Pecundang

"Tu_Tuan," sapa Rio pelan dan segera bangkit dari tidur, namun tangannya masih di tahan oleh Putri yang ketakutan.

Ini adalah kali pertama Daru muncul di dalam kamar mereka, jadi Putri yang merasa aman di dalam sana mulai agak takut. Apalagi Ia juga tahu jika Ibunya, Luna, baru saja mendapatkan hukuman dari Daru sehingga mereka tidak bisa bertemu selama dua hari.

Daru melihat Ibu anak-anak itu sudah tertidur pulas. Daru mendekat lalu duduk di bibir ranjang membuat Putri semakin takut. Daru merasa takjub pada bocah kecil Rio. Walau ketakutan terlihat jelas di matanya, namun sikap nya pada Putri seakan membentengi gadis kecil itu dari Daru yang seperti seorang pemangsa di mata mereka.

"Apa kalian takut?" tanya Daru pada kedua anak itu. Mata runcing pria itu bisa membuat siapa saja yang melihatnya merasa ketakutan, apalagi Rio dan Putri yang hanyalah anak kecil.

Putri tidak berbicara, tetapi Rio mencoba keberaniannya melihat lekat wajah Daru.

"Aku tidak takut. Tuan akan berhadapan dengan ku jika menyakiti Ibu lagi."

Gigi rapi Daru langsung terbit ke permukaan, padahal dia melihat dengan jelas jika bocah di depan nya ini sedang ketakutan, tetapi tetap berani berkata demikian.

Daru takjub dengan keberanian Rio, Ia mulai tertarik pada bocah kecil itu. Pria dewasa dengan tiga Istri itu mengelus pelan kepala Rio dan merasakan getaran pada tubuh anak tersebut.

"Bagus, anak laki-laki harus seperti mu, tidak boleh takut dan harus melindungi perempuan."

Mendengar nada pujian itu, Daru melihat raut bangga pada wajah Rio. Nampaknya anak itu sungguh mulai mengerti derajatnya sebagai laki-laki walau umur nya baru sepuluh tahun.

"Jika begitu Tuan sendiri adalah seorang pecundang," ujar Rio dan Daru yang mendengarnya mengepalkan tangannya menahan amarah, karena anak sekecil Rio berani mengatai dirinya yang di takuti banyak orang dengan sebutan pecundang.

Putri semakin ketakutan melihat wajah Daru, begitu juga dengan Rio yang kembali tegang namun tetap mempertahankan keberaniannya.

"Dari mana kau melihat ku sebagai seorang pecundang?" tanya Daru menekan kata-katanya karena menahan amarah. Ia ingin tahu apa jawaban Rio akan perkataan nya tadi.

"I_ibu, Ibuku seorang pe_perempuan. Tuan tidak memperlakukan Ibu dengan baik," jawab Rio terbata. Ketegangan anak itu segera menghilang saat melihat wajah datar dan amarah di wajah Daru mereda setelah Ia berkata seperti itu.

"Itu karena Ibu mu membuat ku marah. Sebagai seorang suami aku harus menghukumnya," kata Daru.

Ia tidak menyalakan Rio saat anak itu menyebut dirinya pecundang. Karena anak-anak itu pemikiran nya pasti tidak sama seperti orang dewasa.

"Tapi Ayahku tidak pernah kasar pada Ibu. Kenapa setelah Tuan menjadi suami nya Ibuku sering menangis!"

Bocah kecil Rio meluapkan amarahnya sampai tidak sadar berbicara dengan keras dan membuat Luna terbangun.

"Nak, kamu kenapa?" tanya Luna belum menyadari keberadaan Daru karena hanya mendengar suara Rio.

"Anak mu mengatai ku seorang pecundang," kata Daru dan Luna segera menoleh ke asal suara tersebut.

"Tuan!" Kaget Luna segera memperbaiki posisi duduk nya.

"Rio, apa yang kamu katakan pada Tuan Daru, Nak?" tanya Luna pada anaknya.

Rio hanya diam dan menunduk, tidak berani menjawab pertanyaan Luna.

"Rio, Ibu tanya sekali lagi. Apa itu benar?" tanya Luna bernada marah pada anak sulungnya tersebut.

"Ibu, jangan marahi kak Rio," kata Putri sambil melirik takut-takut pada Daru yang juga menatap dirinya. Tapi Luna tidak peduli dengan pembelaan Putri pada Rio.

