MATA-MATA DI RUMAH DONITA

Ayu berusaha minta tolong, tangannya menggapai udara kosong. Dan kepalanya perlahan ditelan air.

Sari menyaksikan perjuangan Ayu, dia tersenyum puas sebab sudah bisa melampiaskan kemarahannya.

Sari berharap, Ayu akan meregang nyawa di depan mata nya.

Tapi sayang tiba-tiba seseorang melompat ke dalam kolam dan menolong Ayu. Sari sungguh geram, Apalagi melihat sendiri Ayu masih bernafas meskipun sedikit tersengal-sengal.

Pria yang menolong Ayu adalah Hemi, tukang cuci mobil di keluarga Lesmana.

" Kau sangat keterlaluan Sari, kalau Ayu sampai mati ? Tuan Besar tidak akan mengampuni mu, meskipun kau adalah pelayan Nyonya "

Sari tidak menyahut, kedua tangannya mengepal lalu berbalik pergi.

" Terimakasih " Ucap Ayu setelah kondisi tubuhnya sedikit stabil.

Hemi tak menjawab, sorot matanya dingin seolah tidak suka dengan Ayu. Ia bangkit dan pergi begitu saja.

Beberapa pelayan menghampiri Ayu, memberikan pertolongan sebisa mereka. Tak lupa mengucapkan maaf sebab tidak bisa menolong Ayu, karena takut dengan Sari.

>>>

Dito sedikit kecewa, Lindu hari ini tidak datang ke kantor. Padahal dia ingin mempertemukan Dara dengan pamannya sekali lagi, supaya mendapatkan banyak informasi.

Terpaksa rencananya disimpan dulu, serta membiarkan Dara diam di ruang kerja nya.

" Aku harus ngapain disini ?" Tanya Dara, baru dua puluh menit dia berdiam diri di ruang kerja Dito tanpa melakukan apapun, membuat nya jenuh.

" Paman Lindu absen, jadi tidak ada yang bisa kamu lakukan sekarang " Jawab Dito tanpa mengalihkan perhatiannya pada berkas-berkas kerja.

Dara mengerti sekarang, jadi tujuan Dito adalah ingin menguak rahasia tentang pamannya yang bernama Lindu.

" Terus ?? Apa kamu tidak mau tahu tentang apa yang aku tahu?" Balas Dara.

Dito sontak mengangkat kepalanya. Dara tersenyum misterius.

" Aku sengaja tidak bermonolog dalam hati, karena kamu pasti mendengar nya. Iya kan?" Lanjut Dara, Anjani sudah berencana untuk diam dalam jiwa Dara tanpa suara. Sebab dirinya pula tidak bisa membaca karakter Dito. Hanya suami Dara yang tidak bisa Anjani tebak.

Dito diam sambil terus mengamati wajah Dara tanpa berkedip.

" Ya udah kalau kamu tidak mau tahu" Dara melengos, menutupi senyuman kemenangan. Jari jemari nya berhitung, dia yakin Dito akan bangkit dari meja kerja dan datang mendekat.

Ternyata tebakan Anjani tidak meleset, sebelum menyebut angka tiga , Suami Dara sudah pun duduk di kursi yang bersebelahan dengan nya.

" Katakan apa saja yang kamu ketahui tentang Paman Lindu !!"

Dara tersenyum lebih lebar.

" Uwangi piro???"

Sengaja Dara menggoda sembari menengadahkan tangan nya. Dito menghela nafas berat, rupanya Dara yang ia kenal sangat lugu mata duitan juga.

" Kau mau berapa ? Asal kau bisa mengungkap semua kebusukan Paman Lindu, Aku akan memberikan semua yang kamu mau!" Tantang Dito bersemangat.

Mata Dara langsung berbinar-binar, Anjani yang berada dalam tubuh Dara bersorak kegirangan. Bukankah dengan memiliki uang, Dia bisa melakukan apapun seperti yang dilakukan oleh manusia.

Dara tersenyum gemas, dia menahan diri sebisa mungkin untuk tidak bicara dalam hati.

" Baiklah, apa yang ingin kamu tahu ?" Tantang Dara.

Dito berpikir sejenak, banyak sekali yang ingin dia tahu.

" Kamu pernah menyinggung tentang kematian ketua proyek, Apa yang kamu tahu tentang dia?"

Dara diam sejenak, ia berusaha mengingat bayangan yang ia dapat ketika melihat garis wajah Lindu. Tapi Anjani sadar jika dirinya memiliki daya ingat yang buruk.

