Rasa kecewa seorang putri

"Aurora, kenapa bicara seperti itu! Duduklah dulu, tenangkan dirimu." Tegur Helen dan segera memegang bahu ponakannya. dia berniat akan membawa Aurora duduk. Namun, Aurora tampak enggan. Dia menyingkirkan tangan Helen dan menatap Ansel yang hanya menatapnya tanpa ekspresi.

"Masih ingat punya anak? Aku bahkan lupa memiliki seorang ayah! Seorang ayah yang enggan melihat putri semata wayangnya!" Seru Aurora, air mata luruh membasahi pipinya.

Ansel beranjak berdiri, ia menatap Aurora yang masih menatap tajam padanya. "Ayah pergi untuk bekerja, untuk masa depanmu. Hidup mu disini sangat baik, apa yang masih kamu tuntut?" Ujar Ansel.

Helen menjadi khawatir, begitu pun juga dengan Herman yang baru saja selesai mandi dan melihat perdebatan mereka. Keduanya saling tatap, tak berani untuk turut ikut campur antar perdebatan ayah dan anak itu.

"Kau pergi karena tidak menginginkanku! Karena apa? Karena aku penyebab kematian bunda kan? Kalau boleh memilih aku tidak mau di lahirkan! Aku tidak mau bunda meninggal karena melahirkanku!" Sentak Aurora.

"Aurora, jaga bicaramu. Tenanglah, jangan seperti ini." Tegur Helen, ia mengusap punggung Aurora berharap keponakannya itu sedikit tenang.

Ansel tak mengatakan apapun, ia hanya diam dan menerima kemarahan putrinya. Dulu, putri kecilnya itu selalu meneleponnya dan memintanya untuk pulang. Hanya saja, Ansel abai. Ia seolah tak ingin tahu apapun tentang putrinya. Biaya kehidupan Aurora, tetap Ansel berikan walaupun kasih sayang tak ia curahkan. Kini, ia hanya bisa menerima kemarahan putrinya. Karena dirinya juga sadar, apa yang ia perbuat pada putrinya adalah hal yang salah.

Aurora mengusap kasar wajahnya, ia menunjuk sang ayah dengan tatapan yang sangat kecewa. Bibirnya bergetar, d4d4nya terasa sangat sesak. Seolah, oksigen sulit ia dapat kan.

"Kau meninggalkanku, ketika aku sangat membutuhkanmu! Kau meninggalkanku di titik terendahku!" Ucap Aurora dengan penuh penekanan. Selepas itu, ia berlari pergi, meninggalkan ketiga orang yang masih terkejut atas perkataannya tadi.

Aurora berlari keluar rumah, d4d4nya terada sangat sesak. Air matanya luruh tanpa bisa ia cegah. Bahkan, ia melewati Mars yang sedang menghubungi seseorang. Melihat Aurora yang berlari pergi, Mars tentu bingung. Ia sampai tak menjawab seruan orang yang menghubunginya.

Berselang beberapa saat, Helen keluar mencari keberadaan Aurora. "AURORA!"

"Nanti saya hubungi lagi." Ucap Mars sebelum mematikan sambungan telepon nya.

"Ada apa ini? Tadi saya melihat Aurora pergi," ujar Mars di tengah kebingungannya. Dia tak sempat mencegah lantaran masih mencerna apa yang terjadi.

"Tolong, cari Aurora!" Seru Helen.

Mars bingung dan ikut khawatir, ia dan Helen sama-sama berlari keluar pagar untuk mencari keberadaan Aurora. Mars tak tahu apa yang terjadi, ia hanya melihat Aurora yang berlari kencang keluar rumah.

"Astaga, Auroraa. ... kamu kemana sih." Gumam Helen yang panik.

"Sudah ketemu?" Tanya Herman yang datang menghampiri, di susul oleh Ansel. Melihat keberadaan Ansel, Mars mengerutkan keningnya heran. Ia tak mengenali Ansel siapa, tapi memang wajahnya terbilang mirip dengan Herman.

"Aurora pasti masih di sekitar sini, kita cari dulu." Ucap Herman dan memutuskan untuk mengambil motornya.

"Saya juga akan ikut mencari," ujar Mars dan berniat masuk ke dalam mobilnya. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering. Ia melihat siapa yang tengah meneleponnya. Terlihat, nama sang mama yang ada di kontaknya.

"Mama." Gumam Mars, ia lalu menggeser tombol hijau di layar ponselnya dan mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.

"MARS! ARKAN KABUR DARI RUMAH!" Pekik Julia.

