Malam itu, suasana terasa lebih tenang saat mereka berjalan menjauh dari rumah tua itu. Tak satu pun dari mereka yang menoleh lagi kebelakang, mungkin masih terbawa ketegangan dan kelelahan setelah pengalaman yang barusan mereka lewati.
Walaupun mereka merasa sedikit lega kerena sudah selamat. Tapi dalam hati mereka masih ada perasaan yang mengganjal. Seperti ada sesuatu yang mengawasi mereka.
Keesokan harinya. Mereka berkumpul dirumah Maxim. untuk memastikan apakah kedaan mereka semua nya baik baik saja. Tetapi mereka tetap saja merasakan gelisah seperti ada sesuatu yang aneh. Seperti ada yang mengikuti mereka.
“Apa kalian merasakan ada yang... aneh?” Alexa membuka suara perlahan, memecah kesunyian.
“Sejak kita keluar dari rumah itu, aku merasa ada yang mengikuti setiap langkahku,” ujarnya, suaranya bergetar tipis.
Maxim dan Leo bertukar pandang. Leo mengangguk pelan.
“Aku juga,” sahut Leo. “Setiap kali aku sendiri, rasanya ada sesuatu di belakangku. Tapi setiap kali aku menoleh... nggak ada apa-apa.” ucap nya.
Maxim mencoba menenangkan mereka, meski ia sendiri merasa tidak nyaman.
“Mungkin cuma perasaan kita saja yang terbawa kejadian kemarin malam,” katanya berusaha menenangkan.
Tapi, dalam hati, ia sendiri tak bisa mengabaikan perasaan asing yang terus menghantuinya sejak pulang dari rumah itu. Setiap sudut gelap terasa penuh bayangan.
Tiba-tiba, Alexa mengeluarkan secarik kertas usang dari sakunya secuil kertas yang dihiasi simbol yang sama seperti yang mereka lihat di lantai rumah tua.
“Aku menemukannya di kamarku pagi ini. Aku nggak tahu bagaimana bisa ada di sana. Tapi... mungkinkah ini tanda kalau roh itu masih mengawasi kita?” tanya Alexa, cemas.
Mereka bertiga menatap simbol itu dengan tatapan ketakutan. Leo menggigil kecil dan berbisik,
“Mungkin ini peringatan. Bisa jadi, roh itu masih terikat dengan kita. Mungkin... kita belum benar-benar terbebas dari roh jahat itu.
Maxim mencoba mengingat mantra pemurnian yang ia baca malam itu. Ada sesuatu yang terasa kurang, seolah-olah ada bagian ritual yang belum mereka selesaikan.
“Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang rumah itu dan ritual pemurniannya,” kata Maxim akhirnya. “Mungkin malam itu cuma awal dari semuanya.”
Alexa dan Leo mengangguk. Meski diliputi keraguan, mereka sepakat untuk kembali ke perpustakaan kota dan menggali lebih banyak informasi.
Di perpustakaan, mereka menemukan arsip lama yang mencatat kisah-kisah menyeramkan tentang rumah tua itu.
Tiba-tiba Maxim menemukan sesuatu dari buku yang dibacanya. Sesuatu petunjuk.
"Lihat.. aku menemukan sesuatu. " ucap Maxim.
Ia menemukan sebuah tulisan yang tertulis dibuku perpustakaan itu. Tentang asal muasal Rumah Tua Hiltja. Didalam buku itu tertulis.
Untuk memusnahkan roh Hiltja hanya dengan cara mencari ruang bawah tanah tempat dimana dia dulu selalu melakukan ritual. Diruang bawah tanah itu lah tempat persembunyian roh Hiltja.
"Ternyata kita harus mencari ruang bawah tanah! "ucap Maxim.
Leo menelan ludah. “Ruang bawah tanah? Kita bahkan nggak sempat menemukan pintu waktu itu.”ini lagi harus mencari ruang bawah tanah. ehhmmm... menghela nafas.
Alexa menatap kedua temannya. “Mungkin itu cara kita untuk mengakhiri bayangan roh Hiltja. Kita harus melakukannya.”kita harus musnahkan roh Hiltja. "ucap Alexa.
"Akan tetapi Lexa... apakah sudah yakin kita harus kesana lagi. Apakah ini tidak berbahaya buat kita. " tanya Leo.
"Kita tidak ada pilihan lain. Apakah kalian mau hidup kita terus-menerus harus di hantui bayang bayang roh Hiltja. Lama lama kita bisa jadi orang gila. Melihat sesuatu yang orang lain tidak nampak. "jawap Alexa dengan berani dan takut.
"Betul... Leo.. betul apa yang Lexa katakan. Kalau kita diam saja bisa bisa kita jadi orang gila karena bayang roh Hiltja terus mengawasi kita. " ucap Maxim memberi penjelasan.
