Bab 12: Berubah Pikiran

Tangan Vino mengepal kuat tanpa sadar. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju area indoor lagi. Vino berhati-hati, ia tak ingin kedua manusia itu mengetahui keberadaannya. Ia duduk di satu meja tak jauh dari meja Gavin dan Marsha berada, yang terpenting jarak tersebut cukup untuk bisa mendengar percakapan keduanya.

Meja itu tepat berada di belakang meja Gavin dan Marsha yang kini duduk bersebelahan dengan begitu mesranya. Vino bisa dengan jelas melihat dan mendengar keduanya berbicara. Diam-diam tak lupa Vino juga memotret mereka dengan kamera ponselnya.

Tiba-tiba dering ponsel Gavin berbunyi.

"Bentar ya," ucapnya. "Renata."

Vino terhenyak. Jadi Marsha tahu bahwa Gavin memiliki istri? Tiba-tiba Marsha bangkit menjauh dari Gavin yang sejak tadi bergelayut manja di lengannya.

"Halo, Bun?"

Segera terdengar suara Renata di panggilan video itu.

"Ayah, lagi apa?"

"Lagi makan malam nih. Tuh," Gavin memperlihatkan piring berisi makanan yang masih setengahnya yang ada di depannya. Sementara Marsha dengan sigap bangkit seraya duduk di sofa meja sebelah. "Farhan lagi ke toilet. Bunda udah makan?"

Seketika Vino terhenyak kembali. Gavin begitu luwes. Ia tak terlihat gugup sama sekali sudah berbohong seperti itu.

"Ini lagi masak. Yah, Bunda pengen nanya. Itu beneran Ayah gak jadi pulang besok?"

"Iya, Bun. Maafin Ayah, ya. Ayah juga pengennya besok. Tapi kayaknya baru lusa deh Ayah pulang. Kerjaan Ayah masih banyak. Maaf ya, Sayang?" Gavin menunjukkan wajah menyesalnya.

"Gitu... Kasihan banget suami aku. Ya udah jangan lupa makan ya."

"Siap istriku. Mana Nathan?"

"Les renang dong. Bentar lagi Bunda jemput abis selesai masak."

"Oh iya, Ayah lupa. Jadwalnya Nathan les ya hari ini. Bunda masak apa?"

Percakapan Renata berlangsung cukup lama. Yang Vino lihat Gavin benar-benar mesra terhadap Renata. Bahkan Vino melihat Marsha di meja sebelahnya menunggu Gavin yang asyik bervideo call ria dengan wajah yang masam. Meskipun demikian Marsha terlihat sabar dan sama sekali tidak mengganggu Gavin.

Kemudian video call pun berakhir. Segera Marsha kembali ke sebelah Gavin dan melingkarkan tangannya di lengan Gavin, dan menyandarkan kepalanya di bahu Gavin kembali. Vino pun kembali menajamkan pendengarannya.

"Istri Mas itu makin sering video call, sih. Ngeselin," rajuk Marsha.

"Ya gimana lagi. Kamu kan yang pengen kita satu hari lagi di sini."

"Iya sih," ujar Marsha. "Mas, istri Mas itu secantik apa sih sampai Mas susah banget berpaling dari dia?"

"Kamu belum lihat? Dia cukup aktif di medsos kan udah aku bilang. Dia suka bikin video pas dia bikin bekal makanan sama masak."

"Gak mau. Kalau tahu orangnya aku takut bakal datengin dia dan ngelabrak dia," geram Marsha.

Gavin terkekeh. "Ya udah gak usah lihat aja. Karena dia cantik banget. Takutnya kamu insecure," ucap Gavin dengan nada bercanda.

"Jahat banget sih, Mas," rajuk Marsha dengan nada manja. "Yuk ah, balik ke kamar. Mas harus tanggung jawab karena udah berani bilang aku bakal insecure sama istri Mas."

"Kan kamu tahu, Renata bakal selalu jadi yang pertama buat aku," ucap Gavin tanpa rasa bersalah. Marsha semakin menekuk wajahnya karena ucapan Gavin.

