

"Ada deh, Om." Vino menolak memberitahukan siapa wanita yang ia sebut sebagai kekasihnya itu. Selain status mereka yang memang belum jelas, tentu saja gawat jika Haris mengetahui Vino memiliki hubungan spesial dengan sahabat dari istrinya itu.

"Dasar main rahasia-rahasiaan segala sama gua. Ya udah, siapin buat meeting bentar lagi sama klien." Haris pun berlalu masuk ke dalam ruangannya.

"Siap, Om."

Vino pun segera mempersiapkan semua hal yang Haris minta. Saat sedang begitu seriusnya menatap layar komputernya, teleponnya berdering. Vino tak langsung menerima panggilan, malah menimang-nimang apakah ia akan menerimanya atau tidak. Namun akhirnya ia angkat telepon itu. Ia tak ingin mendapat masalah karena sudah terlalu lama juga ia mengabaikannya.

"Halo," sapa Vino seraya menempelkan benda pipih itu di telinganya.

"Akhirnya diangkat juga telepon Opa. Dasar cucu yang bisanya bikin Opa kesel," gerutu pria tua bertubuh tambun di seberang sana.

"Ada apa Opa nelpon? Aku lagi kerja. Bentar lagi mau meeting ini."

"Ya udah Opa bakal bilang dengan cepat. Akhir pekan ini Opa minta kamu pulang. Opa mau ngomongin sesuatu sama kamu."

"Aku gak bisa, Opa. Akhir pekan ini aku ke Vietnam anter wisatawan ke sana," tolak Vino.

"Opa gak menerima alasan apapun. Opa mau kamu ada di rumah. Ada yang harus kamu temuin."

"Siapa?"

"Nanti kamu juga tahu. Pokoknya kamu harus datang. Opa tunggu. Atau Opa akan lakukan sesuatu."

Kemudian telepon terputus. Vino kesal sekali. Sebetulnya ia ingin untuk tidak memiliki hubungan apapun lagi dengan sang kakek. Ia ingin bebas makanya ia memutuskan pindah ke Bali. Namun sang Kakek tidak membiarkan itu terjadi.

Tapi bukan Vino namanya jika ia tunduk begitu saja. Vino pun menelepon lagi, saat suara sang kakek kembali terdengar ia berkata, "besok aku ke Jakarta. Kalau akhir pekan aku gak bisa. Jadi kalau Opa mau ketemu aku, besok waktunya."

Vino langsung mematikan telepon tanpa mendengar sahutan dari sang kakek. Ia kembali bekerja. Hingga tiba waktunya ia untuk pulang.

Sore hari Vino tiba di apartemennya. Ia berpapasan dengan Renata di basement. Renata baru saja pulang menjemput Nathan les.

"Sore, Mbak," sapa Vino sumringah. "Sore, Nathan." Vino menyapa putra dari kekasih gelapnya itu.

Renata yang baru keluar dari mobilnya pun menyambut sapaan itu. "Sore," sahutnya sedikit salah tingkah."

"Sore juga, Om." Nathan pun menyahuti.

"Baru pulang les ya?" tanya Vino.

"Iya, Om. Om Vino juga baru pulang kerja?"

"Iya. Bisa barengan gini ya kita," ucap Vino seraya mengusak rambut Nathan. "Ayahnya Nathan belum pulang?" Tatapan Vino tertuju ke arah tempat biasa mobil Gavin terparkir.

"Belum Om. Ayah biasanya pulang kalau aku udah tidur. Ayah sibuk banget sekarang."

"Oh ya?" sahut Vino seraya menatap penuh arti pada Renata. Renata tahu maksud tatapan Vino itu. Ia pun memalingkan wajahnya. "Berarti sekarang Nathan jarang ketemu sama ayahnya dong?"

Nathan mengangguk sedih. Mereka pun mulai memasuki lift dan mengobrol hingga tiba di depan apartemen mereka.

Tiba-tiba Nathan memekik, "ya udah Om Vino makan di rumah kita aja! Boleh 'kan, Bun?"

Renata dan Vino saling tatap tak menyangka.

"Emang gak apa-apa Om makan bareng sama Nathan dan Bundanya?" tanya Vino. Ia hanya menggoda Nathan saja berkata bahwa dia sedih karena setiap hari makan sendiri dan hanya makan mie instan atau makanan instan lainnya.

"Gak apa-apa, Om. Kasihan Om nanti kekurangan gizi kalau makannya yang instan terus. Lagian Bunda suka ngomel makanannya banyak nyisa karena ayah biasanya udah makan kalau nyampe rumah, iya kan, Bun?"

"Tapi nanti ayah pulang gimana, Nak?" Renata khawatir.

"Boleh ya, Bun. Kasihan Om Vino," pinta Nathan.

"Makasih ya, Nathan. Om dengan senang hati loh makan masakannya Bundanya Nathan. Tiap hari dimasakin juga Om mau," ujarnya tengil.

