Drama

Pagi hari bersinar terang, hari ini Luna akan mengantar anaknya ke sekolah. Dengan berat hati Luna tidak bisa menyekolahkan Putri karena rupanya anak itu tidak bisa mengikuti pembelajaran, begitu juga dengan para guru yang takut terjadi apa-apa pada Putri saat berada di lingkungan sekolah.

Bayu dan Putri hanya bisa menemani Luna sampai di luar rumah, anak gadis itu juga tidak bisa terlalu lama berada di bawah sinar matahari yang pagi ini begitu terik.

"Sayang, kamu dan adik baik-baik di rumah ya dan jangan kemana-mana. Ibu tidak lama, cuma mau mengantar Kak Rio," kata Luna dan kedua anak kecil itu mengangguk serta dengan takzim mencium punggung tangan Luna juga Rio selaku Kakak mereka.

"Kevin tidak mau sekolah...!"

Ibu dan anak-anaknya itu melihat ke asal suara.

Terlihat Kevin yang nampak juga akan pergi ke sekolah, anak itu juga di gendong oleh supir yang mengantar nya pergi.

"Sayang, kalau kamu mau di sayang sama Papa..., Kevin harus sekolah."

Marni terdengar menasehati anaknya, namun sang anak nampaknya masih tetap cemberut.

"Tidak mau, Kevin tidak mau sekolah!" rengek Kevin masih tetap meronta ingin di turunkan dari gendongan pak Supir.

"Kalau tidak mau sekolah, berarti mau jadi anak bodoh," tutur Rio.

Luna kaget dan langsung mendekap mulut Rio yang sepertinya masih ingin kembali berbicara.

Marni yang juga mendengar ucapan itu langsung menoleh pada asal suara. Tanduknya seperti keluar karena perkataan Rio tersebut.

"Rio, apa yang kamu katakan barusan? Hah!"

Marni langsung mendekati Rio dengan wajah merah dan amarah. Berani sekali anak ingusan ini mengatai Kevin anak bodoh.

"Tidak Mbak, Rio tidak mengatakan apa-apa," jawab Luna agar Marni tidak marah pada Rio.

"Oooh, jadi kamu mau bilang kalau aku ini tuli. Begitu maksud mu, Luna?"

"Marni, ada apa?"

Ani juga datang saat mendengar suara ribut-ribut.

"Ini, Mah. Rio anak penghianat ini mengatai Kevin bodoh," jelas Marni pada Ibu nya itu.

"Tidak, Mbak. Maksud Rio tadi bukan seperti itu," potong Luna cepat.

Ia khawatir Rio kembali mendapat hukuman karena hal ini. Padahal niat Rio baik ingin mengingatkan saja, tapi malah di anggap buruk oleh Marni.

"Mbak, anak-anak sudah hampir telat ke sekolah. Jika kita masih di sini mereka bisa terlambat," lanjut Luna berharap Marni tidak memperpanjang masalah ini.

"Heh. Memang nya apa peduliku? Malah bagus kalau anak itu terlambat. Mah, pergi antar Kevin di sekolah," kata Marni yang sepertinya tidak mau berdamai dengan baik-baik. Ani juga segera pergi masuk menyusul Kevin ke dalam Mobil dan menemani anak itu ke sekolah.

"Ayo sayang, sebaiknya kita juga ke sekolah."

Luna segera membawa Rio agar segera pergi dari sana. Bisa terlambat kalau mereka masih meladeni Marni.

Apalagi mereka juga harus jalan kaki, berbeda dengan Kevin yang pergi ke sekolah sambil menaiki mobil mewah.

Sedangkan Rio, sudah syukur di izinkan untuk bersekolah walau di sekolah murah sekalipun. Rio juga tidak mempermasalahkan itu selama dia bisa sekolah dan belajar.

"Mau kemana kalian," tahan Marni pada Ibu dan anak itu.

Terlihat Marni melepaskan sendal mahalnya sendiri, wanita itu membawa alas kaki tersebut ke depan nya lalu meludah di sana dan membuangnya tepat di depan Luna dan Rio.

"Bersihkan sendal ku dulu sebelum kalian pergi. Kalau tidak, jangan harap Rio bisa pergi ke sekolah hari ini," ancam Marni bersama senyum mengejek dan penuh kemenangan.

Dengan cepat Luna segera mengambil benda itu dan ingin melap nya dengan baju sendiri.

"Tunggu, jangan di lap. Tapi jilat sampai bersih," cegah Marni membuat Luna terdiam seketika. Ia merasa bajunya di tarik dan ternyata Rio lah yang menariknya. Luna beralih melihat sang anak.

"Bu, Rio tidak usah ke sekolah hari ini," ujar anak itu dengan pelan. Nampaknya dia tidak rela jika sang Ibu harus melakukan hal menjijikkan itu.

Ingin rasanya Rio mengambil sendal jelek itu dan melemparkan benda tersebut ke pemiliknya. Tetapi dia tidak mau mereka semakin mendapat masalah jika menuruti ke inginan batin nya itu.