"Mas nyebelin! Pokoknya harus tanggung jawab!" Mereka pun mulai beranjak dari sofa.

"Iya, iya. Kalau ngambek, aku pulang aja deh."

"Ngancemnya gitu," rajuk Marsha.

Keduanya pun berjalan menjauh dari Vino. Di sofa itu Vino masih mencerna seperti apa persisnya hubungan Gavin dan Marsha. Namun yang pasti Vino tidak bisa terima. Gavin sudah berkhianat di belakang Renata.

Vino sudah bisa membacanya, selama ini Gavin yang berkata pulang larut untuk bekerja dan sering melakukan perjalanan dinas, hanyalah omong kosong. Padahal ia sedang bersama wanita simpanannya yang di mana wanita itu adalah teman SMA Vino, yang bahkan mengenal Rania. Vino bertanya-tanya bagaimana reaksi Marsha jika ia tahu Renata mirip sekali dengan Rania? Apa sejarah akan terulang?

Keesokan harinya Vino tiba di apartemennya. Ia berjalan menuju unitnya dengan pikiran penuh dengan Renata. Setelah melihat apa yang Gavin lakukan di belakang Renata membuatnya berubah pikiran. Niat sebelumnya di mana ia akan mengabulkan keinginan Renata untuk menjauhinya seketika ia batalkan.

Vino tak terima. Renata begitu percaya dan setia pada suaminya itu. Bahkan perselingkuhan singkat antara dirinya dan Renata membuat Renata begitu merasa sangat bersalah. Renata bahkan menangis dan menamparnya. Vino tak akan membiarkan Renata dikhianati dan diperlakukan tidak adil.

Kemudian Vino tiba di depan unitnya. Ia sedang membuka pintu saat mendengar derap kaki dari arah lift. Vino pun menoleh dan melihat Renata di sana berjalan menuju ke arahnya. Atau lebih tepatnya ke unitnya yang berada di sebelah unit Vino.

Keduanya saling tatap beberapa detik. Sampai Renata mengalihkan pandangannya dari Vino dan bersikap seakan-akan Vino tidak ada.

Saat Renata tepat berada di belakangnya, Vino menyapa, "dari mana, Mbak?"

Renata menatap Vino tidak suka dan tidak menjawab.

"Mbak, kita tetangga loh. Gak apa-apa kali kalau saling sapa doang," tegur Vino.

Renata memasukkan kuncinya ke lubang kunci di pintunya dan menatap Vino tajam. "Abis nganter Nathan les," jawabnya singkat.

Mendengar Nathan ternyata sedang tidak ada, Vino seketika menghampiri Renata dan menarik tangan Renata masuk ke dalam apartemennya.

"Vino!"

Tanpa bisa menghindar, Vino sudah mencium bibir Renata dengan kasarnya. Renata terus meronta. Ia dorong tubuh Vino menjauh darinya namun tidak bisa, Vino merengkuh tubuhnya dengan sangat erat dan mengcengkram tengkuknya kuat-kuat.

Renata memukul tubuh Vino dengan membabi buta, mencoba melepaskan diri, namun Vino tetap tak berhenti. Ia seperti kesetanan.

Akhirnya Vino melepaskan cumbuannya dan membopong tubuh Renata menuju kamarnya. Renata kembali mencoba meronta sekuat tenaga namun ia tetap tidak bisa mengalahkan tenaga Vino yang lebih besar.

Renata kini terlentang di atas tempat tidur, dengan Vino mengungkung tubuhnya di atas.

"Kamu udah gila! Lepas!" Renata berteriak dan terus menghindari Vino yang akan menciumnya lagi dengan menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan.

Vino pun menahan kedua tangan Renata di atas kepalanya dan tangannya yang lain menahan rahang Renata. Ia kembali mencium Renata dengan beringasnya. Dan entah bagaimana setelah beberapa saat Renata berhenti meronta dan justru menyambut cumbuan itu.