"Jawab Ibu, Rio!" tegas Luna.

"Iya Bu," jawab Rio mengaku.

Luna takut dan segera meminta maaf pada Daru.

"Tuan, tolong maafkan Rio. Rio masih kecil, jangan menyalakannya. Kalau ingin menghukum biar saya saja yang menanggungnya."

Daru tertawa lucu melihat Ibu dan anak itu yang saling melindungi, namun tawanya tersebut tidak terlihat lucu di mata Luna dan anak-anak.

"Ikut denganku."

Melihat reaksi mereka, Daru segera menarik Luna yang kesusahan menuruni ranjang karena ada anak-anak serta Bayu yang masih pulas dengan tidur nyenyak nya.

"Ibu."

Rio dan Putri bersamaan menahan tangan Luna yang satunya. Kedua anak itu sepertinya takut Ibu mereka kenapa-napa jika pergi di bawa oleh Daru. Mereka takut tidak bisa melihat Luna seperti terakhir kali.

"Tidak apa-apa. Kalian tidurlah. Ibu akan baik-baik saja."

Luna melepaskan tangan nya yang di tahan oleh anak-anak, lalu dengan berat hati mengikuti langkah Daru yang berjalan cepat.

Seperti sebelumnya, Daru membawa wanita itu masuk dalam kamarnya Luna lalu menutup pintu tersebut.

Luna berangsur mundur saat Daru malah berjalan maju mendekatinya setelah sebelumnya melepaskan tangannya.

"Tu_Tuan. Apa yang mau anda lakukan?" tanya Luna terlihat gugup bersama langkah nya yang terus mundur dan kini telah mentok dengan ranjang.

"Ah!"

Hampir saja wanita itu jatuh ke belakang saat lututnya tertekuk setelah menyentuh bibir ranjang, untung saja Daru menarik tangan nya sehingga tubuh Luna bisa tertahan.

"Bukankah tadi kamu mengatakan ingin menanggung kesalahan anak mu Rio. Kenapa sekarang seperti ketakutan?" tanya Daru nampak menikmati wajah cemas dan khawatir Luna. Entah apa yang wanita itu takutkan. Padahal Daru belum mengatakan apa-apa.

"Benar, tapi tolong Tuan menjauh sedikit dari saya," kata Luna karena saat ini mereka sangat dekat.

"Memang nya kenapa? Kau sudah Sah menjadi Istriku. Tidak akan ada yang marah."

Nampaknya Daru sengaja menekan ketakutan Luna, apalagi pria itu semakin menunduk dan memojokkan Luna yang hampir berbaring di atas ranjang.

"Tapi kita bukan menikah karena saling memiliki perasaan. Saya masih mencintai suamiku yang telah meninggal dan tidak bisa menggantikannya dengan siapapun," ujar Luna sambil membuang muka karena tidak berani menatap wajah Daru yang menurut nya semakin terlihat menyeramkan jika jarak mereka seperti sekarang ini.

Daru terdiam sejenak, inilah yang dia inginkan. Membahas Hendra tanpa di sengaja dengan Luna.

"Bagaimana terakhir kali kau bertemu dengan Hendra?" tanya Daru serius.

"Maksud anda apa, Tuan?"

Luna tidak mengerti dengan apa yang Daru bicarakan.

"Ceritakan bagaimana pertemuan terakhir kalian. Anggaplah ini sebagai tanggungan mu untuk kesalahan Rio," kata Daru mulai duduk dan tidak memojokkan Luna lagi.

Wanita itu dengan cepat ikut duduk dengan baik dan sepertinya mulai mengingat seperti apa terakhir kali ia berbicara dengan Hendra suaminya.

"Tidak ada apa-apa. Terakhir kali kami hanya sarapan bersama dengan anak-anak," kata Luna sambil mengingat.

"Tidak, bukan itu. Adakah yang menurut mu terdapat kata-kata ganjal atau mungkin ambigu dari Hendra padamu."

Mendengar itu Luna seketika membulatkan matanya seperti mengingat sesuatu.

