Chapter 07

"Ekheemm.. Loly sekarang masih kuliah apa kerja?" Tanya Reno lagi.

Loly hendak menjawab, dengan cepat aku menyela. "Kerja." Tangan ku bersedekap dada menatap Reno tak suka.

"Oohh..kerja! Kerja di mana?" Tanya Reno lembut. Cih, menjijikkan! Cara bicaranya sungguh membuat ku muak.

"Bos di cafe milik Bunda. Tau nggak kamu Bos?" Sahut ku dengan sewot. Ku lihat Loly seperti kesal dengan ku. Karena sedari tadi aku menyela pembicaraannya terus.

"Nathan, kamu bisa diem nggak! Orang yang di tanya tuh aku, bukan kamu.

Dari tadi ngejawab terus, ngejawab terus." Protes Loly kesal. Melihat tingkahnya yang seperti ini membuat ku suka.

"Yaa 'kan jawabannya bener. Kamu atau aku yang jawab dia, yaa sama aja." Tukas ku santai. Memang benar 'kan jawaban ku, tidak ada yang salah juga.

Ku lirik Reno sekilas, dia menatap ku dengan tatapan tak suka. Biarin aja! Bodo amat!

"Reno, kamu udah kerja belum?" Ehh, ehh. Kenapa Loly pake' tanya-tanya segala ke dia?

"Ehh, kamu ngapain tanya begituan sama dia?"

"Rese' banget sih kamu, Nat! Bisa diem nggak sih kamu? Orang yang tanya siapa, yang jawab siapa?" Ketus Loly.

"Nggak bisa!" Aku juga nggak boleh kalah dong.

"Astaghfirullah, Nathan! Udah ahh, sana gih jauh-jauh. Aku mau ngobrol dulu sama Reno."

Kurang asem! Aku malah di usir. Hmm.. baiklah. Kamu usir aku, dan aku nggak bakalan jauh-jauh dari kamu, Loly ku. Aku bakalan tetep di sini.

Ku condongkan wajah dekat pada telinga Loly. "Kamu harus inget, Loly. Dia pernah tinggal di luar negeri. Kalo kamu di apa-apain sama dia, gimana?" Bisik ku.

Loly melirik ke arah Reno. Mungkin dia berpikir kembali dengan apa yang aku katakan barusan. "Iyaa juga sih." Gumam Loly pelan. Tapi telinga ku masih dapat mendengarnya.

"Ehh, Loly, kamu tadi tanya apa? Aku kurang denger."

"Emm itu, kamu udah kerja apa belum?"

"Oohhh.. aku belum kerja. Lagian ngapain capek-capek kerja. Harta Papi aku 'kan udah banyak. Aku juga anak tunggal. Sudah pastilah harta warisan jatuh ke aku semua." Ucap Reno dengan bangga.

Aku tersenyum sinis. Nggak gentle banget jadi laki. Laki-laki apaan yang cuma mengandalkan kekayaan orang tua. Dasar laki-laki payah!

"Kamu payah banget sih jadi laki! Bukannya kerja cari uang, malah ngandelin kekayaan orang tua. Cih," ketus ku sinis. Reno berdiri menatap ku tak suka. Mungkin tidak suka dengan perkataan ku barusan.

"Apa kamu bilang? Kamu bilang aku payah?" Reno berdiri tegap menatap ku. Loly menarik kursi, ikutan berdiri.

"Iyaa, kamu emang payah! Dengerin omongan aku baik-baik! Laki-laki sejati itu, walaupun kekayaan, harta bokap nyokapnya banyak atau bahkan segunung. Pantang minta! Dia bakalan milih kerja dari hasil jerih keringatnya sendiri. Kamu tau nggak, laki-laki yang cuma bisanya ngandelin kekayaan bokap nyokap tanpa mau bekerja keras itu namanya apa?" Cerca ku dengan sesopan mungkin. Tetapi setiap kalimat yang ku katakan pasti menusuk jantungnya. Tepat mengenai sasaran.

Wajah Reno memerah, menahan amarah. Kedua tangannya mengepal erat. "A-apa na-namanya?" Suara Reno terdengar bergetar.

Loly memegangi dada ku. Hati ku langsung, cuuusss.. adem guys. Dengan lembut ku genggam tangannya erat. Aku maju selangkah menatap Reno dengan sengit.

"Laki-laki yang cuma bisanya ngandelin kekayaan bokap nyokap nya itu namanya.. BAN-CI!" Aku tersenyum sinis. Ku tekan kata *banci*

Loly menutup mulutnya. Mungkin Loly nggak percaya aku berani berkata seperti itu pada Reno. Mata Reno memerah, bibirnya bergetar hebat dan...

"Mamiii... Adeknya Loly jahaaatt!" Teriak Reno masuk ke rumah sembari menangis histeris.

Aku dan Loly saling pandang sesaat. Lalu kemudian kami tertawa. "Ly, dia beneran banci."

Loly mengangguk-angguk membenarkan ucapan ku. Tawa kami berhenti saat Bunda keluar. Bunda kelihatan gusar, berjalan cepat menghampiri kami.

"Nathan, kamu apain Reno? Kenapa dia sampai nangis histeris kayak gitu?" Sepertinya Bunda nggak enak hati sama Tante Nayla, Maminya Reno.

"Enggak aku apa-apain kok, Bund. Tuh, tanya aja Kak Loly."

"Loly," tatapan Bunda beralih ke Loly.

"Ceritanya di mobil aja, Bund. Mending sekarang kita pulang. Udah malem."

"Cakep tuh! Bener, Bund, yang di katakan Kak Loly. Mending sekarang kita pulang, Bund."

Bunda berjalan lebih dulu ke mobil sambil geleng-geleng kepala.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!