BAB 16

Saat keluar dari kamar mandi, Jovan melihat Rara sedang memindahkan bajunya dari koper ke almari. Tak banyak, dia hanya membawa 3 pasang baju.

"Maaf, gak minta izin dulu," Rara menghentikan aktivitasnya saat Jovan menatapnya.

"Gak papa."

Rara mengambil baju kotor di tangan Jovan lalu menaruhnya di keranjang pakaian kotor. "Udah ngantuk belum?"

"Ke-kenapa?" Wajah Jovan langsung berubah tegang dan jantungnya berdetak lebih cepat. Mungkinkah Rara sedang meminta untuk dinafkahi?

"Siapa tahu butuh sesuatu, teh chamomile mungkin?"

Jovan seketika menahan senyum, bisa-bisanya dia berfikir Rara mau mengajaknya bercinta. "Gak usah. Aku masih ada sedikit kerjaan yang harus di selesaikan." Dia mengambil laptopnya yang ada di atas ranjang, sepertinya baru saja dipindahkan Rara dari dalam kopernya. Bersamaan dengan itu, ponselnya kembali bergetar, ada panggilan masuk dari Dista.

"Dari tadi Dista telepon terus," Rara memberitahu. "Jawab saja, aku tidak masalah kok." Dia harus terlihat seperti istri yang baik dan ikhlas dipoligami.

Bukannya segera menjawab karena mendapatkan lampu hijau dari Rara, Jovan malah sungkan. Dia memilih mematikan telepon agar Dista tak terus menghubunginya.

Senyum Rara seketika mengembang. Sepertinya malam ini, Dista benar-benar tak akan bisa tidur.

Jovan naik ke atas ranjang, duduk selonjoran sambil memangku laptop. Kedepannya, dia akan cuti lama, jadi pekerjaan yang belum selesai, akan segera dia selesaikan.

"Mau aku buatin kopi?" tawar Rara.

"Gak ngerepotin?"

"Enggaklah." Rara tersenyum lalu keluar menuju dapur. Beberapa saat kemudian, dia kembali dengan secangkir kopi panas. Sebagai mantan sekretaris, dia sudah hafal racikan kopi kesukaan Jovan. "Ini kopi favoritnya Papa." Rara meletakkan kopi yang baru dia buat di atas nakas sebelah Jovan. "Rasanya agak beda dengan kopi di kantor, tapi ukuran gulanya, aku buat sama. Kalau menurutku, ini lebih enak. Cobain deh."

"Masa sih?" Jovan menutup laptopnya, mengambil kopi bikinan Rara yang aromanya sangat enak. Setelah meniup sebentar, dia lalu mencicipinya. "Em... iya, lebih enak ini. Pantas saja kamu suka ngopi, ternyata keturunan dari Papa kamu."

"Semua keluargaku suka kopi. Ngomongin kopi, jadi kangen ngopi di mezra coffee shop, langganan kita."

"Kapan-kapan kita kesana."

Rara langsung mengangguk sambil tersenyum. "Kalau Abang butuh bantuan soal kerjaan, bilang aja ke aku. Anggap aku istri sekaligus sekretaris."

"Wah, apa harus dobel bayarannya?"

Rara tergelak mendengar itu. "Layanan sekretarisnya, aku kasih free. Bantuin suami, nyari ridho Allah."

"Kamu gak ngopi?" Jovan mengembalikan cangkir kopi ke atas nakas.

"Aku hamil, gak baik begadang, jadi mengurangi kopi terutama di malam hari."

Tatapan Jovan, seketika tertuju pada perut Rara. Rasanya masih tak percaya, dia akan punya anak dari mantan sekretarisnya. "Boleh aku menyentuhnya?"

"Enggak," Rara menggeleng cepat. "Gak usah izin maksudnya," lanjutnya sambil tertawa melihat ekspresi kaget Jovan. Rara menarik telapak tangan pria itu lalu menempelkan di perutnya.

"Hai girl.. " sapa Jovan sambil mengusap perut Rara. "Eh, dia boy apa girl sih?" dia menatap Rara penuh tanya.

Rara mengedikkan bahu sambil tertawa. "Mana aku tahu. Dia masih terlalu kecil untuk diketahui jenis kelaminnya. Selain itu, aku belum pernah periksa kandungan."

"Ah iya," Jovan kembali mengusap perut Rara. "Nanti sepulang aku honeymoon dengan Dista, kita periksa kandungan." Mendengar kata honeymoon, kenapa Rara rasanya kesal sekali. "Besok aku sangat sibuk dengan persiapan pernikahan kami, jadi sepertinya gak bisa."