Perlahan Vino melepas kedua tangan Renata yang ia kunci dan benar saja, Vino berhasil membuat Renata menyambut yang dilakukannya. Tubuh dan kaki Renata sudah tak meronta lagi. Malah kedua tangan Renata kini mengusak rambut hitam Vino dengan gemasnya di tengah cumbuan itu.

Mereka berhenti sejenak, "apa yang kamu lakuin, Vin? Aku kan udah bilang buat kita berhenti," lirih Renata. Lagi-lagi batinnya berperang.

"Aku gak bisa mengabulkan keinginan Mbak untuk jauhin Mbak. Mulai sekarang Mbak adalah milik aku. Aku ingin Mbak kapanpun aku mau, dan Mbak harus mau," otoriternya.

Kemudian Vino kembali mempersatukan bibir mereka dan cumbuan panas itu pun berlanjut.

Episodes
1 Bab 1: Wanita yang Mirip
2 Bab 2: Terpesona
3 Bab 3: Desiran Aneh
4 Bab 4: Sisi Liar
5 Bab 5: Selingkuh itu Indah?
6 Bab 6: Pembenaran
7 Bab 7: Kentara
8 Bab 8: Tersadar
9 Bab 9: Terperangkap
10 Bab 10: Pergi dari Hidupku!
11 Bab 11: Ketahuan
12 Bab 12: Berubah Pikiran
13 Bab 13: Semakin Lepas Kendali
14 Bab 14: Di Pihak Logika
15 Bab 15: Wanita Kedua
16 Bab 16: Menyamarkan
17 Bab 17: Bebaskan
18 Bab 18: Menggantikan Peran
19 Bab 19: Dosa yang Manis
20 Bab 20: Perjodohan
21 Bab 21: Pernyataan
22 Bab 22: Lingkaran
23 Bab 23: Di Night Club
24 Bab 24: Manis yang Semu
25 Bab 25: Let it Flow
26 Bab 26: Lebih dari Suka
27 Bab 27: Jalan Buntu
28 Bab 28: Cinta bukan Suka
29 Bab 29: Semakin Terasa Indah
30 Bab 30: Pesta Pertunangan
31 Bab 31: Rencana Masa Depan
32 Bab 32: Sikap yang Aneh
33 Bab 33: Curiga
34 Bab 34: Terbongkar
35 Bab 35: Apa ini Karma?
36 Bab 36: Ruangan yang Dirahasiakan
37 Bab 37: Kesalahan Terbesar
38 Bab 38: Hasutan Marsha
39 Bab 39: Dikuasai Rasa Bersalah
40 Bab 40: Semua Terungkap
41 Bab 41: Seorang Adik
42 Bab 42: Keputusan
43 Bab 43: Kembali ke Habitat
44 Bab 44: Kehilangan
45 Bab 45: Tidak Nyata
46 Bab 46: Sudah Terlambat
47 Bab 47: Menyesal
48 Bab 48: Niat Bertemu
49 Bab 49: Dijebak
50 Bab 50: Karena Keadaan
51 Bab 51: Menuju Hidup Baru
52 Bab 52: Menunggu Luka yang Sembuh
53 Bab 53: Kedatangan Dua Sahabat
54 Bab 54: Direktur Utama
55 Bab 55: Tak akan Ku Biarkan Pergi
56 Bab 56: Memanfaatkan Nathan
57 Bab 57: Kamu adalah Penyesalan
58 Bab 58: Tak Akan Menyerah
59 Bab 59: Mendapatkan Cinta Kembali
60 Bab 60: Kita Selingkuh Lagi
61 Bab 61: Hutang Budi
62 Bab 62: Takdir yang Selanjutnya
63 Bab 63: Seperti Keluarga
64 Bab 64: Mata-mata
65 Bab 65: Tidak Tahan
66 Bab 66: Perasaan Tak Salah
67 Bab 67: Balas Budi
68 Bab 68: Pengorbanan Vino