"Baik lah kalau kalian berdua setuju. Aku pun akan setuju juga dengan rencana ini. "jawap Leo pulak.
Malam itu juga, mereka kembali ke rumah tua, membawa lilin, rempah-rempah, dan catatan ritual yang dituliskan dari buku perpustakaan itu. Saat memasuki rumah, hawa dingin sudah terasa aneh.
Dingin yang sangat dingin sekali membuat badan mereka menggigil. Padahal diluar sedang tidak hujan. Mereka pun melangkah satu demi satu dengan pelan pelan dan hati hati.
Mata mereka pun mulai merayap mencari letak ruang bawah tanah. Dalam rumah yang seluas dan sebesar itu sangat sulit menemukan dimana tuang bawah tanah itu terletak. Karena rumah itu betul-betul luas bak lapangan sepak bola kaki.
Dan seketika itu. Lexa berfikir biasanya kalau difilm horor pasti ruang bawah tanah letaknya di dapur atau didalam kamar. Dia pun memberi tahu teman teman nya.
"Apakah kita sebaiknya tidak kekamar tempat cermin yang kita temukan kemarin. Mungkin didalam kamar ada lubang menuju ruang buah tanah. "ucap nya dengan pasti.
"Aku setuju... pasti tidak akan jauh jauh juga tempat nya dari cermin pembuka dunia lain itu. Aku yakin pasti disitu juga. "jawap Maxim.
"Ok.. baiklah. Ayoo... tunggu apa lagi. "Jawap Leo menyahut pulak.
Mereka pun menuju kekamar tempat cermin itu terletak kemarin. Dengan membawa lilin dan senter yang mereka pegang itu.
Dan tiba sampai dikamar ternyata benar mereka menemukan ruang bawah tanah itu. Mereka pun membuka pintu itu perlahan-lahan dan mulai menerobos kebawah.
Tiba-tiba Lexa melihat sebuah lukisan besar terletak didinding. Lukisan seorang wanita berkerudung merah tapi wajah entah tidak terlihat jelas menghadap belakang. Dengan gaun yang semua serba merah dengan lekukan tubuh yang indah.
“Siapa wanita itu...??? tanya Alexa dengan menyentuh sedikit lukisan itu.
“Itu mungkin Hiltja,” Maxim menebak. “Dia pasti menaruh sihirnya di sini agar tetap hidup di balik bayangan.”
"Betul... lihat. Lukisan ini banyak dikelilingi simbol simbol kuno. Disini lah tempat yang dimaksud itu "jawap Lexa.
"Baik lah... Ayoo.. kita mulai. " ucap Leo pulak.
Alexa melirik teman-temannya, dan mereka bertiga berdiri dalam lingkaran, menyalakan lilin-lilin, lalu mulai melafalkan mantra pemurnian yang telah mereka hafal.
Mantra itu terasa mengalir berat. Tanah mulai bergetar, dan suara bisikan samar mulai terdengar, semakin keras seiring mereka melafalkan mantra.
Dan tiba-tiba bayangan merah itu muncul, berputar-putar di luar lingkaran, mencoba menerobos perlindungan mereka.
"Kalian sudah mengusik ku. "ucap suara misterius itu marah.
Maxim berteriak, “Jangan berhenti! Lanjutkan!”
Bayangan itu semakin ganas, jeritannya memenuhi ruangan. Tapi mereka bertahan, melafalkan mantra hingga kalimat terakhir.
Hingga tiba-tiba cahaya terang memancar dari lingkaran, menyilaukan seisi ruangan. Bayangan itu mengeluarkan jeritan terakhir yang menyakitkan, lalu lenyap bersama kilatan cahaya.
Aaarrkkk....
Aaarrkkk...
Aaarrkkk... (jeritan misterius)
Ruangan hening seketika, terasa damai untuk pertama kalinya.
“Apakah... kita berhasil?” tanya Alexa, masih gemetar.
Maxim mengangguk, meski tak sepenuhnya yakin. “Sepertinya... kita sudah mengakhiri kutukan itu.”
Namun tiba-tiba, Alexa mendengar bisikan samar di dalam ruangan. Suara lirih itu berbisik dengan nada penuh dendam, perlahan namun jelas.
“Balas dendam...”
Alexa terkejut dan mundur, wajahnya pucat. “Kalian dengar itu? Dia bilang ‘balas dendam.’”
Maxim menelan ludah, merasakan ketakutan yang makin mencekam.
“Kalau begitu... apa artinya ini belum benar-benar berakhir?” bisiknya.
Mereka bertiga terdiam, menyadari satu hal mengerikan rumah ini, roh ini, tidak akan pernah membiarkan mereka pergi begitu saja.
(Apakah yang akan terjadi dengan mereka???)
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Wida_Ast Jcy
Tinggal kan jejak kalian disini ya cinta cinta ku berupa coment. Biar semangat nulisnya
2024-12-13
0