Chapter 18

Ku rebahkan diri di atas ranjang. Bayangan Loly seketika berkelebat di otak ku. Aku menyukai semua yang ada dalam diri gadis yang dua puluh tujuh tahun lebih tua dari ku. Senyumnya, marahnya, dan ketawanya. Aku tidak perduli dia berasal dari mana. Yang ku tau dia anak yang baik, bahkan Bunda sudah menganggap Loly layaknya anak kandungnya sendiri.

Sudah pukul tiga dini hari mata ku tidak juga terpejam. Sedari tadi yang aku lakukan hanya main game, mengecek laporan perusahaan, corat-coret dan memandangi foto Loly yang terselip dalam dompet ku.

"Gak beres nih! Aku harus menghindar dari Loly. Dari pada serba salah di depan dia! Aaahhh.. sial banget sih!"

Ku raih handphone menghubungi Dion, asisten sekaligus sahabat ku sedari SMP.

[ Ganggu aja loe! ] Sahut Dion bersungut dari ujung telepon.

"Yaelah, gue tau loe belum tidur, Oon."

[ Yaa terus loe mau ngapain jam segini nelpon gue? ]

"Jemput gue sekarang! Cepetan!"

[ Buset, kira-kira dong loe! Loe itu ada mobil, ada motor, ngapain minta gue jemput? ] Dion mengelak. Alaah nih anak ribet banget sih.

"Yaa udah, gue ke apartemen loe sekarang."

[ Ehh, mau nga.. ]

Sambungan telepon aku matikan sepihak. Bisa panjang jika denger suara si Oon. Sekarang giliran memberi tahu Bunda via WhatsApp.

[ Bunda, Nathan berangkat keluar kota sekarang. Nitip Kak Loly yaa, Bund. Jangan biarin dia pergi atau ketemuan sama cowok lain. Nathan sayang Ayah Bunda.]

Segera ku matikan handphone. Keluar kamar mengendap-endap, takut kepergok Loly.

Untung saja, garasi jauh dari kamar Loly. Jadi Loly nggak mungkin dengar suara deru mesin mobil.

Setelah mengunci pintu gerbang, ku lajukan mobil ke apartemen Dion.

.

.

.

"Loe kenapa sih? Gue yakin nih pasti ada yang gak beres." Cecar Dion ketika aku masuk ke apartemen miliknya.

"Si Loly baca agenda harian gue." Sahut ku menghempaskan tubuh di atas sofa.

"Buku butut loe itu? Yang udah usang, jelek bin buluk itu?" Ku lempar bantal sofa ke arah Dion. Tidak terima buku kesayangan ku dihina sama si kutu kupret ini. Enak aja!

"Udah dibilang jangan hina buku kesayangan gue!" Aku bersungut, melotot ke arahnya. Nih anak suka banget hina-hina buku kesayangan ku.

"Yaelah, Nat.. hari gini masih aja punya buku harian. Melek wooyy! Udah gak jaman begitu-begituan. Sekarang orang-orang curhat di medsos." Ucap Dion duduk di sebelah ku.

"Itu orang-orang yang kayak loe. Gue mah kagak." Aku menutup mata dengan lengan kanan.

"Terus, kalo Kak Loly baca buku agenda loe, emang kenapa?" Pertanyaan yang sangat-sangat b*doh! Si Dion emang rada oon orangnya. Mohon di maklumi yaa teman-teman.

"Yaa dia jadi tau perasaan gue yang sebenarnya ke dia." Aku bangkit, duduk bersandar.

"Yaa bagus dong! Dia emang harus tau kalau loe punya perasaan khusus padanya. Bro, cepet sikat sebelum gue embat."

"Kampret loe! Awas aja loe macem-macem! Udah lah mending bantuin gue cari cara buat ngadepin si Loly." Ketus ku meminta saran Dion.

"Ehh, Nat, emang udah saatnya Kak Loly tau perasaan loe ke dia. Mau sampe kapan loe pendem sendirian kayak gini? Keburu diembat cowok lain. Apalagi Kak Loly cantik." Dion memantik rokok, menghisapnya.

"Yaa tapi ... kalo gini caranya, bikin gue bingung. Bingung ngadepin dia. Loe 'kan tau gimana sikap gue ke Loly." Teringat sikap ku yang kadang bikin Loly kesal. Aku sering menjahili Loly, rese' sama Loly. Tidak pernah aku tunjukin sikap yang lembut padanya. Karena itu semua ku lakukan agar Loly tidak curiga dengan perasaan ku padanya.

"Nah itu, loe harus rubah sikap." Aku menoleh, menatap serius ucapan sahabat ku ini. Kadang suka bener nih anak kalo omong. Tapi kadang-kadang yaa guys, kadang-kadang.

"Caranya?"

Dion menjentikkan abu rokok di atas asbak. Lalu duduk di samping kiri ku.

"Pertama, loe harus ungkapin secara langsung kalo loe emang beneran sayang sama dia, cinta sama dia. Lebih dari seorang Adek ke kakaknya. Kedua, loe rubah sikap jahil, rese' bin ngeselin loe ke dia. Nih yaa, Nat, cewek itu hatinya lebih sakit kalo di jahilin sama orang yang pernah bilang sayang ke dia, ketimbang sama cowok yang belum pernah bilang sayang."

Aku manggut-manggut, bener juga yang di katakan si Oon ini. Dion menghisap rokoknya.

"Okey, okey, gue paham. Ehh tapi, dia bakalan ngerasa aneh nantinya."

"Halaaah.. bukan dia yang ngerasa aneh, tapi loe sendiri. Gengsi terus yang loe gedein. Heran gue!"

"Apaan gengsi? Enggak! Asal ngejeplak aja loe."

Sok tau banget nih kutu kampret! Aku sih bukan gengsi tapi malu. Hiks.. nasib, nasib. Kalian tau nggak gimana cara ngilangin rasa gengsi? Kalo tau, kasih tau aku dong. Biar aku nggak gengsian orangnya.

Terpopuler

Comments

Winarti Winarti

Winarti Winarti

lanjut thor
semangat untuk up date nya
seru cerita nya

2024-12-01

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!