MArs membulatkan matanya, jantungnya langsung berdegup kencang. Sebenarnya apa yang terjadi hari ini? Kenapa kebetulan sekali istri dan putranya kabur. Jadi, dia harus mencari siapa dulu?

"Kenapa bisa kabur?! Dimana semua penjaga?!" Sentak Mars dengan wajah merah menahan amarah.

Mars mematikan sambungan telepon nya, ia berpikir sejenak untuk mengambil langkah apa yang akan dia ambil. Tatapannya beralih menatap Helen yang sedang menghubungi seseorang. Tak mungkin ia lepas tanggung jawab sebagai suami, tapi bagaimana dengan putranya?

"Lebih baik aku mencari Arkan dulu, Aurora masih bisa pulang sendiri. Tapi Arkan, anak itu tidak hafal jalan pulang." Gumam Mars.

Mars menghubungi seseorang, sebelum ia mendekat pada Helen. "Saya sudah meminta bantuan orang-orang saya untuk mencari keberadaan Aurora. Tapi saya juga harus pulang, karena putra saya juga sedang kabur." Ucap Mars dengan bahasa formalnya.

Helen terkejut, "Kabur juga? Kenapa bisa bertepatan sekali."

Mars mengangguk, "Saya pergi dulu." Pamit Mars, ia segera berbalik dan masuk ke dalam mobilnya. Setelah mobil Mars melaju pergi jauh, tak lama ada beberapa orang berpakaian hitam yang akan membantu mencari keberadaan Aurora.

.

.

.

Aurora turun dari angkot yang baru saja membawanya, ia tak kabur dengan berjalan kaki. Tapi juga menaiki angkot untuk sekedar berkeliling melupakan rasa sedihnya. Untungnya, ia masih menyimpan uang walau sedikit. Gadis itu memutuskan turun dari angkot dan berdiam diri sejenak di taman kota.

Cuaca yang sangat terik membuat orang-orang malas untuk keluar. Sehingga, di taman kota ini Aurora hanya seorang diri. Ia duduk di bangku taman sembari menatap lurus kedepan. Di pikiran dan hatinya penuh rasa kecewa.

Tak dia dapat kan peran seorang ayah dalam hidupnya, ia hanya tumbuh di bawah asuhan paman dan bibinya. Walau keduanya sudah memberikan kasih sayang pada Aurora, tetap saja berbeda.

Aurora menghela nafas pelan, ia menaikkan kedua kakinya dan menyembunyikan wajahnya di lututnya. Ia kembali menangis, tak peduli cahaya matahari sungguh terasa panas saat ini.

Tak lama, terlihat seorang bocah yang berjalan mendekatinya. Sejenak, bocah menggemaskan itu menatap sekitar. Ia mengusap kening dan lehernya yang berkeringat. Tenggorokannya terasa kering, karena sudah lama ia berjalan. Perutnya juga sudah mulai berbunyi pertanda ingin di isi.

"Nda bawa aeeel, nda bawa uaaaang, nda bawa kacuuul, telnyata kabul itu nda enaaaak hiks ... Alkan juga nda tahu jalan pulang hiks ... taunya lumah becaaal, tapi dicini lumahnya becal-becaaaal hiks ...."

"Hiks ... hiks ... uhuk! Hiks ...." Arkan menghentikan tangisnya, ia beralih menatap Aurora yang menangis sembari menyembunyikan wajahnya di lututnya. Tentu saja, Arkan bingung menatapnya.

Perlahan, Arkan melangkah mendekat. Ia melepaskan tasnya dan meletakkannya di sebelah Aurora. Sebelum akhirnya ia naik ke atas kursi taman itu dan duduk tepat di sebelah seorang perempuan yang sedang menangis itu.

Aurora tak menyadari kehadiran Arkan, ia sibuk menumpahkan tangisannya. Arkan pun menjadi bingung, ia melirik kesekitar taman yang masih sangat sepi. Hanya mereka berdua saja yang ke taman di siang hari terik seperti ini.

Perlahan, Arkan menoleh ke arah Aurora. Ia sedikit memiringkan wajahnya dan mendekatkannya. Berharap, ia bisa mengintip wajah Aurora yang sedang menangis.

"Lagi kabul juga yah?"

Aurora reflek menghentikan tangisnya, ia terdiam sejenak sembari berpikir keras. Perlahan, Aurora mengangkat wajahnya. Sontak, tatapan nya dengan Arkan bertemu. Sebab, bocah menggemaskan itu memasang wajah tepat di hadapannya.

"Kau!!" Aurora terkejut, ia hampir mau jatuh dari kursi karena melihat Arkan.