"Tidak sayang, Rio harus belajar setiap hari," kata Luna sambil tersenyum.

Dengan ragu-ragu Luna kembali melihat sendal Marni yang kini Ia pegang, rasanya dia tidak sanggup jika harus melakukan apa yang Marni katakan. Tapi demi Rio pergi ke sekolah dan mendapatkan ilmu untuk masa depannya, Luna harus melakukan ini.

"Cepat Luna! Apa yang kamu tunggu. Cepat jilat!" bentak Marni dan juga menatap Luna dengan wajah jijik serta ingin muntah. Namun Marni sangat suka menyiksa orang-orang itu dan juga sebagai bentuk pelampiasan kekesalan selama ini.

Marni selalu di buat kesal setiap kali melihat Daru bersama Nisa, walau ada dirinya di dekat mereka, tetapi Marni seakan tidak pernah nampak. Kebutuhan batin Marni juga tidak pernah tercukupi karena Daru hanya mendatangi Nisa seorang. Hanya Nisa! Nisa! Dan Nisa saja!

Karena rasa jengkel nya melihat Luna tidak segera melakukan apa yang Marni perintahkan, wanita dengan satu anak itu segera mendekati Luna dan juga membawa sendal yang sudah berludah tersebut ke arah mulut Luna.

Luna yang kaget menutup rapat bibirnya tapi Marni tetap saja memaksakan kehendak. Rio tidak tinggal diam saat Ibunya di perlakukan dengan kasar.

Anak itu dengan berani menggigit tangan Marni membuat wanita itu menjerit dan menjauh dari Luna.

"Anak sialan! Kau berani menggigit tangan ku?!"

Rio memejamkan mata saat melihat telapak tangan Marni akan mendarat di wajahnya, namun sampai beberapa detik bocah itu tidak merasakan sakit apa-apa. Ia membuka mata perlahan dan mengintip serta melihat tangan Marni di tahan oleh tangan seseorang.

"Ibu Mertua," kata Marni pelan karena rupanya Kartika lah yang menahan pergelangan tangannya.

"Marni, kenapa kamu selalu saja mencari masalah dengan mereka? Anak itu cuma mau pergi belajar, tidak perlu ada drama setiap hari," kata Kartika setelah Marni menarik pelan tangan nya.

"Rumah ini seperti tidak memiliki ketenangan lagi. Saya pusing dan berhenti membuat masalah!" lanjut Kartika bersama perintah nya.

"Baik, Bu," jawab Marni sambil menunduk patuh. Namun dalam hati Ia sangat membenci Luna dan semakin tidak suka kepada nya karena Kartika malah ikut-ikutan membela wanita itu.

"Kamu Luna, cepat pergi antar anak mu di sekolah," ujar Kartika dingin.

Kartika adalah Ibu mertua Luna, wanita itu kadang hanya melihat sikap dan perilaku menantu-menantu nya. Namun dia tidak tahan lagi karena rumah besar itu sudah penuh dengan drama yang tiada habisnya setiap hari.

Padahal jika di putar lebih awal, semua ini salah satu kesalahan Kartika juga. Wanita tua itu selalu memaksa putranya untuk kembali menikah demi mendapatkan penerus.

Sudah bertahun-tahun Daru menikahi Nisa, tapi wanita mandul itu masih belum bisa memberikan pewaris untuk keluarga ini. Sehingga datang lah Marni dan hadir lah Kevin di kehidupan mereka.

Tapi entah mengapa, Kartika malah tidak suka pada cucunya itu. Di tambah dengan asuhan Marni yang membuat Kevin semakin tak terdidik dengan baik.

Setelah kepergian Luna dan Rio, pandangan Kartika jatuh pada anak-anak Luna lainnya. Jiwa tua wanita itu sangat tertarik pada mereka, tetapi mengingat perlakuan dan penghianat Hendra, Ayah mereka. Kartika lagi-lagi hanya bisa acuh dan terkesan tidak peduli mereka seperti apa dan mendapatkan perlakuan seperti apa selama ini.

"Kalian, kemari," panggil Kartika pada kedua bocah yang dari tadi hanya saling berpelukan dalam ketakutan melihat perdebatan Luna dan Marni.

Marni yang kesal sudah lama berlalu dari sana setelah kepergian Luna dan Rio. Kedua bocah itu dengan langkah pelan mendekati Kartika.

"Iya, Nek?" tanya Putri kecil sambil menggandeng tangan Bayu, anak itu seakan sangat takut jika adik dan dirinya kenapa-napa.

"Ayo, ikut Nenek ke taman," ajak Kartika walau dengan ekspresi dingin terlihat. Putri nampak enggan tapi Ia takut di hukum jika tidak patuh pada perintah ajakan itu. Akhirnya Putri kecil ikut juga dan pegangan tangan nya semakin erat untuk Bayu, jangan sampai Kartika berbuat buruk pada Adik nya tanpa sepengetahuan Putri.

.

.

.