Rara mengangguk meski terpaksa. Untuk membuat Jovan jatuh cinta padanya, dia harus membuat pria itu nyaman. Dia tak mau terkesan memaksakan sesuatu yang akhirnya nanti membuat Jovan ilfeel.

"Eh, dia udah bisa dengar suara belum sih?" Jovan mendongak menatap Rara. Saat ini, posisi Rara memang lebih tinggi karena berdiri, sementara dia duduk di ranjang.

"Aku juga gak tahu." Hamil tanpa perencanaan, membuatnya belum paham sama sekali tentang kehamilan.

Jovan kembali membuka laptopnya, tapi kali ini, bukan untuk bekerja, melainkan mencari artikel tentang kehamilan. " Duduklah disini, kita belajar sama-sama tentang kehamilan," dia menepuk sisi ranjang di sebelahnya.

"Makasih," mata Rara tiba-tiba berkaca-kaca.

"Makasih?" Jovan malah bingung.

"Makasih karena mau peduli dengan anak dalam kandungan ku."

Jovan beranjak dari atas ranjang, mendorong pelan bahu Rara agar naik ke atas ranjang, baru setelahnya dia duduk di sebelah Rara. "Dia juga anakku. Meski ada karena ketidak sengajaan, dia tetap berhak mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tuanya." Jovan mulai mengetik di kolom pencarian internet, artikel tentang kehamilan.

Malam itu, mereka asyik mencari pengetahuan tentang kehamilan. Baik Rara ataupun Jovan, keduanya terlihat antusias. Sampai akhirnya, Rara tak bisa lagi berbohong, dia sudah mengantuk berat. Tak kuat menyangga kepala, yang akhirnya berakhir dengan tertidur bersandarkan bahu Jovan.

"Kamu ada referensi dokter kandungan yang bagus gak?" tanya Jovan yang belum sadar jika Rara sudah tertidur. "Ra, Rara," dia melirik ke arah Rara. "Astaga, sepertinya dia sudah tertidur."

Jovan memindahkan laptop dari pangkuannya ke atas nakas. Menahan kepala Rara lalu mengangkat tubuh kurus itu untuk dibaringkan dengan nyaman. Dia senyum-senyum sendiri melihat Rara yang pulas. Bahkan saat tidur, istrinya itu terlihat cantik.

Pagi hari, Jovan sudah siap-siap untuk pulang. Beberapa saudaranya sudah sampai di rumah, agak aneh juga jika calon pengantin prianya malah yak ada.

"Bang, sarapan dulu sebelum pulang," ajak Rara yang baru masuk kamar. "Aku sudah masak buat sarapan."

Sebenarnya Jovan sudah ditelepon mamanya berkali-kali, diminta segera pulang. Tapi mendengar Rara sudah masak, dia jadi gak tega menolak. "Baiklah."

Jovan merasa agak canggung saat duduk di meja makan bersama Rara dan kedua mertuanya. Rara meletakkan teh di depannya. "Makasih."

"Aku ambilin ya, makanannya," Rara dengan sigap melayani suaminya itu.

"Kamu mau pulang?" tanya Papa Romeo. Tadi saat masak, Rara cerita soal itu.

"Iya, Pah."

"Nanti sore, datanglah kesini lagi, temani Rara periksa kandungan."

"Se... pertinya gak bisa, Pah. Hari ini, saya sangat sibuk."

"Luangkan sedikit sebentar saja," paksa Papa Romeo.

"Gak apa-apa, Pah," ujar Rara yang tak mau ada perdebatan antara mertua dan menantu. "Periksa kandungannya, bisa minggu depan. Nunggu Bang Jovan ada waktu."

Jovan menatap Rara yang duduk di sebelahnya. "Minggu depan, aku janji akan nganterin kamu periksa kandungan."

Rara mengangguk sambil tersenyum. "Cobain dong makanannya. Aku yang masak loh." Rara yakin, jika memanjakan perut suami, juga salah satu cara untuk mengambil hatinya.

Terpopuler

Comments

Quwh Caiiankcllucma Ranggaaguz

Quwh Caiiankcllucma Ranggaaguz

rara yg d poligami aq yg nyesek ya allah.. sabaaarr raa.. setelah lahiran nanti kalo pergi ya raa pergi yg jauh sampe jovan g nemuin kamu.. dan setelah kamu kembali sikap kami jg harus dingin ke jovan biar dia nanti gantian yg ngejar kamu

2024-11-27

1

Mom Dee 🥰 IG : devinton_01

Mom Dee 🥰 IG : devinton_01

gak terima banget klo sampe ada adegan honeymoon mereka 🙄

2024-11-27

1

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

mezra coffee kayak kenal ya?tolong ingetin aku dong thor tuh cafe punya siapa?

2024-11-27

3

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAH 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 NOVEL BARU
Episodes

Updated 109 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAH 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!