Arkan tersenyum lebar, "Cama, Alkan juga kabul! Kita cama-cama kabul yah,"

Aurora melongo tak percaya, ia beralih menatap tas Arkan. Bocah itu sepertinya lebih pintar darinya. Kabur membawa tas, sedangkan dirinya? Kabur tanpa membawa apapun.

"Kakak tantiknaaaa! Kenapa kabul? Punya ibu tili juga yah?"

"Ibu tiri?" Bingung Aurora.

Arkan mengangguk lucu, "Alkan kabul, nda mau punya ibu tili. Nanti ibu tili culuh Alkan belecin lumah, culuh Alkan tidul di kamal kocong, nda di kacih makan, di cikca. Ibu tili olang jahaaaat." Ucap Arkan, ia seolah yakin dengan perkataannya. Ekspresinya yang terlihat sangat meyakinkannya, mulutnya terbuka lebar saat mengucap kata jahat.

"Jahat yah?" Tanya Aurora dengan tatapan meringis.

"Mana aku jadi ibu tiri lagi, apa anak tiriku juga ngerasa gini yah." Batin Aurora.

"Iyaaaa, kayak nenek lampiiiil! Cuka malah malaaaah! Nanti kalau punya ibu tili ...,"

"ARKAN!"

Terpopuler

Comments

Alistalita

Alistalita

Kabur ketemu penculik❎
kabur ketemu ibu tiri✅

Nah siapa yang manggil, Daddy planet kah😂 Mr. planet niatnya nyari Arkan malah istrinya ikut ketemu baguslah gak perlu cape2 nyari.. Wkwkwk

Arkan kaburr gak mau punya Ibu Tiri, Nyesel loh kan dah panggil ibu tilimu seperti nenek lampill, pertemuan yang mengharukan antara anak angkat dan ibu tili sama2 sedang kabur..Wkwkwk

2024-11-09

57

Syifa Azahrasiyah

Syifa Azahrasiyah

nah kan sekali dayung 2 pulau terlampaui,niat cari anak eh sekalian ketemu istri yang lagi kabur juga/Joyful/
rejeki Daddy planet nikah lagi bukanya dapat istri malah berasa punya anak 2,yang punya hobby sama tukang kabur/Joyful//Joyful/

2024-11-09

6

Nurlaela

Nurlaela

ibu tili VS anak tili ujung-ujungnya nanti suami atau Daddy nya yang pusingggggg hadapin kedua tingkah ...oh ibu tili hanya cinta, ehhhh ibu tili tantiiiiik ini mah cucok deh Aurora sama Arkan, mas planet siap puyeng tujuh keliling nanti😂🥳💃💃💃💃💃lanjuuuuut🥰🥰🥰🥰🥰