Jangan lupa kembali besok pagi untuk membaca kelanjutannya. Langsung ikuti cerita ini agar tidak ketinggalan jam Update 🤗

Jika cerita di atas menarik minat kalian, semoga berkenan meninggalkan jejak berupa Like👍

Jika berkenan Author juga meminta agar teman-teman bersedia membagikan cerita ini pada yang lain agar semakin banyak yang membaca dan membuat cerita ini berkembang dengan baik.

Maaf bila merepotkan dan Terimakasih atas bantuannya 🙏

Episodes
1 Mendapatkan Hukuman
2 Ganti Rugi
3 Bak Neraka
4 Obat Untuk Putri
5 Kecurigaan
6 Drama
7 Hilang
8 Pergi
9 Operasi
10 Di Hukum
11 Di Obati
12 jika tidak dengan dirimu
13 Jasad Hendra Hilang
14 Pecundang
15 Flashdisk Berwarna Putih
16 Rahasia
17 Album
18 Sebuah Fakta
19 Tabrak
20 Katakan atau Cerai
21 Tangkap Wanita Ini
22 Kepulangan Damar
23 Rio Hilang
24 Kau Harus Bertanggung Jawab!
25 Umpan
26 Tidak Ada Pilihan Lain
27 Ayah
28 Bukan Ayahku
29 Memprovokasi
30 Badan Tanpa Nyawa
31 Hak
32 Pria Misterius
33 Meminta Mati
34 Lumpuh
35 Sedang Apa Kalian?
36 Jangan Menyebut Orang Itu
37 Mati Semua
38 Dari Mana Kamu Tahu
39 Mencuri
40 Kedua Dada
41 Kenapa?
42 Mengonsumsi Racun
43 Racun
44 Mayatnya Sudah Hilang
45 Roy
46 Gagal
47 Stroke
48 Wanita Itu Berbohong!
49 Cemas
50 Tidak Mau Masuk Penjara
51 Maaf
52 Seekor Ular Mematikan
53 Mama dan Daddy
54 Mulai Menjalankan Aksi
55 Rahasia?
56 Besuk
57 Memanggil Desi
58 Kunci Cadangan
59 Akhirnya
60 Tidak Percaya
61 Penasaran
62 Sangat Penasaran
63 Belanja
64 Obat Bius
65 Isi Flashdisk
66 Mengaku
67 Cepat Berikan Flashdisk Itu
68 Saya Akan Bicara
69 Pecundang
70 Kosong
71 Cerai
72 Daru Kecil
73 Kau Pikir Bisa Menipuku
74 Kayla
75 Hidup Dengan Tenang
76 Dia Adalah Nyawa Anda
77 Kamu Adalah Orangnya
78 Istri Orang
79 Aku Adalah Suaminya
80 Ayo Kita Kembali Menikah
81 Kembali Menikah
82 Mengantar Kue
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Mendapatkan Hukuman
2
Ganti Rugi
3
Bak Neraka
4
Obat Untuk Putri
5
Kecurigaan
6
Drama
7
Hilang
8
Pergi
9
Operasi
10
Di Hukum
11
Di Obati
12
jika tidak dengan dirimu
13
Jasad Hendra Hilang
14
Pecundang
15
Flashdisk Berwarna Putih
16
Rahasia
17
Album
18
Sebuah Fakta
19
Tabrak
20
Katakan atau Cerai
21
Tangkap Wanita Ini
22
Kepulangan Damar
23
Rio Hilang
24
Kau Harus Bertanggung Jawab!
25
Umpan
26
Tidak Ada Pilihan Lain
27
Ayah
28
Bukan Ayahku
29
Memprovokasi
30
Badan Tanpa Nyawa
31
Hak
32
Pria Misterius
33
Meminta Mati
34
Lumpuh
35
Sedang Apa Kalian?
36
Jangan Menyebut Orang Itu
37
Mati Semua
38
Dari Mana Kamu Tahu
39
Mencuri
40
Kedua Dada
41
Kenapa?
42
Mengonsumsi Racun
43
Racun
44
Mayatnya Sudah Hilang
45
Roy
46
Gagal
47
Stroke
48
Wanita Itu Berbohong!
49
Cemas
50
Tidak Mau Masuk Penjara
51
Maaf
52
Seekor Ular Mematikan
53
Mama dan Daddy
54
Mulai Menjalankan Aksi
55
Rahasia?
56
Besuk
57
Memanggil Desi
58
Kunci Cadangan
59
Akhirnya
60
Tidak Percaya
61
Penasaran
62
Sangat Penasaran
63
Belanja
64
Obat Bius
65
Isi Flashdisk
66
Mengaku
67
Cepat Berikan Flashdisk Itu
68
Saya Akan Bicara
69
Pecundang
70
Kosong
71
Cerai
72
Daru Kecil
73
Kau Pikir Bisa Menipuku
74
Kayla
75
Hidup Dengan Tenang
76
Dia Adalah Nyawa Anda
77
Kamu Adalah Orangnya
78
Istri Orang
79
Aku Adalah Suaminya
80
Ayo Kita Kembali Menikah
81
Kembali Menikah
82
Mengantar Kue

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!