"Vino!" tegur Renata. Ia menatap galak pada Vino.

"Boleh Om kalau mau tiap hari makan di rumah Nathan! Boleh ya, Bun? Please! Om Vino 'kan tetangga kita. Lagian daripada masakan Bunda suka nyisa, lebih baik dimakan sama Om Vino," mohon Nathan seraya memegang tangan sang ibu.

Renata tak punya pilihan. "Ya udah. Tapi gak tiap hari ya. Cuma hari ini aja."

"Yes! Bunda baik banget. Ayo Om kita masuk," ajak Nathan. Vino pun ikut tersenyum senang dan masuk ke apartemen Renata dengan tangannya ditarik oleh Nathan. Renata hanya kembali menghela nafas khawatir.

Di dalam apartemen Nathan sibuk berceloteh bersama Vino. Ia senang karena Vino begitu merespon apapun perkataannya. Vino yang berkepribadian humoris juga membuat Nathan terus tertawa terbahak.

Di dapur Renata menyiapkan makan malam sambil menyimak obrolan sang putra dengan Vino. Terkadang Renata ikut tertawa karena guyonan Vino yang memang sekocak itu. Seketika apartemennya menjadi begitu ramai seakan ada banyak orang di sana, padahal hanya ada dua orang yang sibuk bercanda.

Makan malam pun siap. Mereka makan bertiga di meja makan. Obrolan Vino dan Nathan pun tidak berhenti. Malah semakin seru bahkan Renata ikut serta dengan tawa canda mereka.

Hingga setelah makan Vino berinisiatif membantu Nathan membereskan buku untuk dibawa ke sekolah esok hari.

"Nah sekarang Om pulang dulu ya," pamit Vino saat Nathan selesai menyikat giginya dan berbaring di tempat tidurnya.

"Om boleh pulang kalau aku udah tidur. Please ya Om, temenin Nathan tidur. Please," mohonnya.

Vino menatap ke arah Renata. Wajah Renata seakan mengatakan Vino untuk menolak namun Vino tidak tega pada Nathan yang sampai memohon seperti itu.

"Ya udah, Om ceritain dongeng ya." Ia pun duduk di sisi tempat tidur sambil bercerita pada Nathan. Lagi-lagi cerita Vino terdengar konyol untuk dongeng pengantar tidur yang seharusnya membuat pendengarnya mengantuk.

Namun lama-lama Nathan pun menguap dan perlahan terlelap. Vino pun meninggalkan Nathan, mematikan, lampu, dan menutup pintu kamar Nathan perlahan.

"Udah tidur?" tanya Renata yang duduk di sofa ruang tengah.

"Udah." Vino pun duduk di samping Renata dan langsung saja mencium bibirnya.