2024-11-09

5

lihat semua
Episodes
1 Situasi yang berbeda
2 Tak ada pilihan
3 Hati yang terikat
4 Dia sudah menjadi istri saya!
5 Si gadis pecicilan
6 Alkan nda mau punya ibu tiliii!
7 Rasa kecewa seorang putri
8 Kakak tantik, ibu tili Alkan?!
9 Panggil Mars! Jangan Planet!
10 Kehebohan di dapur
11 Jangan memasak, jika kamu akan terluka
12 Aku tidak suka!
13 Kucing nakal!
14 Tidak mau di jandakan
15 Drama Arkan di pagi hari
16 Mulai posesif
17 Aku akan menjaganya
18 Dunia saya yang baru adalah kamu ~Mars
19 Cerita Arkan
20 Kedatangan adik ipar
21 Minta ponakan baru~
22 Perasaan yang mulai tumbuh
23 Tingkah Aurora
24 Ujian menantu
25 Demam dadakan
26 Ego seorang ayah
27 Perhatian yang di impikan
28 Gara-gara martabak
29 Diam nya Mars
30 Bahagiakan dia!
31 Saran adik ipar
32 Terjebak rencana sendiri
33 Jual aja, Mommy!
34 Kepedulian seorang anak
35 Bubuuul
36 Sulit menebak
37 Manjanya Aurora
38 Langkah yang Mars ambil
39 Ada yang harus kamu tahu~
40 Tak ingin kehilangan lagi
41 Kejailan Arkan
42 Jailnya Aurora
43 Nda enak pelacaan Alkan ini
44 Hadiah dari suami
45 Salah sangka
46 Memberikan hakmu
47 Tanda cinta
48 Tamu bulanan
49 Manjanya seorang putri
50 Kehebohan Arkan
51 Menciptakan momen berdua
52 Tingkah istri kecil Tuan Mars
53 Isi Paket Aurora
54 Kebahagiaan sederhana Arkan
55 Cemburunya Mars
56 Adek balu nya kapan?
57 Bulan madu 1
58 Bulan madu 2
59 Bulan Madu 3
60 Orang yang sama?
61 Terlupakan
62 Nda enaaaak!
63 Selesainya masa kebebasan Arkan
64 Kebahagiaan manis keluarga kecil
65 Berpisah sementara
66 Tak sengaja
67 Bangganya Mars
68 Perhatiannya mama mertua
69 Kedatangan yang tak di harapkan
70 Sikap tegas Aurora
71 Kehebohan Zeeya
72 Pembelaan mertua
73 Kamu tidak tahu seberapa bar-bar nya aku!
74 Acara Tuan Mark
75 Kata cinta yang sangat berarti
76 Mual~
77 Aku mengenalnya!
78 Rahasia besar yang di sembunyikan
79 Tak mudah percaya
80 Rekaman kenangan
81 Arkan, si bocah hobi jajan
82 Cinta bertepuk sebelah tangan
83 Tertangkap juga
84 Cucu kesayangan kakek Ansel
85 Lari pagi
86 Hasil yang tak sesuai harapan
87 Keterkejutan Evano & Julia
88 Alkan lapal
89 Hamil?
90 Kehamilan Aurora
91 Drama ngidamnya Mars
92 Perhatian mertua
93 Kekasih Denzel?
94 Membujuk istri
95 Alkan mau potong lambut!
96 Pintar VS cerdik
97 Ledekan Jimmy
98 Sidang penetapan hukuman
99 Dia sangat meratukanku
100 Jemput Arkan
101 Bukan suami yang sempurna
102 Nda boleh lebut mommy tili olang!
103 Kedatangan Denzel
104 Di labraak
105 Ke lumah kakeeeek!
106 Berharap tak pernah tahu
107 Salah lagi
108 Titipan yang salah
109 Tragedi
110 Putraku atau putramu?
111 Terbongkar!
112 Si belok!
113 Kebijakan Aurora
114 Kembar
115 Susu hamil
116 Mood ibu hamil
117 Ngidamnya bumil
118 Kesepakatan
119 Teloooong!
120 Duda baru
121 Harus menerima
122 Pasrahnya Mars menghadapi mood bumil
123 Pinjam Mommy
124 Mendadak Operasi
125 Lahirnya si kembar
126 Bayi kembar yang di nanti
127 Pulang
128 Ci kembal
129 Begadang
130 Tingkah Arkan
131 Sama-sama jaaiil
132 Tuan Mark
133 Kesenangan Arkan
134 Mommy nya gak rindu?
135 Kejailan Aurora
136 Ada apa?
137 Perasaan Zeeya
138 Terlambat
139 Tingkah memggemaskan si kembar
140 Menerima
141 Si kembar yang menggemaskan
142 Adek lagi?
143 Lamaran Zeeya
144 Happy End
145 Bonus Chapter
146 Bonus Chapter
147 UNDANGAN!
148 Bonus Chapter
149 Bonus Chapter
150 Bonus Chapter
151 Bonus Chapter
152 Bonus chapter
153 Bonus Chapter
154 Bonus Chapter
155 Bonus Chapter
156 Bonus Chapter
157 Bonus Chapter
158 Bonus Chapterr
159 Bonus Chapter
160 Bonus Chapter
161 Bonus Chapter
162 Bonus Chapter
163 Bonus Chapter
164 Bonus Chapter
165 Bonus Chapter
166 Bonus Chapter
167 Bonus Chapter
168 BONCHAP HABIS
169 Cinta yang kamu pilih~
Episodes