"Maksud anda seperti _"

Episodes
1 Mendapatkan Hukuman
2 Ganti Rugi
3 Bak Neraka
4 Obat Untuk Putri
5 Kecurigaan
6 Drama
7 Hilang
8 Pergi
9 Operasi
10 Di Hukum
11 Di Obati
12 jika tidak dengan dirimu
13 Jasad Hendra Hilang
14 Pecundang
15 Flashdisk Berwarna Putih
16 Rahasia
17 Album
18 Sebuah Fakta
19 Tabrak
20 Katakan atau Cerai
21 Tangkap Wanita Ini
22 Kepulangan Damar
23 Rio Hilang
24 Kau Harus Bertanggung Jawab!
25 Umpan
26 Tidak Ada Pilihan Lain
27 Ayah
28 Bukan Ayahku
29 Memprovokasi
30 Badan Tanpa Nyawa
31 Hak
32 Pria Misterius
33 Meminta Mati
34 Lumpuh
35 Sedang Apa Kalian?
36 Jangan Menyebut Orang Itu
37 Mati Semua
38 Dari Mana Kamu Tahu
39 Mencuri
40 Kedua Dada
41 Kenapa?
42 Mengonsumsi Racun
43 Racun
44 Mayatnya Sudah Hilang
45 Roy
46 Gagal
47 Stroke
48 Wanita Itu Berbohong!
49 Cemas
50 Tidak Mau Masuk Penjara
51 Maaf
52 Seekor Ular Mematikan
53 Mama dan Daddy
54 Mulai Menjalankan Aksi
55 Rahasia?
56 Besuk
57 Memanggil Desi
58 Kunci Cadangan
59 Akhirnya
60 Tidak Percaya
61 Penasaran
62 Sangat Penasaran
63 Belanja
64 Obat Bius
65 Isi Flashdisk
66 Mengaku
67 Cepat Berikan Flashdisk Itu
68 Saya Akan Bicara
69 Pecundang
70 Kosong
71 Cerai
72 Daru Kecil
73 Kau Pikir Bisa Menipuku
74 Kayla
75 Hidup Dengan Tenang
76 Dia Adalah Nyawa Anda
77 Kamu Adalah Orangnya
78 Istri Orang
79 Aku Adalah Suaminya
80 Ayo Kita Kembali Menikah
81 Kembali Menikah
82 Mengantar Kue
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Mendapatkan Hukuman
2
Ganti Rugi
3
Bak Neraka
4
Obat Untuk Putri
5
Kecurigaan
6
Drama
7
Hilang
8
Pergi
9
Operasi
10
Di Hukum
11
Di Obati
12
jika tidak dengan dirimu
13
Jasad Hendra Hilang
14
Pecundang
15
Flashdisk Berwarna Putih
16
Rahasia
17
Album
18
Sebuah Fakta
19
Tabrak
20
Katakan atau Cerai
21
Tangkap Wanita Ini
22
Kepulangan Damar
23
Rio Hilang
24
Kau Harus Bertanggung Jawab!
25
Umpan
26
Tidak Ada Pilihan Lain
27
Ayah
28
Bukan Ayahku
29
Memprovokasi
30
Badan Tanpa Nyawa
31
Hak
32
Pria Misterius
33
Meminta Mati
34
Lumpuh
35
Sedang Apa Kalian?
36
Jangan Menyebut Orang Itu
37
Mati Semua
38
Dari Mana Kamu Tahu
39
Mencuri
40
Kedua Dada
41
Kenapa?
42
Mengonsumsi Racun
43
Racun
44
Mayatnya Sudah Hilang
45
Roy
46
Gagal
47
Stroke
48
Wanita Itu Berbohong!
49
Cemas
50
Tidak Mau Masuk Penjara
51
Maaf
52
Seekor Ular Mematikan
53
Mama dan Daddy
54
Mulai Menjalankan Aksi
55
Rahasia?
56
Besuk
57
Memanggil Desi
58
Kunci Cadangan
59
Akhirnya
60
Tidak Percaya
61
Penasaran
62
Sangat Penasaran
63
Belanja
64
Obat Bius
65
Isi Flashdisk
66
Mengaku
67
Cepat Berikan Flashdisk Itu
68
Saya Akan Bicara
69
Pecundang
70
Kosong
71
Cerai
72
Daru Kecil
73
Kau Pikir Bisa Menipuku
74
Kayla
75
Hidup Dengan Tenang
76
Dia Adalah Nyawa Anda
77
Kamu Adalah Orangnya
78
Istri Orang
79
Aku Adalah Suaminya
80
Ayo Kita Kembali Menikah
81
Kembali Menikah
82
Mengantar Kue

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!