Terpopuler

Comments

Nacita

Nacita

agresif nian s vino ini 🤣

2025-01-24

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Wanita yang Mirip
2 Bab 2: Terpesona
3 Bab 3: Desiran Aneh
4 Bab 4: Sisi Liar
5 Bab 5: Selingkuh itu Indah?
6 Bab 6: Pembenaran
7 Bab 7: Kentara
8 Bab 8: Tersadar
9 Bab 9: Terperangkap
10 Bab 10: Pergi dari Hidupku!
11 Bab 11: Ketahuan
12 Bab 12: Berubah Pikiran
13 Bab 13: Semakin Lepas Kendali
14 Bab 14: Di Pihak Logika
15 Bab 15: Wanita Kedua
16 Bab 16: Menyamarkan
17 Bab 17: Bebaskan
18 Bab 18: Menggantikan Peran
19 Bab 19: Dosa yang Manis
20 Bab 20: Perjodohan
21 Bab 21: Pernyataan
22 Bab 22: Lingkaran
23 Bab 23: Di Night Club
24 Bab 24: Manis yang Semu
25 Bab 25: Let it Flow
26 Bab 26: Lebih dari Suka
27 Bab 27: Jalan Buntu
28 Bab 28: Cinta bukan Suka
29 Bab 29: Semakin Terasa Indah
30 Bab 30: Pesta Pertunangan
31 Bab 31: Rencana Masa Depan
32 Bab 32: Sikap yang Aneh
33 Bab 33: Curiga
34 Bab 34: Terbongkar
35 Bab 35: Apa ini Karma?
36 Bab 36: Ruangan yang Dirahasiakan
37 Bab 37: Kesalahan Terbesar
38 Bab 38: Hasutan Marsha
39 Bab 39: Dikuasai Rasa Bersalah
40 Bab 40: Semua Terungkap
41 Bab 41: Seorang Adik
42 Bab 42: Keputusan
43 Bab 43: Kembali ke Habitat
44 Bab 44: Kehilangan
45 Bab 45: Tidak Nyata
46 Bab 46: Sudah Terlambat
47 Bab 47: Menyesal
48 Bab 48: Niat Bertemu
49 Bab 49: Dijebak
50 Bab 50: Karena Keadaan
51 Bab 51: Menuju Hidup Baru
52 Bab 52: Menunggu Luka yang Sembuh
53 Bab 53: Kedatangan Dua Sahabat
54 Bab 54: Direktur Utama
55 Bab 55: Tak akan Ku Biarkan Pergi
56 Bab 56: Memanfaatkan Nathan
57 Bab 57: Kamu adalah Penyesalan
58 Bab 58: Tak Akan Menyerah
59 Bab 59: Mendapatkan Cinta Kembali
60 Bab 60: Kita Selingkuh Lagi
61 Bab 61: Hutang Budi
62 Bab 62: Takdir yang Selanjutnya
63 Bab 63: Seperti Keluarga
64 Bab 64: Mata-mata
65 Bab 65: Tidak Tahan
66 Bab 66: Perasaan Tak Salah
67 Bab 67: Balas Budi
68 Bab 68: Pengorbanan Vino
69 Bab 69: Sampai Akhir Hayat
70 Bab 70: Kedatangan Gavin
71 Bab 71: Mata yang Terbuka
72 Bab 72: Melamar Nathan(end)
73 Ekstra 1: The Bad Boy and His Nanny
74 Ekstra 2: Marry Me, Dev
75 Ekstra 3: Mengerjar Cinta Nabila
76 Ekstra 4: Wanita Rahasia Daddy Zach
77 Ekstra 5: Jodohkah Kita?
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1: Wanita yang Mirip
2
Bab 2: Terpesona
3
Bab 3: Desiran Aneh
4
Bab 4: Sisi Liar
5
Bab 5: Selingkuh itu Indah?
6
Bab 6: Pembenaran
7
Bab 7: Kentara
8
Bab 8: Tersadar
9
Bab 9: Terperangkap
10
Bab 10: Pergi dari Hidupku!
11
Bab 11: Ketahuan
12
Bab 12: Berubah Pikiran
13
Bab 13: Semakin Lepas Kendali
14
Bab 14: Di Pihak Logika
15
Bab 15: Wanita Kedua
16
Bab 16: Menyamarkan
17
Bab 17: Bebaskan
18
Bab 18: Menggantikan Peran
19
Bab 19: Dosa yang Manis
20
Bab 20: Perjodohan
21
Bab 21: Pernyataan
22
Bab 22: Lingkaran
23
Bab 23: Di Night Club
24
Bab 24: Manis yang Semu
25
Bab 25: Let it Flow
26
Bab 26: Lebih dari Suka
27
Bab 27: Jalan Buntu
28
Bab 28: Cinta bukan Suka
29
Bab 29: Semakin Terasa Indah
30
Bab 30: Pesta Pertunangan
31
Bab 31: Rencana Masa Depan
32
Bab 32: Sikap yang Aneh
33
Bab 33: Curiga
34
Bab 34: Terbongkar
35
Bab 35: Apa ini Karma?
36
Bab 36: Ruangan yang Dirahasiakan
37
Bab 37: Kesalahan Terbesar
38
Bab 38: Hasutan Marsha
39
Bab 39: Dikuasai Rasa Bersalah
40
Bab 40: Semua Terungkap
41
Bab 41: Seorang Adik
42
Bab 42: Keputusan
43
Bab 43: Kembali ke Habitat
44
Bab 44: Kehilangan
45
Bab 45: Tidak Nyata
46
Bab 46: Sudah Terlambat
47
Bab 47: Menyesal
48
Bab 48: Niat Bertemu
49
Bab 49: Dijebak
50
Bab 50: Karena Keadaan
51
Bab 51: Menuju Hidup Baru
52
Bab 52: Menunggu Luka yang Sembuh
53
Bab 53: Kedatangan Dua Sahabat
54
Bab 54: Direktur Utama
55
Bab 55: Tak akan Ku Biarkan Pergi
56
Bab 56: Memanfaatkan Nathan
57
Bab 57: Kamu adalah Penyesalan
58
Bab 58: Tak Akan Menyerah
59
Bab 59: Mendapatkan Cinta Kembali
60
Bab 60: Kita Selingkuh Lagi
61
Bab 61: Hutang Budi
62
Bab 62: Takdir yang Selanjutnya
63
Bab 63: Seperti Keluarga
64
Bab 64: Mata-mata
65
Bab 65: Tidak Tahan
66
Bab 66: Perasaan Tak Salah
67
Bab 67: Balas Budi
68
Bab 68: Pengorbanan Vino
69
Bab 69: Sampai Akhir Hayat
70
Bab 70: Kedatangan Gavin
71
Bab 71: Mata yang Terbuka
72
Bab 72: Melamar Nathan(end)
73
Ekstra 1: The Bad Boy and His Nanny
74
Ekstra 2: Marry Me, Dev
75
Ekstra 3: Mengerjar Cinta Nabila
76
Ekstra 4: Wanita Rahasia Daddy Zach
77
Ekstra 5: Jodohkah Kita?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!