" Ah!!!"

Dara menjitak kepalanya sendiri.

" Otakku lemah jika disuruh mengingat sesuatu yang sudah terjadi "

Dito menghela nafas berat, ia sangat kecewa. Dan bangkit dari tempat duduknya.

" Eh.. Mana upah yang kamu janjikan ?" Seru Dara cepat.

" Kau belum melakukan apapun, bagaimana aku bisa memberikan imbalan ?" Cetus Dito memunggungi Dara.

" Aku bisa melakukannya dengan bertemu paman mu, aku akan segera mencari nya. Tapi beri aku uang " Dara memaksa, dia menengadahkan tangan nya berharap Dito akan memberikan apa yang ia minta.

Dito tersenyum kecut, ia mengacuhkan Dara dengan kembali ke meja kerjanya.

Anjani kesal, ia menggerutu dalam hati. Dito mendengar suara batin Dara, tapi dia tidak perduli.

***

Di sebuah restoran berbintang, Donita berkumpul bersama rekan sosialitanya. Mereka adalah sekumpulan Ibu-ibu kaya raya.

" Jeng, aku dengar keluarga Lesmana memutuskan investasi kepada keluarga Sintia. Apa itu benar ?" Tanya Anggi.

Donita hanya bisa menghela nafas berat. Melihat reaksi wajah Donita, teman-temannya dapat memahami situasi yang sebenarnya.

" Kenapa bisa begitu ? Bukankah Tuan Lesmana sudah berjanji akan mendukung perusahaan keluarga Sintia sebagai bentuk permintaan maaf " Sambung Nanda.

" Ini pasti ada konspirasi " Tambah Devi.

Donita memilih diam, malu jika ia jelaskan bahwa Sintia sudah melakukan pengkhianat. Lagi pula diri nya tidak tahu lebih detail, daripada nanti terseret masalah. Jadi diam adalah jalan terbaik.

" Oh iya, aku denger-denger menantu mu itu sekarang berubah drastis ya? Dia berhasil menciptakan huru hara ketika acara pertemuan keluarga dalam rumah Tuan Lesmana ?" Teman Donita yang bernama Marsya menimpali.

Donita tersentak kaget, dari mana Marsya tahu masalah itu? Bukankah pertemuan keluarga hanya dihadiri keluarga utama saja. Tidak ada orang lain.

Donita menghela nafas panjang, pasti Marsya memiliki mata-mata di dalam rumah besar Tuan Lesmana.

Segitu kepo nya si Marsya sampai melakukan hal itu. Tapi siapa kira-kira mata-mata Marsya ?

" Jeng... Kok diam?" Celutuk Devi mengagetkan Donita.

Sekali lagi Donita menghela nafas berat.

" Aku pamit pulang dulu, kepala ku mendadak puyeng " Donita meraih tasnya kemudian bangkit.

" Loh Jeng, kok udah mau pulang " Sergah Nanda.

Donita tersenyum kecut, ia berbalik dan pergi setelah menyelipkan beberapa lembar uang dolar di buku menu.

Senyuman ramah para Ibu-ibu sosialita langsung berubah sinis sewaktu Donita sudah pergi menjauh.

" Kalian lihat bagaimana ekspresi wajahnya kan?" Tukas Marsya.

" Betul, pasti dia sengaja diam karena takut salah bicara " Tambah Devi.

Marsya tersenyum miring, dari mereka berempat dialah yang paling semangat untuk menghancurkan Donita.

Marsya kurang suka dengan sikap Donita yang sombong dan merasa paling berkuasa dan kaya raya dalam Genk mereka.

Padahal dia hanya lah seorang menantu, yang kaya raya adalah Tuan Lesmana, mertuanya.

" Menyesal aku datang kesini.. Kalau tahu akan jadi begini, lebih baik aku absen dan mentransfer uang arisan nya saja "

Donita mengomel di dalam mobil nya, Riyan hanya diam menyimak.

Hemmmhhhhh

Donita membuang nafas kesal.

" Cepat kita pulang !" Perintah nya setelah agak sedikit tenang, Riyan mengangguk patuh.

>>>

Antonio datang ke rumah sakit, ia cepat sekali datang setelah tahu Anindita dirawat. Tapi dia belum tahu jika gadis itu sedang hamil.

Begitu Antonio menampakkan diri, Anindita segera membuang muka. Jijik sekali rasanya melihat pria itu lagi.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***