Updated 169 Episodes

1
Situasi yang berbeda
2
Tak ada pilihan
3
Hati yang terikat
4
Dia sudah menjadi istri saya!
5
Si gadis pecicilan
6
Alkan nda mau punya ibu tiliii!
7
Rasa kecewa seorang putri
8
Kakak tantik, ibu tili Alkan?!
9
Panggil Mars! Jangan Planet!
10
Kehebohan di dapur
11
Jangan memasak, jika kamu akan terluka
12
Aku tidak suka!
13
Kucing nakal!
14
Tidak mau di jandakan
15
Drama Arkan di pagi hari
16
Mulai posesif
17
Aku akan menjaganya
18
Dunia saya yang baru adalah kamu ~Mars
19
Cerita Arkan
20
Kedatangan adik ipar
21
Minta ponakan baru~
22
Perasaan yang mulai tumbuh
23
Tingkah Aurora
24
Ujian menantu
25
Demam dadakan
26
Ego seorang ayah
27
Perhatian yang di impikan
28
Gara-gara martabak
29
Diam nya Mars
30
Bahagiakan dia!
31
Saran adik ipar
32
Terjebak rencana sendiri
33
Jual aja, Mommy!
34
Kepedulian seorang anak
35
Bubuuul
36
Sulit menebak
37
Manjanya Aurora
38
Langkah yang Mars ambil
39
Ada yang harus kamu tahu~
40
Tak ingin kehilangan lagi
41
Kejailan Arkan
42
Jailnya Aurora
43
Nda enak pelacaan Alkan ini
44
Hadiah dari suami
45
Salah sangka
46
Memberikan hakmu
47
Tanda cinta
48
Tamu bulanan
49
Manjanya seorang putri
50
Kehebohan Arkan
51
Menciptakan momen berdua
52
Tingkah istri kecil Tuan Mars
53
Isi Paket Aurora
54
Kebahagiaan sederhana Arkan
55
Cemburunya Mars
56
Adek balu nya kapan?
57
Bulan madu 1
58
Bulan madu 2
59
Bulan Madu 3
60
Orang yang sama?
61
Terlupakan
62
Nda enaaaak!
63
Selesainya masa kebebasan Arkan
64
Kebahagiaan manis keluarga kecil
65
Berpisah sementara
66
Tak sengaja
67
Bangganya Mars
68
Perhatiannya mama mertua
69
Kedatangan yang tak di harapkan
70
Sikap tegas Aurora
71
Kehebohan Zeeya
72
Pembelaan mertua
73
Kamu tidak tahu seberapa bar-bar nya aku!
74
Acara Tuan Mark
75
Kata cinta yang sangat berarti
76
Mual~
77
Aku mengenalnya!
78
Rahasia besar yang di sembunyikan
79
Tak mudah percaya
80
Rekaman kenangan
81
Arkan, si bocah hobi jajan
82
Cinta bertepuk sebelah tangan
83
Tertangkap juga
84
Cucu kesayangan kakek Ansel
85
Lari pagi
86
Hasil yang tak sesuai harapan
87
Keterkejutan Evano & Julia
88
Alkan lapal
89
Hamil?
90
Kehamilan Aurora
91
Drama ngidamnya Mars
92
Perhatian mertua
93
Kekasih Denzel?
94
Membujuk istri
95
Alkan mau potong lambut!
96
Pintar VS cerdik
97
Ledekan Jimmy
98
Sidang penetapan hukuman
99
Dia sangat meratukanku
100
Jemput Arkan
101
Bukan suami yang sempurna
102
Nda boleh lebut mommy tili olang!
103
Kedatangan Denzel
104
Di labraak
105
Ke lumah kakeeeek!
106
Berharap tak pernah tahu
107
Salah lagi
108
Titipan yang salah
109
Tragedi
110
Putraku atau putramu?
111
Terbongkar!
112
Si belok!
113
Kebijakan Aurora
114
Kembar
115
Susu hamil
116
Mood ibu hamil
117
Ngidamnya bumil
118
Kesepakatan
119
Teloooong!
120
Duda baru
121
Harus menerima
122
Pasrahnya Mars menghadapi mood bumil
123
Pinjam Mommy
124
Mendadak Operasi
125
Lahirnya si kembar
126
Bayi kembar yang di nanti
127
Pulang
128
Ci kembal
129
Begadang
130
Tingkah Arkan
131
Sama-sama jaaiil
132
Tuan Mark
133
Kesenangan Arkan
134
Mommy nya gak rindu?
135
Kejailan Aurora
136
Ada apa?
137
Perasaan Zeeya
138
Terlambat
139
Tingkah memggemaskan si kembar
140
Menerima
141
Si kembar yang menggemaskan
142
Adek lagi?
143
Lamaran Zeeya
144
Happy End
145
Bonus Chapter
146
Bonus Chapter
147
UNDANGAN!
148
Bonus Chapter
149
Bonus Chapter
150
Bonus Chapter
151
Bonus Chapter
152
Bonus chapter
153
Bonus Chapter
154
Bonus Chapter
155
Bonus Chapter
156
Bonus Chapter
157
Bonus Chapter
158
Bonus Chapterr
159
Bonus Chapter
160
Bonus Chapter
161
Bonus Chapter
162
Bonus Chapter
163
Bonus Chapter
164
Bonus Chapter
165
Bonus Chapter
166
Bonus Chapter
167
Bonus Chapter
168
BONCHAP HABIS
169
Cinta yang kamu pilih~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!