69 Bab 69: Sampai Akhir Hayat
70 Bab 70: Kedatangan Gavin
71 Bab 71: Mata yang Terbuka
72 Bab 72: Melamar Nathan(end)
73 Ekstra 1: The Bad Boy and His Nanny
74 Ekstra 2: Marry Me, Dev
75 Ekstra 3: Mengerjar Cinta Nabila
76 Ekstra 4: Wanita Rahasia Daddy Zach
77 Ekstra 5: Jodohkah Kita?
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1: Wanita yang Mirip
2
Bab 2: Terpesona
3
Bab 3: Desiran Aneh
4
Bab 4: Sisi Liar
5
Bab 5: Selingkuh itu Indah?
6
Bab 6: Pembenaran
7
Bab 7: Kentara
8
Bab 8: Tersadar
9
Bab 9: Terperangkap
10
Bab 10: Pergi dari Hidupku!
11
Bab 11: Ketahuan
12
Bab 12: Berubah Pikiran
13
Bab 13: Semakin Lepas Kendali
14
Bab 14: Di Pihak Logika
15
Bab 15: Wanita Kedua
16
Bab 16: Menyamarkan
17
Bab 17: Bebaskan
18
Bab 18: Menggantikan Peran
19
Bab 19: Dosa yang Manis
20
Bab 20: Perjodohan
21
Bab 21: Pernyataan
22
Bab 22: Lingkaran
23
Bab 23: Di Night Club
24
Bab 24: Manis yang Semu
25
Bab 25: Let it Flow
26
Bab 26: Lebih dari Suka
27
Bab 27: Jalan Buntu
28
Bab 28: Cinta bukan Suka
29
Bab 29: Semakin Terasa Indah
30
Bab 30: Pesta Pertunangan
31
Bab 31: Rencana Masa Depan
32
Bab 32: Sikap yang Aneh
33
Bab 33: Curiga
34
Bab 34: Terbongkar
35
Bab 35: Apa ini Karma?
36
Bab 36: Ruangan yang Dirahasiakan
37
Bab 37: Kesalahan Terbesar
38
Bab 38: Hasutan Marsha
39
Bab 39: Dikuasai Rasa Bersalah
40
Bab 40: Semua Terungkap
41
Bab 41: Seorang Adik
42
Bab 42: Keputusan
43
Bab 43: Kembali ke Habitat
44
Bab 44: Kehilangan
45
Bab 45: Tidak Nyata
46
Bab 46: Sudah Terlambat
47
Bab 47: Menyesal
48
Bab 48: Niat Bertemu
49
Bab 49: Dijebak
50
Bab 50: Karena Keadaan
51
Bab 51: Menuju Hidup Baru
52
Bab 52: Menunggu Luka yang Sembuh
53
Bab 53: Kedatangan Dua Sahabat
54
Bab 54: Direktur Utama
55
Bab 55: Tak akan Ku Biarkan Pergi
56
Bab 56: Memanfaatkan Nathan
57
Bab 57: Kamu adalah Penyesalan
58
Bab 58: Tak Akan Menyerah
59
Bab 59: Mendapatkan Cinta Kembali
60
Bab 60: Kita Selingkuh Lagi
61
Bab 61: Hutang Budi
62
Bab 62: Takdir yang Selanjutnya
63
Bab 63: Seperti Keluarga
64
Bab 64: Mata-mata
65
Bab 65: Tidak Tahan
66
Bab 66: Perasaan Tak Salah
67
Bab 67: Balas Budi
68
Bab 68: Pengorbanan Vino
69
Bab 69: Sampai Akhir Hayat
70
Bab 70: Kedatangan Gavin
71
Bab 71: Mata yang Terbuka
72
Bab 72: Melamar Nathan(end)
73
Ekstra 1: The Bad Boy and His Nanny
74
Ekstra 2: Marry Me, Dev
75
Ekstra 3: Mengerjar Cinta Nabila
76
Ekstra 4: Wanita Rahasia Daddy Zach
77
Ekstra 5: Jodohkah Kita?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!